Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Marwan Jafar
Koordinator The Independent Community for Peace and Hummanity

Koordinator The Independent Community for Peace and Hummanity

 

Ketahanan Pangan, Kunci Menuju Ekonomi New Normal

Kompas.com - 08/07/2020, 11:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


PANDEMI Covid-19 kemungkinan masih akan berlanjut ke paruh kedua 2020. Meskipun begitu, banyak pemerintah di dunia, termasuk Indonesia, telah melonggarkan pembatasan sosial, namun dengan protokol kesehatan yang ketat.

Tujuannya supaya sektor-ekonomi riil kembali bergulir. Dengan begitu diharapkan defisit anggaran dapat dikendalikan, angka pengangguran dapat ditekan, produktivitas meningkat dan instabilitas harga dapat dihindarkan.

Tetapi, apakah ini akan disebut new normal economy?

Seperti diketahui, menghadapi pandemi Covid-19 dan dampaknya, pemeritah Indonesia telah

melakukan langkah-langkah luar biasa secara cepat dan signifikan, seperti: menggelontorkan dana sebesar Rp 405,1 triliun utuk krisis kesehatan akibat Covid-19; merevisi APBN 2020 beberapa kementerian; mengalokasikan pembebasan pajak untuk 19 sektor khusus di bidang impor senilai Rp 70,1 trilliun; dan mengamankan cadangan devisa dengan menerbitkan tiga seri obligasi jumbo senilai 4,3 miliar dolar AS.

Langkah luar biasa itu mendapat apresiasi Dana Moneter Internasional (IMF). Makanya, dalam Laporan Outlook Ekonomi Dunia edisi April 2020, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini adalah sekitar 0,5 hingga 1 persen. Bahkan, IMF, meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 8,2 persen pada tahun depan.

Ekonomi berbasis sektor pertanian

Tanpa menyepelekan langkah luar biasa pemerintah, penulis mempertanyakan, mengapa pemerintah tidak fokus pada upaya penguatan di sektor pertanian?

Bukankah menurut Badan Pusat Statisik (BPS) per Agustus 2019 sektor pertanian menyerap 27,33 persen dari133,56 angkatan kerja?

Bukankah sektor ini adalah penyumbang terbesar ketiga dalam struktur PDB Indonesia dengan porsi 12,84 persen per Q1 2020?

Mengapa, pemerintah justru menyunat anggaran Kementerian Pertanian (Kementan) dari Rp21 triliun menjadi Rp14 triliun?

Menurut penulis, langkah seperti di atas memperlihatkan minimnya komitmen pemerintah untuk mengembangkan sektor pertanian. Bahkan, hal itu tidak sejalan dengan amanat konstitusi dan UU No. 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan, serta berseberangan dengan hakikat konsep new normal economy.

UUD 1945, dan UU No.22 Tahun 2019 mengamanatkan, pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat yang umumnya adalah petani.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Saat Polisi Sebut Anak 16 Tahun Diperkosa 11 Pria Kasus Persetubuhan di Bawah Umur

Saat Polisi Sebut Anak 16 Tahun Diperkosa 11 Pria Kasus Persetubuhan di Bawah Umur

Tren
Link Pendaftaran PPG Prajabatan 2023, Klik ppg.kemdikbud.go.id

Link Pendaftaran PPG Prajabatan 2023, Klik ppg.kemdikbud.go.id

Tren
Beda Spesifikasi Kotak Suara untuk Pemilu 2019 dan 2024

Beda Spesifikasi Kotak Suara untuk Pemilu 2019 dan 2024

Tren
6 Fakta Penemuan Mayat Berdiri di Semarang, Tewas Dikeroyok Gara-gara Meludah

6 Fakta Penemuan Mayat Berdiri di Semarang, Tewas Dikeroyok Gara-gara Meludah

Tren
Mengintip Isi Kuitansi dari Batu yang Berusia 2.000 Tahun di Yerusalem

Mengintip Isi Kuitansi dari Batu yang Berusia 2.000 Tahun di Yerusalem

Tren
Rekrutmen KAI Lulusan SLTA, D3, dan D4/S1, Berikut Formasi dan Syaratnya

Rekrutmen KAI Lulusan SLTA, D3, dan D4/S1, Berikut Formasi dan Syaratnya

Tren
Syarat dan Prosedur Monetisasi Channel YouTube

Syarat dan Prosedur Monetisasi Channel YouTube

Tren
Sejarah Hari Lahir Pancasila, Link Twibbon, dan Logo Resminya

Sejarah Hari Lahir Pancasila, Link Twibbon, dan Logo Resminya

Tren
Rincian Harga Terbaru BBM Pertamina 1 Juni 2023: Pertamax Turun Harga, Bagaimana dengan Pertalite?

Rincian Harga Terbaru BBM Pertamina 1 Juni 2023: Pertamax Turun Harga, Bagaimana dengan Pertalite?

Tren
6 Kesalahan Minum Kopi yang Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan, Apa Saja?

6 Kesalahan Minum Kopi yang Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Ramai soal Rombongan Jemaah Haji Berangkat Pakai Kereta Api, KAI: Pertama Kali dalam Sejarah

Ramai soal Rombongan Jemaah Haji Berangkat Pakai Kereta Api, KAI: Pertama Kali dalam Sejarah

Tren
Mengintip Spesifikasi Emirates A380, Pesawat Penumpang Terbesar di Dunia yang Mendarat di Bali Hari Ini

Mengintip Spesifikasi Emirates A380, Pesawat Penumpang Terbesar di Dunia yang Mendarat di Bali Hari Ini

Tren
Bagaimana Fenomena Tornado Terbentuk? Berikut Penjelasannya

Bagaimana Fenomena Tornado Terbentuk? Berikut Penjelasannya

Tren
Ramai soal Bekal Berisi Nasi dan Mi Instan yang Menuai Kontroversi, Bagaimana Menurut Ahli Gizi?

Ramai soal Bekal Berisi Nasi dan Mi Instan yang Menuai Kontroversi, Bagaimana Menurut Ahli Gizi?

Tren
4 Kejanggalan di Balik Tewasnya Siswa SMP di Makassar yang Diduga Bunuh Diri

4 Kejanggalan di Balik Tewasnya Siswa SMP di Makassar yang Diduga Bunuh Diri

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+