Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Munculnya Klaster-klaster Keluarga, Apa Sebab dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Kompas.com - 06/09/2020, 16:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sudah enam bulan pandemi virus corona menerpa Indonesia. Berbagai upaya penanganan dan pencegahan penularan virus penyebab Covid-19 pun telah dilakukan.

Namun, kondisi saat ini justru belum memperlihatkan tanda-tanda membaik. Setelah sebelumnya klaster-klaster penularan, seperti perkantoran, dan tempat ibadah berhasil diidentifikasi, kini muncul klaster baru yang disebut klaster keluarga.

Salah satu wilayah yang menjadi sorotan karena kemunculan klaster ini adalah Kota Bogor. 

Baca juga: Sederet Kepala Daerah di Indonesia yang Positif Covid-19

Dilansir dari Antara, Minggu (6/9/2020) Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut bahwa penularan Covid-19 di Kota Bogor, Jawa Barat dari klaster keluarga saat ini menempati peringkat tertinggi dibandingkan penularan dari penyebab lainnya.

Menurut dia, penularan Covid-19 di klaster keluarga terus meningkat, dan jumlah keluarga yang menjadi klaster juga terus meningkat.

Bima mengatakan, ada 48 keluarga menjadi klaster dengan jumlah anggota keluarga terkonfirmasi positif Covid-19 ada 189 orang.

"Akumulasi kasus positif Covid-19 di Kota Bogor seluruhnya ada 553 orang, sehingga persentase kasus positif Covid-19 di klaster keluarga ada 34,17 persen," kata Bima.

Baca juga: Covid-19 dan Sederet Daerah yang Menerapkan Jam Malam...

Penyebaran super dan orang tanpa gejala Covid-19

Petugas pemakaman mengali pusara untuk pemakaman jenazah pasien terpapar Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Jumat (10/7/2020).ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj Petugas pemakaman mengali pusara untuk pemakaman jenazah pasien terpapar Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Jumat (10/7/2020).

Epidemiolog dari Griffith University, Australia Dicky Budiman, mengatakan, kemunculan klaster keluarga ini harus dimaknai secara serius, karena menandakan tingginya potensi penularan yang terjadi di masyarakat.

"Idealnya, ketika klaster disampaikan, pemerintah setempat akan mengumumkan pada publik. Misalnya, setiap orang yang berada di wilayah tertentu dan waktu tertentu untuk diimbau, bila merasakan gejala harus menghubungi tenaga kesehatan, bila tidak harus isolasi mandiri," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/9/2020).

Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...

Dicky menambahkan, upaya untuk melakukan tracing atau penelusuran kontak dari satu klaster juga sangat penting.

"Klaster keluarga ini kan population based, jadi sangat penting ditelusuri, selain dipastikan siapa saja yang memiliki kontak dengan klaster keluarga," ujar dia.

Dia menuturkan, secara umum, klaster keluarga terjadi karena ada super spreader. Umumnya orang yang menularkan merasa sehat, dan bepergian serta menemui banyak orang, karena merasa baik-baik saja.

"Ini yang terjadi. Saat ini orang-orang yang tidak bergejala ini mulai menularkan pada orang yang menunjukkan gejala. Paling berbahaya, mereka akan menularkan pada orang paling rawan di masyarakat, seperti lansia," kata Dicky.

Dia mengatakan, hal tersebut berimbas pada meningkatnya angka kesakitan dan juga kematian di masyarakat.

Baca juga: Perjalanan Kasus Virus Corona di Indonesia...

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Tren
Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Tren
Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Tren
Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Tren
10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh Akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh Akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menyelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menyelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com