Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Farmasi di Swiss Klaim Miliki Obat yang Dapat Bantu Pasien Corona, Apa Itu?

Kompas.com - 20/09/2020, 20:35 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah perusahaan obat di Swiss, Roche, menyatakan produk yang dijualnya untuk meredakan peradangan dapat membantu agar pasien Covid-19 tak membutuhkan mesin pernapasan.

Mengutip Al Jazeera, Sabtu (19/9/2020), klaim tersebut merupakan hasil penelitian besar pertama yang diamati pada orang-orang hispanik dan orang-orang berkulit hitam.

Dalam penelitian itu, Roche menguji tocilizumab, yang kini dijual dengan nama Actemra dan RoActemra untuk mengobati radang sendi atau rheumatoid athritis dan beberapa penyakit lainnya.

Meski belum ditinjau ilmuwan-ilmuwan independen, Roche menyatakan akan segera mempublikasikan hasil lengkap dari studi ini.

Selain itu, mereka berencana berbicara dengan pihak yang berwenang untuk tahap selanjutnya.

Pemberian obat dilakukan melalui IV atau intravena, yaitu metode pemberian obat dengan injeksi atau infus dengan intravena.

Baca juga: Obat Herbal Afrika Kini Boleh Diuji Klinis untuk Covid-19, WHO Rilis Protokolnya

Obat yang diuji tersebut berkerja memadatkan protein yang disebut sebagai interleukin-6, yang sering ditemukan secara berlebih pada pasien virus corona.

Meski begitu, obat tersebut pernah gagal dalam studi sebelumnya, saat melibatkan pasien virus corona dengan gejala parah.

Pada studi terbaru kali ini, Roche mengaku melakukannya di Amerika Serikat, Afrika Selatan, Kenya, Brazil, Meksiko, dan Peru.

Sekitar 85 persen dari 389 peserta merupakan orang-orang hispanik, berkulit hitam, asli Amerika, dan minoritas lainnya. 

Kelompok-kelompok ini terdampak secara tidak proposional pandemi virus corona.

Dari hasil studi tersebut, sekitar 12 persen dari orang-orang yang diberi obat akhirnya tetap membutuhkan mesin pernapasan serta ada yang meninggal dunia dalam 28 hari.

Sementara, pada pasien yang diberikan plasebo, persentasenya sebesar 19 persen.

Hingga kini, belum jelas bagaimana hasil studi tersebut. Pasalnya, obat lain yang bekerja dengan cara yang sama gagal dalam eksperimen ketat pada pasien Covid-19.

Namun demikian, beberapa studi yang bersifat observasional dan tidak begitu ilmiah menunjukkan adanya manfaat dari penggunaan obat serupa.

Sebelumnya, perusahaan obat di AS, Eli Lilly and Co, juga melaporkan manfaat yang ditemukan dalam studi obat antiperadangan baricitinib ketika dikombinasikan dengan obat antivirus remdesivir.

Pada Rabu (16/9/2020), Eli Lilly menyatakan hasil sementara dari pengujian di tahap awal menunjukkan obat antibodi eksperimentalnya cukup menjanjikan, yaitu untuk membantu membersihkan virus.

Selain itu, juga kemungkinan untuk mengurangi kebutuhan rawat inap pada pasien sakit ringan hingga sedang. 

Baca juga: Simak, Berikut Beragam Studi Terbaru tentang Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Tren
Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Tren
5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com