KOMPAS.com - Sebuah studi menunjukkan, spesies nyamuk yang berasal dari Asia mengancam puluhan juta penduduk kota di Afrika.
Dengan penyebaran spesies nyamuk itu ke seluruh benua, kota-kota di Afrika kini memiliki risiko malaria lebih tinggi.
Pada 2018, penyakit malaria menewaskan 400.000 orang, khususnya anak-anak di Afrika.
Penyakit itu disebabkan oleh parasit dari 40 spesies nyamuk yang menyebar di antara manusia saat mereka makan.
Dikutip dari AFP, Jumat (18/9/2020), kelompok spesies nyamuk Anopheles gambiae adalah penyebab utama malaria di Afrika.
Spesies nyamuk itu tidak menyukai genangan air tercemar yang terlihat di kota dan tak bisa meletakkan larvanya di tangki air bersih perkotaan.
Karena alasan ini, sebagian besar penularan malaria di Afrika terjadi di daerah pedesaan.
Baca juga: Ketika Hutan Vertikal di Kompleks Hunian di China Berubah Jadi Sarang Nyamuk
Namun, sebuah studi yang diterbitkan dalam Proceedings on the National Academy of Sciences (PNAS), ahli entomologi medis Oxford University, Marianne Sinka, memetakan penyebaran spesies lain.
Spesies itu adalah Anopheles stephensi yang berasal dari Asia.
Anopheles stephensi telah belajar menyelinap melalui celah agar bisa masuk ke dalam tangki air. Mereka juga lebh menyukai tangki yang terbuat dari batu bata dan semen.
"Itu adalah satu-satunya spesies yang pandai masuk ke pusat kota," kata Sinka.
Pada 2012, Anopheles stephensi telah menyebabkan wabah besar di Djibouti, daerah yang sebelumnya hampir tak memiliki kasus malaria.
Sejak saat itu, kasus serupa ditemukan di Ethiopia, Sudan, dan beberapa tempat lain.
Sinka dan rekannya menggabungkan data lokasi untuk spesies tersebut dengan model spasial.
Baca juga: [HOAKS] Gigitan Nyamuk Dapat Menularkan Covid-19
Mereka kemudian mengidentifikasi kondisi lingkungan yang menjadi ciri habitat nyamuk itu, yaitu daerah perkotaan dengan kepadatan tinggi serta memiliki cuaca panas dan curah hujan tinggi.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa 44 kota di Afrika menjadi lokasi yang sangat cocok bagi spesies nyamuk itu, sehingga menempatkan 126 juta lebih penduduk Afrika dalam risiko malaria.
"Artinya, Afrika yang sudah mendapat beban malaria tertinggi, bisa berdampak lebih besar," kata Sinka.
Tidak seperti nyamuk Afrika yang suka menggigit manusia pada malam hari saat cuaca dingin, Anopheles stephensi beroperasi pada malam hari saat cuaca lebih hangat.
Memasang kelambu pada jendela, menyemprotkan insektisida pada dinding, dan menutupi tubuh merupakan cara lebih baik untuk menghindari spesies ini.
Untuk jangka panjang, tindakan yang paling efektif adalah dengan menargetkan larva, yaitu menghilangkan genangan air dan menutup tangki air dengan rapat.
Baca juga: 7 Cara Sederhana Agar Tidak Sering Digigit Nyamuk
Menurut Sinka, metode itu terbukti efektif di India.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.