Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pemuda Wonogiri, Dedikasikan Hidup untuk Meneliti Ikan di Indonesia

Kompas.com - 14/09/2020, 19:29 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

Menyumbang ke LIPI

Setelah melalui perjalanan yang "berdarah-darah", kepala Arapaima itu kemudian dia awetkan, bersama bagian-bagian tubuhnya yang lain.

Dengan bantuan lem tembak, Rikho merangkai tulang-belulang arapaima untuk disusun menjadi kerangka yang utuh.

Waktu untuk menyusun kerangka itu tidak sebentar, dibutuhkan waktu sedikitnya 6 bulan untuk bisa menyelesaikan "puzzle ikan alien" tersebut.

Setelah selesai disusun, ia tidak memajang kerangka tersebut. Dia menyumbangkan kerangka tersebut ke Museum Zoologi Bogor di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi (LIPI) pada 2019 lalu.

"Saya antar langsung ke LIPI. Tidak diberi uang saku dari sana. Kalau diberi uang namanya saya menjual dong," kata Rikho.

Dia mengungkapkan, alasannya menghibahkan kerangka Arapaima tersebut ialah agar orang lain juga dapat meneliti ikan tersebut dari kerangka yang dikirimkannya.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Rikho Jerikho (@rjerikho) pada 24 Mei 2019 jam 2:08 PDT

Sempat terbersit untuk berhenti

Menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan selama meneliti ikan, keinginan untuk berhenti bukannya tidak pernah terbersit di benak Rikho.

Terutama, ia menyebut secara umum proses penelitian pasti membutuhkan dana dan fasilitas yang memadai, dan kedua itu tidak dimilikinya.

"Saya bukan berasal dari kalangan yang memiliki fasilitas lengkap. Saya cuma fresh graduate, dan pernah terbersit kenapa saya harus melakukan ini. Apa saya harus berhenti saja terus cari pekerjaan yang lain saja," ungkap Rikho.

Namun, ia kemudian terkenang dengan masa kecilnya. Bagaimana senangnya ia melihat ikan, kecintaannya pada ikan.

"Kalau umpamanya saya mengikuti arus untuk bekerja di perusahaan, atau perbankan, mungkin semua yang saya rasakan, seperti menemukan Arapaima, jalan-jalan untuk cari ikan, mungkin akan hilang," kata dia.

"Dan kalau hidup cuma satu kali akan serasa sangat janggal, kalau menukar kenangan-kenangan atau potensi kenangan di masa depan tentang ikan, dengan apa yang kita lihat tentang isi duniawi," ungkapnya.

Selain itu, dia berharap hasil dari Project Ichthys-Alien Indonesia dapat digunakan sebagai rujukan oleh pemerintah untuk membuat aturan yang tepat terkait penyebaran benih ikan.

"Semoga nanti orang-orang juga bisa lebih aware terhadap ikan-ikan yang ada di sekitar kita. Bukan cuma menganggapnya sebagai bahan lauk saja," pungkas Rikho.

Hasil penelitian Rikho yang telah dipublikasi bisa dibaca pada tautan berikut, Rikho Jerikho - Google Scholar. Sementara informasi soal ikan, bisa dilihat di laman Instagram-nya @rjerikho dan @finsindonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com