Pengambilan keputusan investasi didorong oleh emosi, membuat ekonomi yang buruk dapat terjadi.
Investor dapat menjadi terlalu optimis selama ekonomi kuat.
Kegembiraan irasional menggembungkan pasar saham atau gelembung real estat, di mana saat gelembung ini meletus, panic selling dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.
4. Inflasi
Inflasi merupakan tren harga yang stabil dan naik dari waktu ke waktu. Inflasi yang berlebihan menjadi hal berbahaya.
5. Deflasi
Meskipun inflasi tak terkendali dapat membuat resesi, deflasi bisa menjadi lebih buruk.
Deflasi terjadi saat harga turun dari waktu ke waktu, menyebabkan upah menurun dan menekan harga.
Baca juga: Indonesia di Ambang Resesi, Apa Dampaknya pada Masyarakat?
6. Perubahan teknologi
Penemuan baru meningkatkan produktvitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang, tapi mungkin terdapat periode penyesuaian jangka pendek untuk terobosan teknologi.
Menurut Fahmy, resesi akan berpengaruh pada pasokan atau supply barang yang menurun secara drastis, tapi permintaan tetap.
Sehingga, harga akan naik dan memicu inflasi. Inflasi yang tak terkendali membuat daya beli masyarakat menurun, menyebabkan pertumbuhan ekonomi semakin terpuruk.
Selain itu, resesi dapat meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan.
Baca juga: Indonesia di Tengah Ancaman Resesi, Ini Peluang Bisnis yang Bisa Dilakukan
Sementara itu, Ekonom Institute for Development and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan, resesi akan berdampak secara langsung terhadap daya beli masyarakat yang menurun.
Hal ini mengartikan kebutuhan masyarakat dan pendapatan tak sebanding.