Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Terinfeksi Dua Strain Virus Corona Sekaligus?

Kompas.com - 18/07/2020, 17:33 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Para peneliti di Amerika Serikat menyebutkan, beberapa orang bisa terinfeksi oleh dua variasi patogen virus corona jenis baru dalam satu waktu. 

Namun, masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengonfirmasi teori ini.

***

Melansir South China Morning Post, Sabtu (18/7/2020), para peneliti UC Berkeley School of Public Health melakukan studi dan menunjukkan bahwa strain berbeda dari virus corona jenis baru yang menular dalam suatu komunitas dapat menginfeksi seseorang sekaligus. 

Menurut para peneliti, variasi patogen yang ditemukan di Eropa dan Amerika Serikat dapat menyebabkan timbulnya "serial infection" pada beberapa orang.

Hal ini mengakibatkan sistem kekebalan tubuh mengalami kebingungan dalam menghadapinya. Efeknya, bisa memicu reaksi berlebihan hingga menyebabkan kematian. 

"Jika satu strain masih sangat lazim, situasinya harus dipantau dengan ketat, terutama untuk kejadian penyakit yang parah, dan jarak sosial harus tetap dipertahankan untuk memastikan strain kedua tidak menginfeksi," ujar Lee Riley, profesor dan ketua divisi penyakit menular dan vaksinologi di UC Berkeley School of Public Health.

Temuan ini belum peer-review dan telah diunggah di medRxiv.org pada Rabu (15/7/2020).

Baca juga: Studi di China: Pasien Sembuh, Mungkin Tidak Kebal Hadapi Mutasi Virus Corona Luar

Sebelumnya, sebuah penelitian menyebutkan bahwa mutasi virus yang disebut D614G dapat membuat virus SARS-CoV-2 lebih menular.

Mutasi virus tersebut jarang terjadi di China. Akan tetapi, pada awal Juli, lebih dari 70 persen sampel dalam basis data global telah memiliki variasi tersebut.

Strain D614G diketahui berevolusi lebih lanjut menjadi dua sub kelompok utama yakni strain pertama dengan satu mutasi tambahan (C14408T). Sementara, strain lainnya dengan dua mutasi tambahan (C14408T, G2556T).

Strain mutasi yang pertama tersebut adalah yang dominan di Eropa Barat, sedangkan yang kedua adalah yang paling umum di Amerika Serikat.

Awalnya, para peneliti curiga variasi tersebut dapat menimbulkan ancaman yang berbeda terhadap orang-orang.

Akan tetapi, teorinya tak didukung oleh data.

Para peneliti kemudian justru melihat saat kedua strain menghantam bersamaan, ada kecenderungan kasus kematian memuncak beberapa minggu setelah co-sirkulasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com