"Tidak dapat diterima ada 2.750 amonium nitrat disimpan di gudang selama enam tahun, tanpa adanya langkah pengamanan sehingga membahayakan keselamatan warga," kata Diab.
"Saya tidak akan beristirahat sampai kita menemukan orang-orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi, meminta pertanggungjawaban mereka, dan menjatuhkan hukuman maksimum," imbuhnya.
Dilansir AFP , Selasa (4/8/2020), Diab menegaskan mereka akan segera menggelar penyelidikan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab.
"Apa yang terjadi hari ini tidak akan dibiarkan begitu saja. Mereka yang bertanggung jawab akan menerima akibatnya," janjinya.
Qatar, Irak, dan Kuwait berencana untuk mengirim bantuan medis ke Lebanon setelah ledakan mematikan itu, menurut kantor berita negara di Timur Tengah.
Kantor berita NNA Lebanon melaporkan bahwa Qatar akan mengirim pasokan untuk melengkapi dua rumah sakit lapangan dengan 500 tempat tidur pada Rabu (5/8/2020).
NNA juga melaporkan bahwa Irak akan mengirim perlengkapan untuk rumah sakit lapangan dan minyak.
Baca juga: Ledakan di Beirut Lebanon Disebut Mirip Peristiwa Bom Hiroshima
Emir Qatar, Tamim Bin Hamad Al Thani, mengatakan di Twitternya bahwa ia telah menelepon Presiden Libanon Michel Aoun untuk memberikan bantuan secepatnya.
"Belasungkawa kami sampaikan kepada orang-orang Lebanon, dan kami berdoa kepada Tuhan agar para korban diberkati dengan belas kasihan dan menyembuhkan yang terluka," katanya.
Putra Mahkota Kuwait Sheikh Nawaf Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah juga telah mengarahkan pihak berwenang di negara itu untuk mengirim bantuan medis ke Lebanon.
Hal itu menurut sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh Kantor Berita Kuwait (KUNA).
Baca juga: Selain di Beirut, Berikut 4 Kasus Ledakan Besar yang Disebabkan Amonium Nitrat
Berdasarkan pantauan Kompas.com, tanda pagar (tagar) #Beirut dan #PrayforLebanon memuncaki daftar topik paling banyak dibicarakan setidaknya hingga Rabu (5/8/2020) pagi.
Sebanyak lebih dari 1,5 juta warganet membicarakan topik mengenai Beirut dengan menyertakan #Beirut.