Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Perubahan Suara Bisa Jadi Indikasi Covid-19

Kompas.com - 12/07/2020, 09:37 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah temuan baru mungkin akan lebih menyederhanakan pengujian Covid-19 yang selama ini melalui sampel air liur tenggorokan atau usap hidung.

Pasalnya, para peneliti MIT percaya bahwa perubahan suara mungkin menjadi indikasi infeksi seseorang.

Dengan menganalisis data audio dari pembawa virus corona asimptomatik, para peneliti dari MIT Lincoln Laboratory mengusulkan cara untuk mendeteksi tanda-tanda virus.

Karena perubahan suara terlalu halus untuk ditangkap telinga, mereka memanfaatkan komputer dalam menganalisis.

Baca juga: Indonesia Disebut Masuk Fase Berbahaya, Kapan Pandemi Akan Berakhir?

Dikutip dari SCMP, Jumat (10/7/2020), para peneliti menggunakan video dari konferensi pers dan wawancara yang diunggah ke YouTube, Instagram, dan Twitter.

Mereka menganalisis data audio dari sebelum dan sesudah pasien dinyatakan positif Covid-19.

Dengan menggunakan algoritma untuk menganalisis sinyal suara, peneliti mendeteksi gangguan pada suara seseorang yang bisa disebabkan oleh perubahan gerakan laring dan otot dalam sistem pernapasan.

"Peradangan akibat virus mengurangi pergerakan otot yang melintasi sistem vokal seseorang karena terlalu menempel," hipetosis peneliti.

Untuk menjelaskannya secara lebih sederhana, para peneliti menganalogikannya dengan jari pianis.

Baca juga: Soal Pengujian Virus Corona, Mana Tes yang Lebih Akurat?

Temuan baru

Petugas laboratorium memegang satu dosis kandidat vaksin Covid-19 di National Primate Research Center of Thailand. Gambar diambil pada 23 Mei 2020. AFP/MLADEN ANTONOV Petugas laboratorium memegang satu dosis kandidat vaksin Covid-19 di National Primate Research Center of Thailand. Gambar diambil pada 23 Mei 2020.

Dalam keadaan normal, jari-jari pianis bergerak dengan kompleksitas tinggi. Namun, jika pergelangan tangan dan gerakan jari saling menempel, seorang pianis hanya bisa memainkan nada yang lebih sederhana.

Dengan banyaknya negara yang menghadapi ancaman gelombang kedua Covid-19, kemudahan identifikasi pasien asimptomatik dapat membantu.

Kasus asimptomatik berada pada 40 hingga 45 persen dari semua infeksi coronavirus.

Temuan baru ini pada akhirnya mungkin mengarah pada cara mudah untuk melihat apakah mereka perlu diuji.

Baca juga: Fakta Baru Kasus Corona di Indonesia, dari Rekor Kasus Baru hingga Jumlah Kasusnya Dekati China

Tim peneliti berencana untuk mengimplementasikan temuan itu melalui aplikasi dan memungkinkan untuk deteksi infeksi lebih awal.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com