Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Proses Penularan Virus Corona dan Cara Pencegahannya dari WHO

Kompas.com - 10/07/2020, 10:42 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi virus corona belum berakhir. Bahkan, kasus baru yang terkonfirmasi positif di sejumlah negara masih terus bertambah.

Dari data Worldometers, ada 12,3 juta orang di seluruh dunia yang telah terinfeksi virus corona penyebab penyakit Covid-19. Sebanyak 557.405 orang meninggal dunia dan 7,1 juta dinyatakan sembuh. 

Memahami bagaimana, kapan dan seperti apa penyebaran SARS-CoV-2 sangat penting untuk mengembangkan langkah-langkah pencegahan yang efektif untuk memutus rantai penularan.

Terbaru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa virus dapat menyebar melalui udara. Hal ini pun didukung oleh penelitian ratusan ahli dari puluhan negara.

Proses penularan

Melansir situs resmi WHO, dijelaskan beberapa kemungkinan prose penularan SARS-CoV-2, termasuk melalui kontak, tetesan, udara, fomite, fecal-oral, darah, ibu-ke-anak, dan penularan dari hewan ke manusia.

Infeksi virus corona terutama menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari penyakit ringan hingga penyakit parah dan kematian. Sementara itu, terdapat beberapa orang yang terinfeksi virus namun tidak pernah mengalami gejala atau orang tanpa gejala (OTG).

Lantas, apa saja mode transmisi virus corona ini?

1. Kontak dan transmisi tetesan

Penularan virus corona dapat terjadi melalui kontak langsung, tidak langsung, atau dekat dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi yang terinfeksi seperti air liur dan sekresi pernapasan atau tetesan pernapasan mereka.

Air liur atau tetesan pernapasan ini dikeluarkan ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi.

Lebih lanjut, tetesan pernapasan berdiameter lebih dari5-10 mikrometer, sedangkan tetesan berdiameter kurang dari 5 mikrometer disebut sebagai inti tetesan atau aerosol.

Penularan tetesan pernapasan dapat terjadi ketika seseorang berada dalam kontak dekat (kurang lebih 1 meter) dengan orang yang terinfeksi yang memiliki gejala pernapasan, misalnya batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi.

Baca juga: Update Virus Corona 10 Juli 2020: 12,3 Juta Orang Terinfeksi, Ini 5 Negara dengan Kasus Tertinggi

Dalam keadaan ini, tetesan pernapasan yang di dalamnya mengandung virus dapat mencapai mulut, hidung, atau mata orang yang rentan, sehingga mengakibatkan infeksi.

Penularan tidak langsung yang melibatkan kontak orang yang terinfeksi dengan benda atau permukaan yang terkontaminasi (transmisi fomite) juga dimungkinkan.

2. Transmisi melalui udara

Penularan melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran melalui inti tetesan (aerosol) yang tetap menular ketika melayang di udara dalam jarak dan waktu yang lama.

Penularan virus melalui udara dapat terjadi selama prosedur medis yang menghasilkan aerosol.

WHO dan para komunitas ilmiah, telah secara aktif mendiskusikan dan mengevaluasi apakah virus corona juga dapat menyebar melalui aerosol tanpa adanya prosedur yang menghasilkan aerosol, terutama dalam pengaturan ruangan dengan ventilasi yang buruk.

Aliran udara yang dihembuskan telah menghasilkan hipotesis tentang kemungkinan mekanisme transmisi virus melalui aerosol.

Teori-teori ini menunjukkan beberapa hal, seperti

  • Sejumlah tetesan pernapasan menghasilkan aerosol mikroskopis (kurang dari 5 mikrometer) dengan cara menguap.
  • Pernapasan normal dan hasil pembicaraan dalam aerosol yang dihembuskan.

Dengan demikian, orang yang rentan dapat menghirup aerosol, dan bisa terinfeksi jika aerosol mengandung virus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan infeksi di dalam tubuh penerima.

Di luar fasilitas medis, beberapa laporan wabah yang terkait dengan ruang ramai di dalam ruangan telah menyarankan kemungkinan penularan aerosol, dikombinasikan dengan penularan droplet.

Misalnya, selama latihan paduan suara, di restoran atau di kelas kebugaran. Dalam kejadian ini, transmisi aerosol jarak pendek, khususnya di lokasi dalam ruangan tertentu, seperti ruang yang padat dan tidak berventilasi selama periode waktu yang lama dengan orang yang terinfeksi tidak dapat disingkirkan.

Namun, penyelidikan terperinci dari kluster-kluster ini menunjukkan bahwa penularan tetesan dan fomite juga dapat menjelaskan penularan dari manusia ke manusia di dalam kluster ini.

Baca juga: Ada Bukti Virus Corona Menyebar di Udara, Ini yang Harus Kita Waspadai

3. Transmisi fomite

Sekresi pernapasan atau tetesan yang dikeluarkan oleh individu yang terinfeksi dapat mencemari permukaan dan benda, menciptakan fomites (permukaan yang terkontaminasi).

Virus corona atau RNA yang terdeteksi oleh RT-PCR dapat ditemukan pada permukaan tersebut untuk periode mulai dari jam hingga hari tergantung pada lingkungan sekitar.

Termasuk juga pengaruh suhu, dan kelembaban, jenis permukaan, khususnya pada konsentrasi tinggi di fasilitas perawatan kesehatan di mana pasien Covid-19 tengah dirawat.

Oleh karena itu, penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung dengan menyentuh permukaan di lingkungan terdekat atau benda yang terkontaminasi oleh virus dari orang yang terinfeksi, seperti stetoskop atau termometer, yang diikuti dengan menyentuh mulut, hidung, atau mata.

Penularan fomite dianggap sebagai mode penularan yang mungkin untuk SARS-CoV-2, memberikan temuan yang konsisten tentang kontaminasi lingkungan di sekitar kasus yang terinfeksi dan fakta bahwa corona virus dan virus pernapasan lainnya dapat menularkan dengan cara ini.

4. Mode transmisi lainnya

RNA virus corona juga telah terdeteksi dalam sampel biologis lainnya, termasuk urin dan feses dari beberapa pasien. Sebuah studi menemukan adanya virus corona dalam urin satu pasien.

Sementara itu, tiga studi lainnya telah membiakkan virus dari spesimen feses.

Namun, hingga saat ini, belum ada laporan yang diterbitkan tentang transmisi SARS-CoV-2 melalui feses atau urin.

Beberapa penelitian telah melaporkan deteksi RNA virus, baik dalam plasma atau serum, dan virus dapat bereplikasi dalam sel darah.

Peran penularan melalui darah tetap tidak pasti, dan titer virus yang rendah dalam plasma dan serum menunjukkan bahwa risiko penularan melalui rute ini kemungkin rendah.

Baca juga: 2.657 Kasus Baru Covid-19 di Indonesia, Apa Penyebab Utamanya?

Saat ini, belum ada bukti untuk penularan virus corona intrauterin dari wanita hamil yang terinfeksi ke janin mereka, sebab di satu sisi data mengenai kasus tersebut masih terbatas.

WHO baru-baru ini menerbitkan ringkasan ilmiah tentang menyusui dan Covid-19.

Laporan singkat tersebut menjelaskan bahwa fragmen RNA virus telah ditemukan dengan pengujian RT-PCR pada beberapa sampel ASI dari ibu yang terinfeksi virus corona, tetapi penelitian yang menyelidiki apakah virus itu dapat diisolasi, tidak menemukan virus yang layak.

Penularan virus corona dari ibu ke anak akan membutuhkan replikasi dan infeksi virus dalam ASI untuk dapat mencapai lokasi target pada bayi dan juga untuk mengatasi sistem pertahanan bayi.

WHO merekomendasikan agar ibu dengan dugaan atau konfirmasi Covid-19 harus didorong untuk memulai atau melanjutkan menyusui.

5. Hewan

Bukti sampai saat ini menunjukkan bahwa virus corona paling dekat hubungannya dengan betacoronavirus yang dikenal pada kelelawar, peran perantara dalam memfasilitasi penularan dalam kasus manusia paling awal yang diketahui masih belum jelas.

Selain penyelidikan tentang host perantara yang mungkin dari virus corona, ada juga sejumlah penelitian yang sedang berlangsung untuk lebih memahami kerentanan virus corona pada spesies hewan yang berbeda.

Bukti terkini menunjukkan bahwa manusia yang terinfeksi virus corona dapat menginfeksi mamalia lain, termasuk anjing, kucing, dan mink yang dibudidayakan.

Namun, masih belum jelas apakah mamalia yang terinfeksi ini memiliki risiko signifikan untuk penularan ke manusia.

Baca juga: Pernyataan Resmi WHO, Virus Corona Menyebar di Udara dan Menular

Pencegahan penularan

Untuk mencegah penularan, WHO merekomendasikan serangkaian tindakan komprehensif termasuk hal-hal berikut ini.

  • Mengidentifikasi kasus-kasus yang dicurigai secepat mungkin, dengan uji dan mengisolasi semua kasus (orang yang terinfeksi) di fasilitas kesehatan yang sesuai
  • Melakukan identifikasi dan mengkarantina semua orang yang kontak dekat dengan mereka yang terinfeksi. Serta, uji mereka yang mengalami gejala sehingga dapat diisolasi jika terbukti terpapar virus dan memerlukan perawatan
  • Gunakan masker kain dalam situasi tertentu, misalnya di tempat-tempat umum di mana ada transmisi komunitas dan di mana langkah-langkah pencegahan lainnya, seperti jarak fisik tidak dimungkinkan
  • Penggunaan tindakan pencegahan kontak dan tetesan oleh petugas kesehatan yang merawat pasien Covid-19 yang dicurigai dan dikonfirmasi, serta penggunaan tindakan pencegahan di udara ketika prosedur pembuatan aerosol dilakukan
  • Penggunaan masker medis secara terus menerus oleh petugas kesehatan dan perawat yang bekerja di semua area klinis, selama semua kegiatan rutin di seluruh shift
  • Sering-seringlah melakukan kebersihan tangan, menjaga jarak fisik, dan memperhatikan etika pernapasan
  • Hindari tempat-tempat ramai, pengaturan kontak dekat dan ruang terbatas dan tertutup dengan ventilasi yang buruk
  • Kenakan masker kain saat berada di ruang tertutup dan penuh sesak untuk melindungi orang lain dan memastikan ventilasi lingkungan yang baik di semua pengaturan tertutup dan pembersihan dan disinfeksi lingkungan yang sesuai.

Baca juga: WHO Akui Covid-19 Menyebar di Udara, Apa Bedanya dengan Droplet?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com