Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Gempa Megathrust, Jangan Panik, Ini yang Perlu Kita Pahami

Kompas.com - 26/09/2020, 16:02 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Perbincangan soal potensi gempa megathrust di selatan Pulau Jawa kembali ramai.

Warganet membicarakan soal ini setelah adanya publikasi riset para peneliti Institut Teknologi Bandung ( ITB) tentang potensi tsunami 20 meter di selatan Pulau Jawa.

Riset itu dipublikasikan dalam jurnal Nature Scientific Report pada pekan lalu. 

“Baca berita di Jawa Selatan bakalan ada gempa megathrust 9,1M dan Tsunami 20 meter, kasih info ke grup keluarga besar di jawa katanya udah kerasa gempa," tulis akun @prasetyal_

“gaada yg tau.. cuman biasanya sih prediksi berdasarkan tanda2 yg ada.. dan emang kan dari dulu indo (apalagi selatan jawa) tuh rentan terjadi gempa besar (megathrust). jadi waspada aja, berdoa smoga selalu dilindungi.."  kata akun @coklaotungs.

Baca juga: Riset ITB Ungkap Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa, Begini Penjelasannya

Apa yang harus diketahui soal gempa megathrust?

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Dr Daryono mengatakan, masih ada pemahaman yang belum tepat soal gempa megathrust.

Menurut dia, gempa megathrust masih dipahami sebagai sesuatu yang baru dan seolah hal tersebut akan terjadi dalam waktu dekat, berkekuatan besar, dan dapat menimbulkan kerusakan serta tsunami yang dahsyat.

“Pemahaman seperti ini tentu saja kurang tepat,” kata Daryono, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (26/9/2020).

Ia menjelaskan, zona megathrust adalah istilah yang menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal.

Pada peristiwa gempa megathrust, lemppeng samudera menunjam ke bawah lempeng benua yang kemudian membentuk tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng.

Kemudian, dapat bergeser secara tiba-tiba sehingga memicu gempa.

Jika gempa terjadi, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudera bergerak terdorong naik (thrusting).

Jalur subduksi lempeng umumnya sangat panjang dan kedalamannya dangkal mencakup bidang kontak antar lempeng.

“Dalam perkembangannya, zona subduksi diasumsikan sebagai “patahan naik yang besar”, yang kini populer disebut sebagai zona megathrust,” kata Daryono.

Baca juga: Peneliti ITB Kaji Potensi Tsunami 20 Meter, Pakar Sebut Harus Waspada

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com