KOMPAS.com - Beberapa negara Eropa, dari Denmark hingga Yunani mengumumkan adanya pembatasan baru pada Jumat (18/9/2020) seiring lonjakan kasus di kota terbesar mereka.
Sementara itu, Inggris yang melaporkan lonjakan kasus harian tertinggi sejak Mei 2020 juga tengah mempertimbangkan langkah serupa.
Kasus di Inggris hampir dua kali lipat menjadi 6.000 per hari pada minggu terakhir pelaporan, sehingga membuat peningkatan jumlah pasien di rumah sakit.
Lonjakan kasus-kasus baru itu terjadi di seluruh bagian utara Inggris dan London.
Baca juga: Inggris Catat 6.000 Kasus Harian, Akankah Ada Lockdown Kedua?
Dikutip dari Aljazeera, Jumat (18/9/2020), Perdana Menteri Inggris Boris Johnsonn mengatakan gelombang kedua virus corona tak dapat dihindari.
Meski tak ingin melakukan penguncian berskala nasional kembali, tetapi pemerintah mungkin akan memberlakukan pembatasan baru.
"Kami sekarang melihat gelombang kedua datang. Saya khawatir bahwa kita akan melihatnya di negeri ini," kata dia.
Baca juga: Beberapa Catatan soal Resesi Inggris...
"Saya sama sekali tidak ingin melakukan penguncian nasional kedua. Ketika Anda melihat apa yang terjadi, pasti Anda bertanya-tanya apakah kita perlu melangkah lebih jauh," lanjutnya.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan, Inggris harus bersatu selama beberapa minggu mendatang untuk mengatasi lonjakan itu.
Menurutnya, penularan baru sebagian besar terjadi di lingkungan sosial dan telah menyebabkan jumlah pasien dirawat meningkat dua kali lipat.
Infeksi juga telah meningkat di sebagian besar Eropa selama dua bulan terakhir. Penerimaan perawatan intensif dan kematian juga mulai meningkat, terutama di Spanyol dan Perancis.
Baca juga: Update Vaksin Covid-19 di Seluruh Dunia, dari Rusia hingga Inggris
Di Spanyol, sejumlah wilayah akan membatasi pergerakan warga akibat lonjakan kasus baru dan mempengaruhi lebih dari 850.000 orang.
Pemimpin regional Isabel Diaz Ayuso, dilansir dari Reuters, Jumat (18/9/2020) mengatakan, akses ke taman dan tempat umum akan dibatasi.
Meski demikian, pembatasan itu tidak mempengaruhi warga untuk pergi bekerja di wilayah yang paling terdampak.
"Kami perlu menghindari lockdown, kami perlu menghindari bencana ekonomi," kata Ayuso dalam konferensi pers.
Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...
Sementara itu, pihak berwenang di Kota Nice, Perancis telah melarang pertemuan lebih dari 10 orang di ruang publik.
Pembatasan baru itu menyusul langkah yang dilakukan di Marseille dan Bordeaux awal pekan ini.
Pada Jumat (18/9/2020), Perancis mencatat lebih dari 13.200 infeksi baru, jumlah harian tertinggi sejak munculnya pandemi di negara itu.
Baca juga: Hasil CT Scan, Kasus Covid-19 di Perancis Telah Ada Sejak November 2019
Di Denmark, Perdana Menteri Mette Frederiksen mengatakan, batas pertemuan publik akan diturunkan dari 100 menjadi 50 orang.
Ia juga memerintahkan agar bar dan restoran tutup lebih awal.
Islandia memerintahkan tempat hiburan dan pub di daerah ibu kota ditutup selama empat hari antara 18-21 September, sementara Irlandia melarang makan di dalam restoran dan acara dalam ruangan tertutup setelah lonjakan kasus dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: Saat Makan di Restoran Disebut Tingkatkan Risiko Penularan Covid-19...
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan pemerintahnya sedang mempersiapkan langkah-langkah regional untuk memerangi virus corona, setelah negara itu mencatatkan 1.972 kasus dalam 24 jam terakhir.
Di Yunani, Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengatakan pemerintah siap untuk memperketat pembatasan di wilayah Athena yang lebih luas seiring percepatan kasus.
Menurutnya, Komite Ahli Kesehatan Yunani telah merekomendasikan pembatasan ekstra pada pertemuan publik, penangguhan acara budaya selama 14 hari, dan sejumlah tindakan lain yang akan berlaku pada Senin (21/9/2020) mendatang.
Baca juga: Hari-hari Terburuk Italia dan Spanyol akibat Virus Corona Belum Berakhir