Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelanggaran Lalu Lintas di Jepang oleh Pesepeda Catatkan Rekor, Lebih dari 22.000 Kasus

Kompas.com - 25/09/2020, 18:43 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pelanggaran lalu lintas di Jepang oleh pengendara sepeda pada tahun 2019 mencapai rekor tertinggi, yakni 22.859 kasus.

Sementara, hingga pertengahan tahun 2020, pelanggaran lalu lintas oleh pesepeda sudah mencapai 12.839 kasus.

Dilansir The Japan Times, data pelanggaran pengendara sepeda tersebut dirilis Badan Kepolisian Nasional Jepang pada Jumat (25/9/2020).

"Masyarakat tampaknya kurang menyadari bahwa pengendara sepeda juga tunduk pada peraturan lalu lintas seperti halnya pengemudi kendaraan bermotor," kata seorang pejabat kepolisian Jepang.

Kepolisian Jepang memperingatkan dari 427 pengendara sepeda yang tewas dalam kecelakaan pada 2019, 329 di antaranya atau 77 persen dikarenakan melanggar aturan lalu lintas.

Jenis pelanggaran pada tahun 2019 yang paling banyak adalah pengabaian lampu lalu lintas yang mencapai 12.472 kasus.

Baca juga: Aturan Menteri Terbit, Ini Kelengkapan yang Harus Dipenuhi pada Sepeda

Pelanggaran pada urutan kedua adalah penyeberangan rel kereta api setelah gerbang ditutup menempati urutan kedua, dengan 5.931 kasus.

Pelanggaran lainnya adalah 1.555 kasus tidak berhenti di lampu merah, 1.024 pelanggaran menggunkana earphone atau payung saat bersepeda, dan 109 kasus bersepeda sambil mabuk.

Tahun ini diprediksi bertambah 

Sementara pada tahun ini, diperkirakan jumlah pelanggaran lalu lintas yang dilakukan pesepeda akan bertambah. 

Prediksi tersebut muncul dikarenakan penggunaan sepeda yang mengalami peningkatan selama pandemi virus corona, termasuk untuk layanan pengiriman ke rumah dan perjalanan pulang pergi.

Polisi pun akan mengambil langkah tegas terhadap para pesepeda yang melanggar aturan lalu lintas tersebut.

Undang-undang lalu lintas Jepang menyebut, pesepeda berusia 14 tahun atau lebih yang mengabaikan peringatan polisi karena bersepeda dengan berbahaya sebanyak dua kali selama tiga tahun, harus mengikuti kursus keselamatan selama tiga jam atau membayar denda.

Awal bulan ini, Polisi Prefektur Aichi meminta operator layanan pengiriman makanan Uber Eats di Jepang untuk mengikuti peraturan lalu lintas.

Hal tersebut dilakukan setelah polisi menerima banyak laporan tentang pengendara sepeda yang mengantarkan makanan tanpa memperhatikan lampu lalu lintas.

Polisi juga meminta pengantar makanan untuk mengendarai sepeda dengan aman, termasuk menghindari berkendara di tengah jalan.

Sementara itu, petugas polisi prefektur yang tengah berpatroli di distrik pusat Nagoya pada 10 September saat waktu makan siang mengeluarkan peringatan kepada 52 pengendara sepeda yang mengabaikan lampu lalu lintas atau berkendara dengan earphone menyala.

Sebanyak 16 di antara pesepeda tersebut adalah pengantar makanan.

Baca juga: Soal Aturan Sepeda, Menhub: Kalau Ada yang Keberatan, Kami Welcome

Sepeda makin populer

Dilansir The Mainichi, 3 Mei 2020, pada 21 April atau sekitar dua minggu setelah pernyataan keadaan darurat diberlakukan di tujuh prefektur, termasuk Tokyo dan Kanagawa, ada peningkatan jumlah pesepeda di Naka Ward, distrik bisnis Yokohama.

Seorang wanita berusia 54 tahun yang bekerja di salah satu perusahaan lokal mengungkapkan kepada alasannya menggunakan sepeda.

"Biasanya saya naik kereta, tetapi saya mengganti naik sepeda dua minggu lalu karena saya takut dengan virus corona," kata perempuan itu.

Menurut penjual sepeda besar di kota itu, setengah dari pembeli yang datang selama sebulan terakhir mengatakan mereka khawatir tentang penyebaran virus corona dan ingin menggunakan sepeda untuk mulai bekerja.

Tren ini juga terlihat dengan inisiatif berbagi sepeda, yang telah meluas ke seluruh negeri.

Berbagi sepeda memungkinkan sepeda dapat dipinjam dengan cara yang mirip dengan mobil rental, dan dikembalikan ke terminal yang telah ditentukan.

Menurut Docomo Bike Share Inc. yang berbasis di Tokyo yang memiliki sekitar 750.000 anggota, tercatat ada peningkatan anggota baru antara 1 dan 15 April.

Mereka mencatat ada penambahan anggota sebesar 20 persen lebih tinggi daripada jumlah pendaftaran harian di bulan Maret.

Meskipun penurunan dalam penggunaan secara keseluruhan, mereka mencatat peningkatan pengguna pertama kali.

"Kami pikir ada pengaruh dari penyebaran virus corona baru. Tampaknya itu tidak terbatas pada perjalanan, dengan banyak orang juga menggunakannya untuk pengiriman barang," kata juru bicara Docomo Bike Share Inc.

Di Tokyo tampaknya mengalami tren yang serupa. Seorang karyawan perusahaan IT berusia 40 tahun yang tinggal di ibu kota Ota Ward baru-baru ini bepergian dengan sepeda.

Sebelumnya, dia biasa naik kereta ke kantornya di distrik Roppongi.

"Meskipun keadaan membaik setelah pernyataan keadaan darurat diberlakukan, kepadatan orang di kereta membuat saya jadi khawatir akan terinfeksi," kata karyawan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com