KOMPAS.com – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kembali berduka.
Sebab dalam waktu seminggu terakhir, sebanyak 14 dokter dilaporkan meninggal dunia.
“Ada 14 yang meninggal dalam seminggu terakhir ini,” jelas Anggota Bidang Kesekretariatan, Protokoler, dan Public Relations Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Halik Malik saat dihubungi Kompas.com Senin (13/7/2020).
Bahkan dalam satu hari ini Senin (13/7/2020) IDI melalui akun Instagramnya mengumumkan adanya 5 orang dokter yang meninggal dunia.
Sedangkan total sudah ada 61 dokter yang meninggal dari seluruh wilayah Indonesia akibat Covid-19.
“Informasi yang diterima PB IDI setidaknya ada 61 dokter yang dilaporkan meninggal karena positif Covid-19 dan PDP Covid,” kata Halik.
Lantas, kenapa angka kematian tenaga medis terutama dokter di Indonesia masih tinggi?
Halik menyebut, ada berbagai faktor yang melatarbelakangi termasuk di antaranya adalah minimnya alat pelindung diri di fasilitas kesehatan, walaupun dia menyebut ini bukan faktor tunggal.
“APD itu hal yang terakhir dalam hierarki pencegahan penularan virus corona di fasilitas kesehatan. APD yang tidak standar bukanlah faktor tunggal yang menyebabkan tingginya kasus penularan terhadap tenaga kesehatan,” kata Halik.
Dia menyampaikan hal itu karena untuk mencegah transmisi perlu pula upaya pencegahan dari sisi prosedur layanan (administrative control) dan tata ruang bangunan (engineering control).
Pihaknya juga menyampaikan, masih perlunya SOP penanganan pasien Covid dan Non-Covid yang jelas di setiap fasilitas kesehatan.
“Skrining ketat di setiap fasilitas kesehatan, penetapan RS rujukan Covid-19, dan pengadaan RS khusus Covid-19 juga diperlukan untuk menekan angka kejadian infeksi silang antar petugas dan pasien di fasilitas kesehatan,” lanjut dia.
Baca juga: Catatan WHO Soal Covid-19 di Indonesia: Kapasitas Tes Masih Rendah
Hal lain adalah masih minimnya fasilitas penunjang bagi rumah sakit seperti ruang isolasi bertekanan negatif yang kebanyakan hanya ada di RS khusus infeksi.
“Ruang bertekanan negatif dan penggunaan penyaring udara hepafilter adalah bagian dari engineering control pencegahan infeksi,” sebutnya.
Halik juga mengingatkan agar para tenaga medis juga tetap waspada terhadap tempat-tempat di rumah sakit yang memiliki risiko penularan.
Di mana, tempat itu tidak hanya di ruang perawatan saja. Namun juga ada di sejumlah tempat lainnya.
“Bukan hanya di ruang perawatan melainkan di ruang tunggu, ruang ganti, ruang penunjang, bahkan di ruang kantor dan koridor,” jelas dia.
Secara lengkap, Halik menyampaikan beberapa sebab tingginya kasus Covid-19 pada tenaga medis yakni:
Sedangkan urutan hirarki elemen dasar untuk pencegahan transmisi dari yang terbesar adalah:
Sementara itu, Ketua IDI wilayah Jawa Timur DR. dr. Sutrisno, Sp.OG juga menyampaikan beberapa hal mengenai penyebab banyaknya tenaga medis tertular Covid-19.
Beberapa hal tersebut adalah adanya jumlah kasus yang terus mengalami peningkatan.
“Kasus terus bertambah, tenaga medis sudah kecapaian, transmisi lokal terus berlangsung,” ujar Sutrisno dihubungi terpisah Senin (13/7/2020).
Baca juga: Membandingkan Tes Covid-19 di Indonesia dan Dampaknya bagi Penyebaran Virus
Dia juga menyebut, penyebab lain adalah kurangnya tes masif sehingga tidak bisa menjaring kasus riil.
Selain itu menurutnya hal itu karena sejumlah rumah sakit mengalami over kapasitas.
"RS sudah overcapacity," kata dia.
Saat ditanya terkait dengan langkah apa yang kini dilakukan IDI Jawa timur terkait penanganan kapasitas yang berlebihan, pihaknya menjelaskan mengenai beberapa langkah yang kini tengah diupayakan, yakni:
“Proses-proses tersebut terus berlangsung,” kata dia
Saat ini, Jawa Timur sendiri menjadi lokasi di mana kasus kematian dokter akibat Covid-19 tertinggi di Indonesia.
Setidaknya ada 19 dokter yang meninggal akibat virus ini di antaranya berasal dari Sidoarjo, Gresik dan Lamongan.
Baca juga: Berikut Cara Dapatkan Bibit Gratis dari Kementerian Lingkungan Hidup
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.