Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Wuhan Adakan Pesta Kolam Renang Besar-besaran, Apa Artinya?

Kompas.com - 01/09/2020, 09:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah foto yang memperlihatkan ribuan orang berdesakkan dengan tanpa masker di kolam renang menjadi viral di media sosial belum lama ini.

Mereka bermain-main di atas pelampung karet dan bersorak-sorai mengikuti festival musik.

Dilansir dari BBC, (18/8/2020), foto tersebut merupakan suasana pesta kolam renang yang diadakan di Wuhan Happy Valley, Taman Air Pantai Maya Wuhan, China, di mana kota ini sebelumnya menjadi pusat virus corona pada akhir tahun 2019.

Baca juga: Lockdown Wuhan Berakhir, Seperti Apa Kondisinya Kini?

Saat ini, tampaknya kehidupan telah kembali normal di Wuhan.

Orang-orang terbukti "berani" menghadiri Festival Musik Elektrik HOHA pada akhir pekan.

Bahkan, penyelenggara menawarkan tiket setengah harga kepada turis wanita dalam upaya untuk menarik lebih banyak pengunjuang.

Baca juga: Vaksin Corona dari Oxford Dinilai Aman, Dijanjikan Siap pada September

Menurut Wakil Manajer Wuhan Happy Valley, taman hiburan air ini telah dibuka sejak 25 Juni lalu, namun tempat tersebut baru mulai mendapatkan lebih banyak pengunjung pada Agustus lalu.

Sebelumnya, jumlah pengunjung pada awal Agustus hanya mencapai setengah dari tingkat pada periode yang sama tahun lalu.

Saat ini, taman air menerima rata-rata 15.000 pengunjung setiap hari selama akhir pekan.

Baca juga: Apakah Aman Pergi ke Pantai atau Kolam Renang Selama Pandemi Covid-19?

Dilansir CNN, (19/8/2020), Taman Air Pantai Maya Wuhan dipenuhi pengunjung pesta dengan pakaian renang yang berkumpul berdampingan, melambai mengikuti irama musik sambil mendinginkan diri di air setinggi pinggul belum lama ini.

Pengunjung lain ada juga yang hanya bersantai di atas pelampung karet yang memenuhi kolam.

Suasana pesta yang ramai tetap tak terbayangkan di beberapa bagian dunia yang masih bergulat dengan virus mematikan itu.

Tetapi di Wuhan, kehidupan berangsur-angsur kembali normal sejak kota metropolis berpenduduk 11 juta di Provinsi Hubei mencabut penguncian ketatnya selama 76 hari pada awal April.

Baca juga: Malaysia dan 100 Hari Lockdown yang Sukses Kendalikan Covid-19

Masih ada risiko

Tak hanya itu, Wuhan dilaporkan belum memiliki kasus virus korona lokal sejak pertengahan Mei 2020.

Wilayah ini juga tidak ada larangan untuk pertemuan besar.

Sementara, seorang profesor penyakit menular di Universitas Nasional Australia, Sanjaya Senanayake mengungkapkan bahwa meski mayoritas penduduk kota telah diuji, masih ada risiko virus ditularkan dari tempat lain.

"Masalahnya adalah kita belum memberantas Covid-19, dan artinya selama tidak diberantas, masih ada risiko terkena, baik dari luar negeri atau di tempat lain," ujar Senanayake kepada BBC.

Baca juga: Catatan Pakar soal 6 Bulan Covid-19 di Indonesia: Segera Luruskan Kebijakan yang Kontradiktif!

Ia mencontohkan kondisi di Selandia Baru di mana wilayah ini tidak memiliki kasus yang ditularkan secara lokal selama lebih dari tiga bulan, sebelum lonjakan kasus baru dilaporkan pada awal pekan lalu.

"Sebuah penelitian dari London menunjukkan bahwa sekitar 10-20 persen orang dengan Covid-19 bertanggung jawab atas sekitar 80 persen kasus," ujar Senanayake.

"Jadi, jika Anda mengumpulkan orang-orang, Anda benar-benar harus berhati-hati. Bahkan, jika satu orang terkena virus, maka Anda berada dalam masa-masa sulit," lanjut dia.

Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...

Berangsur normal

Diketahui, Wuhan pertama kali melakukan karantina wilayah pada 23 Januari di mana saat itu virus corona telah menewaskan 17 orang dan memengaruhi lebih dari 400 orang.

Hal itu dilaporkan seminggu setelah China mengonfirmasi bahwa penularan virus dari manusia ke manusia telah terjadi.

Setelah adanya laporan tersebut, Wuhan sepenuhnya terputus dari seluruh China, karena ribuan orang selama beberapa bulan akan dites dan menjalani isolasi.

Baca juga: Kisah Cinta Pasangan Lansia di Perbatasan Denmark-Jerman Saat Virus Corona...

Dampaknya, semua pertemuan publik yang besar dibatalkan dan orang-orang diminta untuk menghindari pertemuan.

Pada Maret, karantina wilayah perlahan mulai mereda.

Satu penghuni dari setiap rumah tangga diizinkan meninggalkan kompleks tempat tinggal mereka paling lama dua jam.

Pusat perbelanjaan mulai dibuka kembali, angkutan umum mulai beroperasi dan orang-orang perlahan mulai keluar, meskipun jarak sosial masih berlaku dan masker harus dipakai.

Baca juga: Masih Perlukah Masker Saat Memakai Face Shield?

Pada April, karantina wilayah di Wuhan secara resmi dicabut.

Sejumlah pasangan memutuskan untuk menikah, setelah rencana mereka tertunda selama berbulan-bulan.

Untuk sementara, tampaknya kehidupan kembali normal ketika sekolah dibuka kembali, bisnis perlahan-lahan muncul dan transportasi umum kembali beroperasi.

Tetapi pada Mei, enam kasus virus baru tercatat.

Kota ini dengan cepat memberlakukan rencana ambisius untuk menguji seluruh populasinya yang berjumlah 11 juta orang. Wabah segera dikendalikan.

Baca juga: WHO Tegaskan Vaksin Covid-19 Tak Akan Tersedia Sebelum Akhir 2021

Pada Juni, pasar malam atau sejumlah kios-kios jalanan diizinkan buka kembali.

Sebulan kemudian, kehidupan benar-benar mulai kembali normal di sebagian besar wilayah China.

Bioskop di banyak tempat diizinkan untuk dibuka kembali, taman, perpustakaan, museum tertentu juga diizinkan dibuka dengan kapasitas setengah ruangan.

Selain itu, pertemuan yang lebih besar juga diberi izin untuk diselenggarakan.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com