Dua mobil yang parkir di Mapolsek Ciracas rusak dan dibakar. Satu kendaraan operasional dan satu bus Polri rusak. Dua orang polisi terluka. Beberap toko di sekitar Mapolsek Ciracas juga dirusak.
Berbeda denga perusakan pertama, perusakan kedua ini direspons cepat dan tepat meskipun awalnya berusaha ditutup-tutupi.
Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa turun langsung ke lapangan dan membuat pernyataan. Peristiwa penyerangan oleh anggota TNI-AD meresahkan, memalukan dan merugikan nama baik TNI-AD.
Sebanyak 31 prajurit TNI-AD diperika dan kemudian ditahan di rumah tahanan Pomdam dan rumah tahanan TNI. Terhadap Prada MI yang masih luka karena kecelakaan tunggal juga sudah diperiksa.
Ancaman pemecatan sudah disampaikan. Tidak hanya pemecatan, prajurit yang melakukan perusakan diminta mengganti seluruh biaya kerusakan dan pengobatan mereka yang terluka akibat kekerasan yang dilakukan.
Tegas, keras, dan menjerakan. Respons cepat dan tepat ini juga menjadi pembelajaran. Respons ini berbeda dengan kasus penyerangan pertama yang menguap sehingga memunculkan kekerasan kedua dengan pelaku dan korban adalah insitusi yang sama.
Tepat sekali apa yang dikatakan Adika Perkasa bahwa kasus ini memalukan. Karena kabar bohong yang dikarang Prada MI dan menyulut emosi puluhan teman-temannya sesama tentara, nama baik TNI-AD dirugikan.
Di era banjir informasi seperti saat ini, siapa pun dia bisa membuat informasi seperti dilakukan Prada IM. Banjir membawa banyak sampah, begitu juga banjir informasi. Kabar bohong, berita palsu, hoaks adalah wujud nyatanya.
Sampah informasi itu berbahaya jika dikonsumi dan diyakini kebenarannya. Prada IM dan teman-temannya sesama tentara sudah membuktikan.
Akibatnya fatal. Tidak hanya untuk mereka, tetapi untuk orang lain juga.
Oya, Kamis lalu, bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru dan perkuliahan, saya mulai mengajar. Mata kuliah yang saya ampu adalah "Menulis Berita".
Di awal kuliah saya selalu menekankan pentingnya sikap kritis, skeptis kepada mahasiswa fakultas ilmu komunikasi. Sikap ini mengajarkan untuk tidak mudah percaya atau meragu-ragu atas semua informasi untuk diuji kebenarannya sebelum menulis berita.
Kasus Prada MI ini menegaskan lagi pentingnya sikap ini. Tidak hanya untuk penulisan berita, tetapi juga dalam keseharian kita yang makin hari makin dibanjiri informasi.
Layaknya banjir yang banyak membawa sampah, begitu juga banjir informasi. Banyak sampah dibawa serta banjir itu, bukan informasi.
Karena itu, benar perkataan, "Jangan mudah percaya dengan apa yang kamu lihat di internet hanya karena ada foto dan kutipan di sebelahnya."
Tentu saja, bukan Presiden pertama RI Soekarno yang menyatakan kebenaran itu. Sikap skeptis membuat kita mengambil kesimpulan ini sebelum gegabah mengambil tindakan atasnya.
Salam skeptis,
Wisnu Nugroho