Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Pandemi Corona Melambat, Kecuali di Asia Tenggara dan Mediterania Timur

Kompas.com - 26/08/2020, 13:45 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi virus corona Covid-19 masih terus berlangsung, tetapi peningkatan jumlah kasus kematian dan kasus baru dinilai telah melambat secara global.

Namun pelambatan kasus itu tidak terjadi di wilayah Asia Tenggara dan Mediterania bagian timur. 

Dalam informasi epidemiologis terbaru yang dikeluarkan Senin (24/8/2020) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), disebutkan bahwa Amerika Serikat masih menjadi wilayah yang terdampak paling buruk dari pandemi ini.

Wilayah tersebut mencatatkan separuh dari kasus baru yang dilaporkan dan 62 persen dari total 39.240 kasus kematian global di seminggu terakhir.

Baca juga: Positivity Rate Indonesia 14 Persen, Melebihi Standar Aman WHO

Namun, mengutip AFP, Selasa (25/8/2020), Amerika juga memperlihatkan pelambatan terbesar, dengan jumlah kasus baru mengalami penurunan 11 persen dan kematian baru menurun 17 persen dari seminggu sebelumnya. 

Kondisi ini disebut dipicu oleh penurunan transmisi yang dilaporkan di AS dan Brasil, dua negara paling yang paling terdampak pandemi Covid-19 di dunia dengan kasus total terbanyak.

Melansir Reuters, Selasa (25/8/2020), lebih dari 23,65 juta orang di dunia telah dilaporkan terinfeksi virus corona dan lebih dari 800.000 orang di antaranya meninggal dunia.

"Lebih dari 1,7 juta kasus baru Covid-19 dan 39.000 kasus kematian baru dilaporkan ke WHO dalam satu minggu terakhir hingga 23 Agustus, mengalami penurunan 4 persen dalam jumlah kasus serta 12 persen untuk jumlah kematian dibandingkan minggu sebelumnya," kata WHO dalam laporannya. 

Belum melambat di Asia Tenggara dan Mediterania timur

Sementara, Asia Tenggara, wilayah kedua yang paling terdampak pandemi Covid-19, melaporkan lonjakan kasus baru sebanyak 28 persen dan 15 persen kematian. 

Hingga kini, India masih menjadi negara yang melaporkan mayoritas kasus di Asia, tetapi virus juga menyebar dengan cepat di Nepal.

Baca juga: Satgas: Tes Covid-19 di Indonesia Masih Jauh dari Standar WHO

Kemudian, di wilayah Mediterania bagian timur, jumlah kasus virus corona yang dilaporkan meningkat sebanyak 4 persen. Namun, jumlah kasus kematian terus mengalami penurunan secara konsisten dalam 6 minggu terakhir.

Tunisia dan Yordania melaporkan peningkatan tertinggi kasus baru Covid-19 dibandingkan minggu sebelumnya.

Adapun jumlah kasus dan kematian yang dilaporkan di Afrika mengalami penurunan sebanyak 8 persen dan 11 pesen berturut-turut di minggu terakhir.

Menurut WHO, kondisi ini disebabkan oleh penurunan kasus yang dilaporkan di Aljazair, Kenya, Ghana, Senegal, dan Afrika Selatan.

"Di wilayah Eropa, jumlah kasus yang dilaporkan secara konsisten meningkat selama 3 minggu terakhir. Namun, hanya sedikit penurunan (1 persen) yang dilaporkan dalam minggu terakhir dan jumlah peningkatan terus mengalami penurunan," tulis WHO.

Sementara, di wilayah Pasifik bagian barat, jumlah kasus baru menurun hingga 5 persen, dipicu oleh penyebaran yang lebih sedikit di Jepang, Australia, Singapura, China, dan Vietnam.

Korea Selatan sendiri melaporkan peningkatan kasus baru hingga 180 persen, yang sebagian besar merupakan peningkatan kasus yang berasosiasi dengan perkumpulan agama.

Baca juga: Jokowi Sebut Kesembuhan Covid-19 di Indonesia Lebih Baik, Bagaimana Negara Lain?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Cara Bikin Stiker Langsung dari Aplikasi WhatsApp, Cepat dan Mudah

Cara Bikin Stiker Langsung dari Aplikasi WhatsApp, Cepat dan Mudah

Tren
Ramai soal Penumpang Mudik Motis Buka Pintu Kereta Saat Perjalanan, KAI Ingatkan Bahaya dan Sanksinya

Ramai soal Penumpang Mudik Motis Buka Pintu Kereta Saat Perjalanan, KAI Ingatkan Bahaya dan Sanksinya

Tren
Israel Membalas Serangan, Sistem Pertahanan Udara Iran Telah Diaktifkan

Israel Membalas Serangan, Sistem Pertahanan Udara Iran Telah Diaktifkan

Tren
Rp 255 Triliun Berbanding Rp 1,6 Triliun, Mengapa Apple Lebih Tertarik Berinvestasi di Vietnam?

Rp 255 Triliun Berbanding Rp 1,6 Triliun, Mengapa Apple Lebih Tertarik Berinvestasi di Vietnam?

Tren
Israel Balas Serangan, Luncurkan Rudal ke Wilayah Iran

Israel Balas Serangan, Luncurkan Rudal ke Wilayah Iran

Tren
Mengenal Rest Area Tipe A, B, dan C di Jalan Tol, Apa Bedanya?

Mengenal Rest Area Tipe A, B, dan C di Jalan Tol, Apa Bedanya?

Tren
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Tren
Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Tren
Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Tren
Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Tren
10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh Akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh Akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com