Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Corona di Jateng Meningkat, Ganjar: Seperti Kita Menjala Ikan...

Kompas.com - 21/07/2020, 07:28 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Apabila mengamati grafik penambahan kasus virus corona di Jawa Tengah, maka terlihat adanya penambahan yang cukup signifikan akhir-akhir ini.

Awal bulan Juli misalnya, kasus terkonfirmasi positif ada sebanyak 2.991 kasus menurut data dari https://corona.jatengprov.go.id/data.

Namun setelah 19 hari, dari sumber yang sama, kasus terkonfirmasi positif di Jawa Tengah mencapai angka 7.322 kasus.

Tangkapan layar web https://corona.jatengprov.go.id/data 21 Juli 2020screenshoot Tangkapan layar web https://corona.jatengprov.go.id/data 21 Juli 2020

Jika sebelumnnya daerah yang banyak melaporkan adanya kasus konfirmasi harian adalah DKI Jakarta dan Jawa Timur, beberapa hari terakhir kasus harian di Jateng relatif cukup banyak. 

Pada peta sebaran kasus per provinsi di web Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 https://covid19.go.id/peta-sebaran, Jawa Tengah berada di provinsi nomor empat kasus terbanyak di Indonesia. 

Angka jumlah kasus pada laporan data provinsi dan gugus tugas terdapat perbedaan. 

Provinsi terbanyak pertama adalah Jawa Timur dengan 18.308 kasus, diikuti DKI Jakarta (16.538 kasus), Sulawesi Selatan (8,039), Jawa Tengah (6.932) dan Jawa Barat (5. 488 kasus). 

Baca juga: Lonjakan Kasus Corona Tinggi, Jateng Targetkan 4.991 Spesimen Tiap Hari

Tangkapan layar web https://covid19.go.id/peta-sebaran pada 21 Juli 2020screenshoot Tangkapan layar web https://covid19.go.id/peta-sebaran pada 21 Juli 2020

Transmisi lokal

Lantas mengapa jumlah kasus virus corona di Jawa Tengah mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa hari terakhir?

Untuk mengetahui kemungkinan penyebabnya, Kompas.com menghubungi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

Ganjar menyampaikan beberapa alasan yang mempengaruhi kenaikan angka kasus virus corona di Jateng.

Salah satunya dia menyebut telah terjadi transmisi penularan virus corona di Jawa Tengah.

“Terjadi transmisi memang. Ada beberapa daerah yang waktu itu sudah menjadi pengawasan kita, khususnya Semarang Raya dan Solo Raya,” ujar Ganjar saat dihubungi Kompas.com Senin (20/7/2020).

Selain itu Ganjar juga menyebut peningkatan angka kasus juga dipengaruhi oleh mulai banyaknya tes yang memang tengah digalakkan di Jawa Tengah.

“Saya memang meminta dari awal untuk melakukan pengetesan terus menerus, dari situ mulai nampak (kasus) kemudian dari hasil labnya banyak positif karena tracingnya, testingnya kita lakukan terus menerus,” ujar dia.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jabar, Jateng, Banten, Sumsel, Babel, dan Lampung 20 Juli 2020

Pelacakan kasus

Contoh pelacakan kasus atau tracing dari transmisi yang diduga terjadi misalnya sempat ada klaster kondangan, dimana mereka diduga tertular setelah dari acara, kemudian pulang kembali ke tempat asalnya. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Tren
10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Tren
Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com