Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Lebih Banyak yang Menyembelih Kerbau Saat Idul Adha di Kudus?

Kompas.com - 30/07/2020, 08:03 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Dosen Filsafat Budaya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus Nur Said, mengatakan, meski menyembelih sapi sudah bukan hal yang ditabukan lagi di Kudus, namun ia berharap bahwa tradisi penyembelihan kerbau saat Idul Adha tetap dipelihara.

"Sembelih kerbau ini kan bagian dari warisan dakwah yang santun, toleran, dan ramah dari Kanjeng Sunan Kudus, dan itu sudah dikenal dalam berbagai tutur tinular. Sehingga masyarakat Kudus mengikuti keteladanan Kanjeng Sunan yang berdakwah dengan toleran," kata Nur Said saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/7/2020).

Ia menuturkan, dari penyembelihan kerbau tersebut masyarakat Kudus memetik nilai-nilai luhur Islam, yakni dakwah yang merangkul dan bukan memukul. 

"Inti dari Islam itu kan sebetulnya rahmatan lil 'alamin. Maksudnya adalah merahmati, jadi kepada kelompok lain, walaupun beda agama, beda suku, rahmah itu harus diberikan. Dalam menyampaikan Islam pun harus penuh dengan cinta kasih," kata Nur Said.

Salah satu perwujudan dari rahmatan lil 'alamin kemudian diwujudkan dengan tradisi menyembelih kerbau saat Idul Adha, sebagai bentuk penghormatan terhadap masyarakat Kudus yang saat itu sebagian besar memeluk Hindu dan menyakralkan sapi.

Toleransi beragama

Saat ini, memang tidak semua masyarakat Kudus masih menyembelih kerbau saat Idul Adha, hanya sebagian yang masih melestarikan tradisi itu.

Namun Nur Said mengaku bahwa ia termasuk salah satu yang menganggap bahwa tradisi ini harus dilestarikan.

"Jadi karena tradisi menyembelih kerbau di Kudus ini punya sejarah panjang, nilai edukatif, sehingga perlu dilestarikan. Meskipun sekarang sudah mengalami pergeseran, tapi paling tidak tradisi menyembelih kerbau sebagai kurban itu bisa menjadi media pembelajaran bagi generasi milenial," kata Nur Said.

Baca juga: Kasus Corona Meningkat, Hong Kong Kewalahan Hadapi Lonjakan Pasien

Muslim saat ini memang menjadi kelompok mayoritas, baik di Kudus maupun Indonesia.

Namun tradisi menyembelih kerbau saat Idul Adha menurut Nur Said bukanlah ritual tanpa makna. Di balik itu, ada pesan pendidikan toleransi beragama, sehingga tradisi ini harus dipertahankan.

Ia juga mencontohkan, salah satu bukti toleransi dakwah Islam di masa silam adalah kehadiran Menara Kudus yang berada di Masjid Agung Kudus. 

"Menara Kudus itu kan konstruksinya juga seperti bangunan umat Hindu di Bali. Meskipun begitu, bukan berarti Menara Kudus harus dirobohkan, tapi justru dipertahankan sebagai benda cagar budaya yang penuh dengan makna. Sebagai menara multikultural, menara pesan damai untuk dunia," kata Nur Said.

Kalau Menara Kudus menjadi bukti arkeologis, maka menyembelih kerbau juga menjadi bukti tradisi, dalam konteks perdamaian kemudian menjadi relevan.

Tidak hanya di Kudus semata, namun juga perlu diadopsi di seluruh dunia, tentang penyampaian Islam secara ramah dan toleran.

 "Bagi saya, sebagai bagian dari warga Kudus, saya masih menganggap penting menyembelih kerbau. Itu masih perlu dilestarikan. Bahkan meski sapi lebih murah sekalipun, saya kira dalam tradisi kurban ini yang dipertimbangkan bukan material tapi spiritual dan nilai. Added value atau nilai tambahan kalau kita menyembelih kerbau itu lebih tinggi ketimbang kita menyembelih sapi," kata Nur Said.

Baca juga: Update Haji 2020: Selesai Tawaf, Jemaah Haji Lanjutkan Ibadah Sai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com