Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filipina Alami Resesi di Tengah Lockdown Kedua Virus Corona

Kompas.com - 06/08/2020, 11:35 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Filipina secara resmi mengumumkan telah mengalami resesi. Pengumuman disampaikan pada hari ini, Kamis (6/8/2020), oleh Otoritas Statistik Filipina.

Seperti diketahui, gelombang resesi mengintai banyak negara di tengah merebaknya pandemi virus corona.

Sejauh ini, negara Asia yang sudah mengumumkan resesi adalah Jepang, Singapura, dan Korea Selatan.

Resesi yang dialami Filipina terjadi di tengah lonjakan kasus infeksi baru dan penerapan kembali penguncian atau lockdown.

Mengutip Manila Bulletin, Kamis, Otoritas Statistik Filipina menyebut adanya penyusutan ekonomi sebesar 16,5 persen pada periode April-Juni 2020.

Kondisi itu mengakibatkan resesi pertama di Filipina sejak 1991 dan menjadi kontraksi kuartalan terburuk negara.

Hal ini juga merupakan pembalikan dari pertumbuhan 5,4 persen yang tercatat pada kuartal kedua tahun lalu.

Baca juga: Mengapa Kasus Corona di Filipina Melonjak Drastis? Berikut Datanya...

Dengan penyusutan 16,5 persen, kinerja Produk Domestik Bruto (PDB) Filipina mengalami kontraksi yang terparah di antara ekonomi Asia Tenggara.

Singapura, misalnya, mengalami kontraksi minus 12,6 persen, Indonesia minus 5,32 persen, dan Vietnam tumbuh 0,36 pada kuartal kedua.

Sektor utama penyumbang penyusutan ekonomi Filipina adalah manufaktur (minus 21,3 persen), konstruksi (minus 33,5 persen), serta transportasi dan penyimpanan (minus 59,2 persen).

Di antara sektor ekonomi utama, hanya pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh 1,6 persen.

Sementara, industri dan layanan keduanya menurun selama kuartal tersebut masing-masing sebesar 22,9 persen dan 15,8 persen.

Pukulan ekonomi dari pandemi dapat semakin memburuk setelah pemberlakuan kembali penguncian di Ibu Kota Manila dan provinsi sekitarnya selama dua minggu, sejak Selasa (4/8/2020).

"Ekonomi Filipina jatuh ke resesi dengan krisis PDB pada kuartal kedua dan menunjukkan dampak destruktif dari penguncian pada ekonomi yang bergantung pada konsumsi," kata ekonom senior ING, Nicholas Antonio Mapa, dilansir dari Reuters, Kamis (6/8/2020).

Baca juga: 6.352 Kasus Baru Corona di Filipina, Peningkaan Harian Tertinggi di ASEAN

"Dengan rekor pengangguran tertinggi yang diperkirakan akan naik dalam beberapa bulan mendatang, kami tidak mengharapkan perputaran cepat dalam prilaku konsumsi, terlebih lagi dengan kasus Covid-19 yang masih meningkat," lanjut dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com