Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Udara, Ini Imbauan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Kompas.com - 14/07/2020, 20:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Jadi orang-orang yang berada di daerah tertutup dengan ventilasi yang tidak baik, saat ada satu orang yang positif, maka orang lain di area terdekat itu, dalam jarak lebih dari satu dua meter, punya risiko terinfeksi. Apalagi, kalau dia tidak menerapkan protokol kesehatan," kata Agus.

Baca juga: Kilas Balik Pernyataan WHO soal Penyebaran Virus Corona di Udara: Dulu Dibantah, Kini Diakui

Patuhi protokol kesehatan

Untuk mencegah penyebaran virus corona semakin meluas, Agus mengingatkan  masyarakat, terutama yang mulai beraktivitas normal di luar rumah agar mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan.

"Pertama, tetap menggunakan masker, meskipun di dalam perkantoran. Karena masker merupakan salah satu upaya untuk mencegah agar virus tidak masuk. Kedua, tetap menjaga jarak. Ketiga harus rajin mencuci tangan, karena tangan kita juga media penularan," kata Agus.

Selain itu, hindari terjadinya kerumunan, misal rapat. Ia menyarankan agar kegiatan rapat dilaksanakan secara daring untuk mencegah terjadinya penularan dalam ruang rapat yang kecil.

Menurut Agus, seharusnya perkantoran juga tempat-tempat lain, misalnya restoran, mulai memikirkan bagaimana membuat sirkulasi udara di dalam ruangan baik.

Tujuannya, agar terjadi pertukaran udara bebas dari luar dengan udara di dalam ruangan.

"Penggunaan AC itu kan menggunakan udara dalam ruangan, jadi sebenarnya kondisi itu tidak bagus, karena udara dalam ruangan hanya berputar saja di situ, sehingga microdroplet itu bisa melayang-layang," kata Agus.

Alternatifnya, ia menyarankan pada kantor-kantor yang memiliki jendela untuk lebih memaksimalkan penggunaan jendela.

Bisa juga dengan menggunakan exhaust fan sehingga udara di dalam bisa dibuang ke luar.

"Jadi ada suatu aliran udara, sehingga kondisi udara dalam ruangan itu terjaga sirkulasinya dan bisa mendispersi mikro-droplet keluar, intinya begitu," kata Agus.

Baca juga: Yang Perlu Dipahami soal Penularan Virus Corona Melalui Udara

Risiko di angkutan umum

Tenaga medis dari kementerian perhubungan melakukan uji cepat (rapid test) kepada pengemudi angkutan umum dengan skema drive thru di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Senin (20/4/2020). Uji cepat ini dilakukan dalam upaya mendukung usaha pemerintah menekan laju penyebaran wabah Covid-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Tenaga medis dari kementerian perhubungan melakukan uji cepat (rapid test) kepada pengemudi angkutan umum dengan skema drive thru di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Senin (20/4/2020). Uji cepat ini dilakukan dalam upaya mendukung usaha pemerintah menekan laju penyebaran wabah Covid-19.
Selain tempat-tempat yang telah disebutkan sebelumnya, perlu juga mewaspadai risiko penularan airborne yang terjadi di angkutan umum.

Angkutan umum biasanya tertutup dan kapasitas ruangnya sempit, terutama yang menggunakan AC. 

Agus mengatakan, di mikrolet kemungkinan penyebaran secara airborne lebih minimal karena jendela terbuka dan sirkulasi udara lebih lancar. Namun, potensi penularan secara droplet dan kontak erat masih ada karena jarak antar penumpang relatif dekat.

Ia menyarankan kepada pegiat transportasi agar mulai memikirkan tentang risiko airborne tersebut.

Salah satu yang bisa digunakan untuk menurunkan risiko adalah memasang pembersih ruangan yang dilengkapi HEPA Filter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Tren
Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Tren
Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Tren
TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

Tren
5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

Tren
Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Tren
5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

Tren
Magnum Indonesia Pastikan Produk Es Krimnya Aman Dikonsumsi

Magnum Indonesia Pastikan Produk Es Krimnya Aman Dikonsumsi

Tren
Amankah Bayi yang Baru Lahir Dipijat? Ini Penjelasan Dokter dan IDAI

Amankah Bayi yang Baru Lahir Dipijat? Ini Penjelasan Dokter dan IDAI

Tren
Kisah Pilu Bayi Sebatang Kara di Gaza, Lahir dari Rahim Ibu yang Meninggal Dunia

Kisah Pilu Bayi Sebatang Kara di Gaza, Lahir dari Rahim Ibu yang Meninggal Dunia

Tren
Apakah Peserta Rekrutmen Bersama BUMN 2024 Wajib Ikut Trial Test? Ini Jawaban FHCI

Apakah Peserta Rekrutmen Bersama BUMN 2024 Wajib Ikut Trial Test? Ini Jawaban FHCI

Tren
Apa yang Terjadi jika STNK Tak Diperpanjang Selama Bertahun-tahun? Ini Kata Polisi

Apa yang Terjadi jika STNK Tak Diperpanjang Selama Bertahun-tahun? Ini Kata Polisi

Tren
Viral, Foto Anak Bergelantungan di Dalam Kereta, Ini Tanggapan PT KAI

Viral, Foto Anak Bergelantungan di Dalam Kereta, Ini Tanggapan PT KAI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com