Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Mengapa Pemimpin Perempuan Lebih Sukses Tangani Pandemi?

Kompas.com - 22/08/2020, 11:20 WIB

 

KOMPAS.com - Negara-negara yang dipimpin oleh seorang perempuan memang menunjukkan progres positif untuk pengendalian pandemi Covid-19.

Misalnya Selandia Baru dengan Perdana Menteri Jacinda Ardern, Taiwan dengan Presiden Tsai Ing-wen, dan Jerman dengan Kanselir Angela Merkel, dan lain-lain.

Baru-baru ini sebuah studi menjelaskan bahwa pendapat soal kapabilitas pemimpin perempuan dalam penanganan pandemi lebih baik daripada pemimpin laki-laki itu bukan sebatas asumsi belaka.

Dikutip dari South China Morning Post, pemimpin perempuan dinilai mampu memberikan reaksi dan mengikuti temuan ilmiah dengan lebih cepat.

Selain juga lebih siap dalam mengambil risiko ekonomi guna melindungi kehidupan warganya dibandingkan dengan pemimpin laki-laki dalam kondisi yang sama.

Hal ini menjadi latar belakang satu hasil penelitian akademis, bahwa Anda akan lebih aman (dalam kondisi pandemi Covid-19) jika tinggal di negara yang dipimpin oleh seorang perempuan.

Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Liverpool University yang dipimpin oleh Prof. Supria Garikipati.

Baca juga: 9 Pemimpin Perempuan Dunia Ini Dinilai Sukses Atasi Krisis Covid-19 di Negaranya

Lockdown

Dalam penelitian tersebut disebutkan negara-negara dengan pemimpin perempuan diberlakukan kuncian wilayah atau lockdown lebih awal.

Mereka mengikuti anjuran atau imbauan yang dikeluarkan oleh para ahli keilmuan dengan cepat dan ketat.

“Dipimpin perempuan memberi keuntungan bagi negara dalam krisis saat ini,” kata Garikipati.

“Hasil riset kami dengan jelas menunjukkan pemimpin perempuan bereaksi lebih cepat dan tegas dalam menghadapi potensi kematian. Di hampir semua kasus, mereka mengurung wilayahnya lebih awal daripada pemimpin laki-laki. Hal itu tentunya telah membantu menyelamatkan nyawa," lanjut dia.

Studi ini berdasar pada data makro yang berasal dari Bank Dunia meliputi 194 negara hingga 19 Mei 2020.

Dari jumlah negara yang dianalisis tersebut, hanya 19 di antaranya yang dipimpin oleh seorang perempuan.

Namun, dalam data tersebut tidak termasuk Taiwan dan Hong Kong, karena keduanya tidak masuk dalam data yang dimiliki Bank Dunia.

Jika Taiwan dan Hong Kong masuk dalam perhitungan, maka hasil temuan Garikipati akan menjadi lebih kuat mengingat dua negara tersebut juga dipimpin oleh perempuan dan menjadi negara yang paling berhasil di dunia dalam mengatasi virus.

Baca juga: Mengapa Laki-laki Lebih Mudah Terinfeksi Corona Dibanding Perempuan?

Dampak ekonomi

Studi ini juga mengonfirmasi temuan soal tema yang sama sebelumnya dari tim Trinity College Dublin dan Westminster Foundation for Democracy di King's Ccollege London Mei lalu.

Trinity College menemukan dampak perekonomian negara yang dipimpin oleh perempuan 6 kali lebih kecil dibanding negara lain. Pun dengan jumlah kasus kematian yang terjadi di negaranya.

Proses perataan kurva berjalan lebih cepat dan puncak kasusnya 6 kali lebih rendah dari negara lain dengan pemimpin laki-laki.

Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan menyebut sebagian besar pemerintahan yang dipimpin perempuan lebih menekankan pada kesejahteraan sosial dan lingkungan, juga berinvestasi lebih pada kesehatan publik.

"Analisis penelitian lain yang terdekat menegaskan bahwa negara-negara yang dipimpin perempuan bekerja lebih baik, mengalami lebih sedikit kasus, serta lebih sedikit mencatatkan kematian," tulis Garikipati.

Jika di luar sana disebutkan pemimpin perempuan biasanya menghindari risiko, penelitian dari Liverpool ini menyebut hal sebaliknya.

"Mereka siap mengambil risiko signifikan untuk ekonomi mereka dengan melakukan kuncian lebih awal,” kata Garikipati.

Baca juga: Perempuan Ini Diputus Tunangannya karena Gemuk, Kini Menang Miss Britania Raya 2020

Pemimpin laki-laki

Studi ini setuju jika pada umumnya pemimpin laki-laki seperti Donald Trump (AS), Jair Bolsonaro (Brasil), dan Boris Johnson (Inggris) tidak terlalu memberikan tindakan serius dalam menangani Covid-19.

Misalnya Bolsonaro yang menyebut Covid-19 menyerupai flu atau demam, Johnson yang tetap berjabat tangan dengan semua orang di rumah sakit, san sebagainya.

Sebaliknya, pemimpin perempuan misalnya Angela Merkel dan Jacinda Arden menunjukkan langkah kerja yang konkrit.

Kerja mereka banyak mendapat apresiasi, karena dianggap mampu menyelamatkan banyak nyawa dari bahaya virus ini.

Meski begitu, Garikipati menekankan temuan ini dihasilkan di tahap awal perkembangan pandemi global yang didasarkan pada reaksi langsung para pemimpin di gelombang pertama pandemi.

Sehingga studi ini perlu untuk diulang ketika sudah ada pembaruan data, baik terkait korban dan kerugian ekonomi, yang bisa jadi akan dilakukan satu tahun dari sekarang.

Namun memang, saat ini sudah dapat terlihat dengan jelas adanya perbedaan sistemik dan terukur dalam keefektifan pembuatan kebijakan ketika sebuah negara dipimpin oleh seorang perempuan.

Ada empati, kasih sayang, kemauan mendengarkan, dan berkolaborasi.

Kondisi ini sangat penting dan berharga tidak hanya dalam penanganan pandemi, namun juga masalah lain yang menuntut adanya kerjasama internasional yang solid. Misalnya krisis iklim, pencemaran lingkungan, penggunaan sumber daya, dan sebagainya.

"Ketika dihadapkan dengan pengalaman negatif, laki-laki cenderung bereaksi dengan amarah, sementara perempuan bereaksi dengan hati-hati," ujar Garikipati.

Baca juga: Kasus-kasus Virus Corona, Klaim Pemimpin Negara, dan Contoh Keberhasilan Penanganan Covid-19

Sumber: SCMP

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+