Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Virus Corona dari Rusia 'Sputnik V', Bagaimana Cara Kerjanya?

Kompas.com - 15/08/2020, 09:03 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jarang terdengar kabarnya, tiba-tiba Rusia akan meluncurkan vaksin virus corona.

Vaksin yang diklaim bakal menjadi yang pertama disetujui di dunia menghadapi skeptisisme tentang keefektifan dan keamanannya setelah kurang dari dua bulan pengujian pada manusia.

Dilansir dari Aljazeera, (13/8/2020), Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan, Rusia telah menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan regulasi untuk vaksin Covid-19 pada 11 Agustus 2020.

Adapun vaksin ini telah menunjukkan "kekebalan yang stabil" terhadap virus corona baru dan telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan.

Karena menjadi vaksin pertama yang disetujui dunia, apa saja yang perlu diketahui tentang vaksin yang diberi nama "Sputnik V" ini?

Baca juga: Soal Vaksin Virus Corona Rusia, Berikut Fakta yang Diketahui Sejauh Ini

Apa itu Sputnik V?

Sputnik V merupakan vaksin yang dikembangkan oleh lembaga penelitian Gamaleya bekerja sama dengan kementerian pertahanan Rusia.

Tindakan ini didasarkan pada vaksin yang terbukti melawan adenovirus, flu biasa.

Menurut Kementerian Kesehatan Rusia, vaksin ini diharapkan dapat memberikan kekebalan dari virus corona penyebab Covid-19 hingga dua tahun.

Namun, hasil uji coba terbatas belum dipublikasikan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan, pihaknya menantikan untuk meninjau uji klinis.

Cara kerja vaksin

Vaksin ini diberikan dalam dua dosis dan terdiri dari dua serotipe adenovirus manusia, masing-masing membawa antigen S dari virus korona baru, yang memasuki sel manusia dan menghasilkan respons imun.

Hal ini yang disebut sebagai vaksin vektor virus, artinya menggunakan virus lain untuk membawa pengkodean DNA dari respons kekebalan yang dibutuhkan ke dalam sel.

Platform yang digunakan untuk vaksin tersebut dikembangkan oleh para ilmuwan Rusia selama 20 tahun dan telah menjadi dasar untuk beberapa vaksin di masa lalu, termasuk yang melawan Ebola.

Vaksin Gamaleya didasarkan pada teknologi yang mirip dengan prototipe vaksin virus corona yang dikembangkan oleh CanSino, perusahaan pembuat vaksin China.

Menteri Kesehatan Rusia, Mikhail Murashko menyampaikan, uji klinis yang melibatkan beberapa ribu peserta akan menyusul.

Murashko menambahkan, batch pertama dari vaksin akan tersedia untuk tenaga medis dalam dua minggu ke depan.

Baca juga: Vietnam Pesan Vaksin Corona dari Rusia

Siapa saja yang melakukannya sejauh ini?

Mengutip, The Moscow Times, (13/8/2020), Kepala Gamaleya Alexander Gintsburg dan ilmuwan institut itu telah menyuntik diri mereka sendiri dengan vaksin.

Para ahli mengkritik langkah mereka sebagai cara yang tidak ortodoks dan terburu-buru untuk memulai uji coba manusia.

Kemudian, Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), Kirill Dmitriyev menyampaikan, ia dan keluarganya juga telah mengambil vaksin.

Salah satu anak Putin juga dikabarkan mengambil vaksin. Ia mengatakan, satu-satunya efek samping yang dialaminya adalah suhu tinggi 38 derajat celsius selama satu hari.

Selain itu, ratusan anggota elis politik dan bisns Rusia mungkin telah diinokulasi dengan vaksin eksperimental sejak awal April.

Beberapa peserta melaporkan mengalami demam dan nyeri otot setelah menerima suntikan, sementara seorang eksekutif puncak yang tidak disebutkan namanya mengatakan dia tidak memiliki efek samping.

Apakah vaksin ini aman?

Pihak pengembang mengatakan, vaksin itu termasuk aman untuk digunakan.

Sementara, Putin menilai vaksin Sputnik V cukup efektif dan memberikan kekebalan yang berkelanjutan berdasarkan tanggapan anaknya terhadap suntikan itu.

Para ilmuwan di Barat telah menyuarakan keprihatinan atas kecepatan pengembangan vaksin Rusia.

Mereka beranggapan bahwa para peneliti mungkin mengambil jalan pintas setelah mendapat tekanan dari pihak berwenang untuk mengirimkannya.

Meski begitu, ahli virologi Rusia juga telah memperingatkan bahwa vaksin itu bisa berbahaya bagi orang yang memiliki antibodi terhadap virus tersebut.

Selain itu, WHO juga pekan lalu mendesak Rusia untuk mengikuti pedoman yang ditetapkan dan melalui semua tahapan yang diperlukan untuk mengembangkan vaksin yang aman.

Diketahui, diberikannya cap persetujuan pada kandidat vaksin akan membutuhkan tinjauan keamanan yang ketat dari data uji coba.

Baca juga: Jokowi Ungkap Anggaran Kesehatan Rp 169,7 Triliun, Termasuk untuk Vaksin

Kapan akan tersedia untuk umum?

Sertifikat pendaftaran di situs web Kementerian Kesehatan Rusia mencatat bahwa vaksin tersebut akan memasuki sirkulasi sipil pada 1 Januari 2021.

Wakil Perdana Menteri Rusia sekaligus pihak yang bertanggung jawab atas masalah kesehatan, Tatyana Golikova mengungkapkan, para pejabat berharap vaksinasi tenaga medis dapat dimulai pada akhir Agustus atau awal September.

Sementara, Kepala RDIF Dmitriyev mengatakan kampanye vaksinasi massal akan dimulai di antara relawan di Rusia pada Oktober, sebulan setelah produksi industri diharapkan diluncurkan.

Sebab, sudah sebanyak 20 negara telah memesan lebih dari 1 miliar dosis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Tren
Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

Tren
Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Tren
Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Tren
Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Tren
Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Tren
Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Tren
Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Tren
Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Tren
Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Tren
Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Tren
Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Tren
7 Fakta Kebakaran Mampang, Padam Usai 16 Jam dan 7 Korban Terjebak

7 Fakta Kebakaran Mampang, Padam Usai 16 Jam dan 7 Korban Terjebak

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com