Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan Lebanon, Bagaimana Amonium Nitrat Sampai ke Pelabuhan Beirut?

Kompas.com - 06/08/2020, 15:18 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beirut, Ibu kota Lebanon berduka setelah ledakan besar terjadi pada Selasa (4/8/2020) lalu.

Setidaknya 135 orang meninggal, 5.000 orang luka-luka, dan 300.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Menurut otoritas setempat, ledakan disebabkan pengapalan besar-besaran pupuk pertanian atau amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut tanpa tindakan pencegahan keamanan selama bertahun-tahun.

Baca juga: Ledakan di Beirut, Lebanon Disinyalir Berasal dari 2.750 Ton Amonium Nitrat, Apa Itu?

Perdana menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan ada 2.750 metrik ton amonium nitrat di sana.

Hingga kini penyelidikan terhadap penyebab ledakan di Lebanon terus berlanjut.

Lalu bagaimana amonium nitrat tersebut tiba di Beirut?

Menurut CNN, Rabu (5/8/2020), 2.750 metrik ton amonium nitrat tiba di Beirut dengan kapal milik Rusia pada 2013.

Kapal itu adalah MV Rhosus. Kapal itu dimiliki oleh sebuah perusahaan bernama Teto Shipping.

Menurut anggota kru, kapal itu dimiliki oleh Igor Grechushkin, seorang pengusaha Khabarovsk yang tinggal di Siprus.

Baca juga: Ledakan di Beirut Lebanon Disebut Mirip Peristiwa Bom Hiroshima

Kapal berangkat dari Batumi, Georgia menuju Mozambik. Kapal berbendera Moldova itu singgah di Yunani untuk mengisi bahan bakar.

Saat itu pemilik kapal memberi tahu para pelaut Rusia dan Ukraina bahwa dia telah kehabisan uang dan mereka harus mengambil kargo tambahan untuk menutupi biaya perjalanan.

Hal itu membawa mereka memutar ke Beirut. Namun, sesampainya di Beirut, MV Rhosus ditahan oleh otoritas pelabuhan setempat karena pelanggaran berat dalam mengoperasikan kapal.

Baca juga: Fakta Ledakan Lebanon, dari Tewaskan 78 Orang hingga Disebut Mirip Bom Hiroshima

Kapal ditahan

Gambar kapal miring di kawasan pelabuhan ibu kota Beirut, Lebanon paska ledakanMaxar Technologies Gambar kapal miring di kawasan pelabuhan ibu kota Beirut, Lebanon paska ledakan

Tak hanya itu, kapal juga ditahan karena belum membayar biaya ke pelabuhan dan pengaduan yang diajukan oleh awak Rusia serta Ukraina. Kapal pun tak melanjutkan perjalanannya.

Para pelaut berada di kapal selama 11 bulan dengan persediaan yang sedikit. Akhirnya mereka harus menjual bahan bakar dan menggunakan uang itu untuk menyewa pengacara karena tidak ada bantuan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com