Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Saat Galungan Orang-orang Memasang Janur di Depan Rumah?

Kompas.com - 16/09/2020, 11:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, Rabu (16/9/2020), umat Hindu mulai melakukan perayaan Galungan meski dalam suasana pandemi.

Perayaan hari raya Galungan selalu identik dengan hiasan penjor yang berjejer rapi di depan rumah warga beragama Hindu, khususnya di Bali. Namun tahun ini penjor dibuat lebih sederhana dari tahun-tahun sebelumnya.

Dilansir Kompas TV, Selasa (15/9/2020), di tengah pandemi Covid-19, banyak warga yang membuat penjor sederhana karena keterbatasan ekonomi.

"Jika pada pandemi ini penjor yang dibuat sederhana tidaklah menjadi permasalahan, asalkan kelengkapan penjor lengkap," kata Ida Pedanda Gede Wayahan Wanasari.

Baca juga: Update Vaksin Covid-19 di Seluruh Dunia, dari Rusia hingga Inggris

Apa itu penjor dan maknanya dalam perayaan Galungan?

Dilansir Kompas.com (9/2/2016), penjor adalah bambu melengkung panjang yang dihiasi rangkaian janur.

Selain itu, penjor juga dilengkapi dengan beberapa hasil bumi seperti kelapa, padi, pisang, dedaunan dan lainnya.

Penjor ini simbol dari keagungan atas kemenangan dharma atau kebaikan melawan adharma atau keburukan.

Baca juga: Lansia, Covid-19, dan Vaksin Flu di Tengah Pandemi...

Menurut tokoh spiritual Jro Gede Nadi, penjor wajib ada di setiap rumah jika hari raya Galungan.

Itu adalah simbol kekuatan atas kemenangan dharma melawan adharma, kebaikan melawan keburukan.

Dikutip Harian Kompas, Rabu (27/6/2007), Galungan pada intinya adalah perayaan kemenangan dharma (perbuatan baik) atas adharma (perbuatan jahat).

Baca juga: Mengenal Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir

Asal kata Galungan

Sejumlah umat Hindu bersiap melaksanakan upacara dalam perayaan Hari Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (1/11/2017). Perayaan Galungan digelar untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan) bagi umat Hindu, sekaligus rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atas ciptaan alam semesta beserta isinya.AFP PHOTO/SONNY TUMBELAKA Sejumlah umat Hindu bersiap melaksanakan upacara dalam perayaan Hari Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (1/11/2017). Perayaan Galungan digelar untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan) bagi umat Hindu, sekaligus rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atas ciptaan alam semesta beserta isinya.

Merujuk buku Seri Sejarah Mitologi Hari Raya Galungan dan Kuningan yang disusun oleh RSI Bintang Dhanu Manik Mas dan IN Djono Gingsir pada 2005, galungan berasal dari kata gal dan lungan.

Kata gal berasal dari kata penggal atau panggul, sedangkan lungan berarti patah atau patahan.

Hari raya Galungan sesuai mitologinya adalah perayaan kematian seorang raja yang dikenal kejam dan bengis bernama Ki Maya Dewana dalam sebuah pertempuran sengit melawan Dewa Wisnu dan Dewa Indra. Kedua dewa terakhir dikenal sakti dan bijaksana.

Baca juga: Sebutan Hari Raya Idul Fitri di Sejumlah Negara dan Perayaannya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com