Mereka tinggal di rumah sampai api menyentuh mereka, lalu berlari ke perahu atau memanjat dari sepasang anak tangga di tepi sungai ke yang lain.
Orang lain membuang barang-barangnya ke Sungai Thames untuk menyelamatkannya.
Baca juga: Selain Indah, Embun Es di Dieng Juga Bermanfaat bagi Petani, Simak Penjelasannya...
Seiring berlalunya hari, angin terus menyala dan beralih ke barat hingga ke pusat kota London.
Pepys menggambarkan kebakaran itu sebagai "nyala api berdarah yang paling mengerikan", membentang lebih dari satu mil.
“Itu membuat saya menangis melihatnya,” tulisnya.
Api berlanjut hingga 5 September 1666. Rumor menyebar dengan liar, menyebut Inggris terlibat dalam Perang Inggris-Belanda Kedua.
Baca juga: Dari Perang hingga Wabah Penyakit, Ini 4 Peristiwa yang Pernah Sebabkan Penyesuaian Ibadah
Spekulasi kobaran api
Penduduk London yang panik segera mulai berspekulasi bahwa kobaran api itu adalah hasil pembakaran oleh agen musuh atau teroris Katolik.
Api padam pada 5 September sore hari dan sebagian besar padam keesokan harinya. Lebih dari empat per lima London hancur.
Secara keseluruhan, kebakaran besar itu telah menghancurkan 13.200 bangunan dan menyebabkan sekitar 100.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Lebih dari 400 hektar kota telah terbakar, menyisakan gurun batu hangus dan balok kayu yang membara. Mengenai jumlah korban, dilaporkan hanya 16 orang yang tewas.
London telah terbakar beberapa kali dalam sejarahnya, tapi pada September 1666 kondisinya sangat buruk.
Kota berpenduduk 500.000 dan jalanan sempit serta struktur bangunan dari kayu itu adalah tempat yang mudah terbakar.
Kandang yang dipenuhi jerami ada di mana-mana. Banyak tulang bawah tanah serta gudang yang dipenuhi dengan bahan yang mudah terbakar seperti terpentin, minyak lampu, dan batu bara.
Lebih buruk lagi, kekeringan selama berbulan-bulan telah menyebabkan kekurangan air dan membuat sebagian besar bangunan kayu mengering.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Belasan Jemaah Haji Meninggal dalam Kebakaran Hotel di Madinah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.