"Kantor dan sekolah harus ditutup sampai akhir tahun. Tak ada pilihan lain buat Indonesia, kecuali mau membuat risiko terjadinya lonjakan besar kasus infeksi dan kematian," kata Dicky.
Ia berpandangan, penutupan ini harus dilakukan secara serentak dibarengi dengan kedisiplinan penuh dari pihak masyarakat.
Indonesia akan kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau penguncian, karena dampaknya besar terhadap ekonomi.
Oleh karena itu, mencegah terbentuknya klaster baru di area perkantoran menjadi opsi yang paling mungkin diambil.
"Prioritas selama masa rawan pandemi ini harus WFH dulu. Penularan di kantor yang indoor ini dua puluh kali lebih besar daripada outdoor. Kondisi inilah yang membuat orang-orang di dalam gedung sangat rawan," papar dia.
Baca juga: Kasus Infeksi Lewati 100.000, Epidemiolog Desak WFH Kembali Dilakukan
Atas semua kondisi yang masih berlangsung hingga hari ini, Jubir Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito meminta seluruh pihak untuk tetap waspada.
"Indonesia masih dalam kondisi krisis. Untuk itu, kita perlu tetap waspada," ujar dia.
Apalagi dengan melihat peningkatan zona bahaya Covid-19, zona merah, dan oranye di seluruh wilayah Indonesia.
Zona oranye meningkat dari 32,8 persen menjadi 35,99 persen dan zona merah meningkat dari 6,81 persen menjadi 10,31 persen.
Oleh karenanya, Wiku mengajak kita semua untuk menjadikannya sebagai bahan perhatian.
"Ini bukan kabar yang menggembirakan, perlu jadi perhatian kita bersama," kata dia.
Baca juga: Kasus Covid-19 Tembus 100.000, Indonesia Masih Krisis Kesehatan
Masyakarat diminta meningkatkan kewaspadaan. Salah satu kuncinya dengan disiplin dan patuh pada protokol pencegahan Covid-19.
Apalagi, angka kasus dari orang tanpa gejala juga cukup tinggi.
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada diri dari orang-orang yang terinfeksi tanpa gejala, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan.
Langkah itu adalah:
Baca juga: Penjelasan Bio Farma, Indonesia Bukan Kelinci Percobaan Vaksin China