Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/09/2020, 12:54 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Angka infeksi virus corona di Eropa terus mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta agar pihak berwenang bekerja lebih keras demi menghentikan penyebaran, menjelang musim influenza.

"Eropa memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menstabilkan situasi dan mengendalikan penularan," kata ahli darurat WHO Mike Ryan, dikutip dari Reuters, Sabtu (26/9/2020).

"Secara keseluruhan, di wilayah yang sangat luas itu kami melihat peningkatan penyakit yang mengkhawatirkan," lanjut dia.

Sementara itu, pemimpin teknis WHO untuk Covid-19 Maria Vab Kerkhove mengaku khawatir jika penanganan kasus di Eropa berjalan ke arah yang salah.

"Kami berada di akhir September dan kami bahkan belum memulai musim flu kami, jadi yang kami khawatirkan adalah kemungkinan tren ini terjadi di salah arah," kata dia.

Baca juga: Penanganan Covid-19, Apa yang Bisa Dipelajari Eropa dari Swedia?

Baik Ryan maupun Kerkhove, keduanya sepakat bahwa penguncian seharusnya menjadi upaya terakhir bagi sejumlah negara dalam menangani pandemi.

Ryan mengatakan, sebagian dari peningkatan kasus di Eropa karena kemampuan negara-negara dalam mendeteksi kasus lebih baik.

"Apakah kita benar-benar telah menghabiskan semua alat sehingga kita kembali ke penguncian sebagai solusi? Sejumlah negara di seluruh dunia tidak pernah harus melakukan penguncian," kata dia, dikutip dari Euro News, Jumat (25/9/2020).

Ia menyebut bahwa pelacakan kontak dan karantina telah berhasil di beberapa negara, tapi strategi itu tidak dilakukan dengan baik di negara lain.

Sejumlah kota di Eropa kini mulai menerapkan pembatasan baru setelah adanya peningkatan kasus infeksi virus corona.

Rekor baru kasus infeksi harian tercatat di beberapa negara Eropa, termasuk Spanyol, Perancis, Belanda, dan Inggris.

Spanyol dan Perancis telah mencatat lebih dari 10.000 kasus baru setiap hari secara teratur.

Baru-baru ini, Perancis mengurangi jumlah hari pembatasan dari 14 menjadi 7 hari untuk mendorong orang mengikuti pedoman isolasi mandiri.

Baca juga: Melihat Gelombang Kedua Pandemi Corona di Eropa Saat Ini

Satu juta kematian sebelum vaksin

Ketika angka kematian global akibat Covid-19 mendekati satu juta, para ahli di WHO memaparkan kemungkinan ada satu juta kematian lagi sebelum vaksin ditemukan.

Oleh karena itu, WHO menekankan bahwa vaksin merupakan salah satu di antara banyak cara yang harus digunakan negara untuk menghentikan penyebaran virus.

"Melihat satu juta kematian lagi di dunia tidak hanya "bisa dibayangkan" tetapi juga "mungkin," jika negara-negara tak menggunakan semua alat yang merekamiliki untuk menurunkan transisi," jelas Ryan.

Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menambahkan, sekitar 70 persen kematian akibat COVID-19 berasal hanya dari 10 negara.

Sepuluh negara dengan kematian terbanyak akibat Covid-19 adalah Amerika Serikat, Brasil, India, Meksiko, Inggris, Italia, Peru, Prancis, Spanyol, dan Iran.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Kota-kota di Eropa Umumkan Pembatasan Baru

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Resmi, Ini Rincian Tarif Listrik PLN yang Berlaku per 1 April 2024

Resmi, Ini Rincian Tarif Listrik PLN yang Berlaku per 1 April 2024

Tren
Cara Menghitung THR Karyawan Tetap, Pegawai Kontrak, dan Pekerja Lepas

Cara Menghitung THR Karyawan Tetap, Pegawai Kontrak, dan Pekerja Lepas

Tren
Gerhana Matahari Total Akan Terjadi Jelang Idul Fitri, Bisakah Dilihat di Indonesia?

Gerhana Matahari Total Akan Terjadi Jelang Idul Fitri, Bisakah Dilihat di Indonesia?

Tren
Berapa Denda BPJS Kesehatan jika Menunggak Iuran? Ini Perhitungannya

Berapa Denda BPJS Kesehatan jika Menunggak Iuran? Ini Perhitungannya

Tren
BI Batasi Penukaran Uang Baru untuk Lebaran 2024 Rp 4 Juta Per Orang, Ini Alasannya

BI Batasi Penukaran Uang Baru untuk Lebaran 2024 Rp 4 Juta Per Orang, Ini Alasannya

Tren
8 Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Ibu Hamil, Apa Saja?

8 Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Ibu Hamil, Apa Saja?

Tren
Prakiraan BMKG: Daftar Wilayah yang Berpotensi Alami Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 Maret 2024

Prakiraan BMKG: Daftar Wilayah yang Berpotensi Alami Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 Maret 2024

Tren
[POPULER TREN] Penjelasan Kitabisa soal Pemilik Xpander Tabrak Porsche yang Disebut Galang Dana | Fenomena Refleksi Sinar Matahari di Dekat Sumatera

[POPULER TREN] Penjelasan Kitabisa soal Pemilik Xpander Tabrak Porsche yang Disebut Galang Dana | Fenomena Refleksi Sinar Matahari di Dekat Sumatera

Tren
Kiky Saputri Keguguran karena Kista Ovarium, Berikut Gejalanya

Kiky Saputri Keguguran karena Kista Ovarium, Berikut Gejalanya

Tren
Agar Tetap Sehat, Ini Waktu Terbaik Olahraga Saat Berpuasa

Agar Tetap Sehat, Ini Waktu Terbaik Olahraga Saat Berpuasa

Tren
Resmi, Ini Kelompok Pekerja yang Berhak Dapat THR 2024

Resmi, Ini Kelompok Pekerja yang Berhak Dapat THR 2024

Tren
Alami Keputihan dan Flek Coklat, Apakah Puasanya Masih Sah?

Alami Keputihan dan Flek Coklat, Apakah Puasanya Masih Sah?

Tren
Insiden Terbaru Pesawat Boeing, Panel Lepas Sebelum Mendarat

Insiden Terbaru Pesawat Boeing, Panel Lepas Sebelum Mendarat

Tren
4 Perusahaan Diduga Korupsi Pembiayaan Ekspor Rp 2,5 Triliun di LPEI

4 Perusahaan Diduga Korupsi Pembiayaan Ekspor Rp 2,5 Triliun di LPEI

Tren
Viral, Video Uang Kertas Emisi Terbaru Disebut Bisa Digunakan Saat Lebaran 2024, BI: Hoaks!

Viral, Video Uang Kertas Emisi Terbaru Disebut Bisa Digunakan Saat Lebaran 2024, BI: Hoaks!

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com