Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resesi Ekonomi, Mengenal Apa Itu IMF, dan Perannya dalam Perekonomian Global...

Kompas.com - 09/08/2020, 13:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Ancaman resesi ekonomi global akibat pandemi virus corona kini menjadi sesuatu yang dikhawatirkan oleh semua negara, terlebih bagi negara-negara yang sampai saat ini masih berjibaku untuk mengendalikan penyebaran virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi kerugian perekonomian global akibat pandemi virus corona bisa mencapai 12 triliun dollar AS atau sekitar Rp 168.000 triliun (kurs Rp 14.000).

IMF memproyeksikan 95 persen negara-negara di dunia diproyeksi mengalami kontraksi atau atau pertumbuhan ekonomi di zona negatif, termasuk Indonesia.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi dan Bedanya dengan Depresi Ekonomi

Hal ini terbukti dengan laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ke II tahun 2020, minus 5,32 persen.

Dengan catatan ini artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun sejak 2018 silam.

Sementara di kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi sudah tersungkur di angka 2,97 persen.

Dari 17 sektor lapangan usaha yang menopang perekonomian, hanya 7 sektor yang masih bisa tumbuh. Kontraksi terdalam terjadi pada sektor transportasi sebagai dampak pembatasan sosial.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi dan Bedanya dengan Depresi Ekonomi

IMF dan Indonesia

Mobil yang dibakar saat kerusuhan Mei 1998 di kawasan Grogol, Jakarta Barat, 13 Mei 1998.MAJALAH D&R/RULLY KESUMA Mobil yang dibakar saat kerusuhan Mei 1998 di kawasan Grogol, Jakarta Barat, 13 Mei 1998.

Proyeksi IMF terkait kerugian ekonomi global, dan juga situasi Indonesia saat ini, membangkitkan ingatan tentang krisis moneter Indonesia pada 1997-1998 silam.

Krisis yang bermula dari Thailand, akibat serangan spekulan mata uang, akhirnya merambah ke negara-negara lain di Asia Tenggara.

Indonesia sendiri menerima dampak yang cukup parah, hingga pada akhirnya harus mengajukan bantuan ke IMF.

Baca juga: Ancaman Kelaparan dan Krisis Pangan Global Setelah Pandemi Corona

Mengutip Harian Kompas, 1 November 1997, IMF mengumumkan paket bantuan keuangan multilateral bernilai 23 miliar dollar AS yang menyertakan Bank Dunia, dan Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk membantu menstabilkan sistem keuangan Indonesia pada Jumat (31/10) sore atau Jumat malam WIB.

Dalam konferensi pers di Washington, AS, Direktur Pelaksana IMF Michell Camdessus mengatakan, para donatur bilateral terdiri atas Australia, China, Hongkong SAR, Jepang, Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat sudah menyatakan kesediaannya jika diperlukan bantuan dana tambahan.

Paket bantuan IMF saat itu terdiri dari 10 miliar dollar AS dalam bentuk fasilitas dana siaga (stand-by loan), Bank Dunia menyediakan 4,5 miliar dollar AS, dan Bank Pembangunan Asia 3,5 miliar dollar AS.

Diperkirakan ada bantuan lain, termasuk penggunaan aset penting eksternal (subtansial external asset) Indonesia, sehingga seluruhnya mencapai 23 miliar dollar AS.

 Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...

Lantas apa itu IMF?

Kantor Pusat IMFimf.org Kantor Pusat IMF

Menilik rekam jejaknya, IMF selama ini dikenal oleh khalayak umum sebagai lembaga ekonomi global yang kerap turun tangan ketika suatu negara dilanda krisis.

Tidak hanya di Indonesia, IMF juga pernah mengucurkan bantuan untuk Thailand pada 1997 silam.

Anggapan bahwa IMF adalah semacam lembaga pemberi bantuan tidak sepenuhnya salah.

Baca juga: Mengingat Kerusuhan Mei 1998, Bagaimana Kronologinya?

Mengutip laman resmi IMF, Minggu (9/8/2020) IMF adalah salah satu badan khusus dalam sistem Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945 untuk membantu mempromosikan kesehatan perekonomian dunia.

Dengan markas besarnya berlokasi di Washington, DC, IMF diperintah oleh keanggotaannya yang terdiri dari 189 negara.

IMF adalah lembaga sentral dari sistem moneter internasional—yaitu sistem pembayaran dan nilai tukar internasional di antara mata-mata uang nasional yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan bisnis di antara negara-negara di dunia.

Baca juga: Menilik Potensi Resesi Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19...

IMF bertujuan untuk mencegah krisis dalam sistem tersebut dengan mendorong negara-negara supaya melaksanakan kebijakan ekonomi yang baik.

Seperti diindikasikan dalam namanya, IMF juga merupakan suatu dana yang dapat dimanfaatkan oleh anggota yang memerlukan pembiayaan sementara untuk menyelesaikan masalah neraca pembayaran.

Tujuan IMF

Tujuan IMF berdasarkan akta pendiriannya meliputi upaya promosi perluasan secara seimbang
perdagangan dunia, stabilitas nilai tukar, pencegahan devalusasi mata uang kompetitif, dan mengoreksi secara tertib persoalan neraca pembayaran suatu negara.

Untuk mencapai tujuan tersebut,

  • IMF melakukan pemantauan perkembangan dan kebijakan ekonomi dan keuangan dari negara-negara anggotanya dan pada tingkat global, dan memberikan nasihat dan masukan kebijakan kepada anggotanya berdasarkan pengalamannya yang lebih dari 50 tahun.
  • IMF memberikan pinjaman kepada negara anggota yang menghadapi masalah neraca pembayaran, tidak hanya untuk menyediakan pembiayaan sementara, tetapi juga untuk mendukung proses penyesuaian dan kebijakan reformasi yang bertujuan untuk mengoreksi permasalahan mendasar perekonomian.
  • IMF menyediakan bantuan teknis dan pelatihan di bidang yang menjadi keahliannya kepada pemerintah dan bank sentral dari negara anggotanya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi, Dampak, dan Penyebabnya...

Sumber Dana IMF

Sumber daya (pendanaan) IMF terutama berasal dari pembayaran iuran kuota (atau modal) dari negara-negara anggota ketika mereka bergabung dengan IMF, atau melalui tinjauan berkala dari kenaikan kuota.

Negara membayar 25 persen dari pembayaran iuran kuota mereka dalam bentuk Hak Penarikan Khusus (Special Drawing Rights) atau dalam bentuk mata uang utama, seperti dollar AS atau yen Jepang.

IMF dapat meminta sisa 75 persen pembayaran kuota dalam bentuk mata uang negara
anggota sendiri, yang dapat disediakan untuk pinjaman sesuai kebutuhan.

Baca juga: Uang Logam Rp 500 Dijual hingga Rp 100 Miliar, Kolektor: Cuma Ngawur Saja

Kuota tidak hanya menentukan jumlah pembayaran iuran sebuah negara,
tetapi juga kekuasaaan hak pilihnya; jumlah pembiayaan/pinjaman yang dapat diterima
dari IMF, dan bagiannya dalam alokasi SDR.

Kuota dimaksudkan untuk mencerminkan secara luas ukuran relatif anggota dalam perekonomian dunia: semakin besar output ekonomi negara, dan juga semakin besar dan lebih bervariasi perdagangannya, maka kuotanya cenderung semakin tinggi

Berikut adalah 10 negara yang menjadi penyumbang terbesar IMF saat ini:

  1. Amerika Serikat: 17,45 persen kuota
  2. Jepang: 6,48 persen kuota
  3. China: 6,41 persen kuota
  4. Jerman: 5,60 persen kuota
  5. Perancis: 4,24 persen kuota
  6. Inggris: 4,24 persen kuota
  7. Italia: 3,17 persen kuota
  8. India: 2,76 persen kuota
  9. Rusia: 2,71 persen kuota
  10. Brasil: 2,32 persen kuota
  11. Rusia: 2,71 persen kuota

Dalam kondisi yang diperlukan, IMF juga bisa meminjam dana untuk menambah sumber daya yang tersedia dari kuotanya.

Baca juga: Kena PHK, Bisakah Mengajukan Pencairan Dana JHT ke BPJamsostek?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Tren
Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Tren
Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com