Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Nadiem Wacanakan Belajar Jarak Jauh Permanen Setelah Pandemi Covid-19, Mungkinkah?

Kompas.com - 03/07/2020, 15:58 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Kalau masing-masing sekolah memiliki platform yang mereka kembangkan, platform ini bisa dishare ke sekolah lain sehingga alternatif pembelajaran semakin banyak," kata Doni.

Baca juga: Kemen PPPA: SLB Tak Miliki Sarana dan Prasarana Memadai Lakukan Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran tatap muka lebih efektif

Doni berpendapat, hingga saat ini, pembelajaran dengan metode tatap muka lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan riset di AS, kata dia, mahasiswa di Negeri Paman Sam tersebut tidak terlalu menyukai pembelajaran jarak jauh.

Para mahasiswa ingin kembali ke kampus mereka karena menginginkan proses pendidikan berlangsung dengan tatap muka.

"Karena sebenarnya pendidikan itu jarak dekat, bukan jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh hanyalah alternatif belajar saat situasi normal belum bisa dilaksanakan. Kalau sudah normal, pendidikan itu akan efektif lewat perjumpaan langsung," kata Doni.

Menurut Doni, pendidikan secara tatap muka tidak akan dihapuskan karena sudah terbukti efektivitasnya.

Dengan memaksakan semua sekolah dan perguruan tinggi belajar dengan pembelajaran jarak jauh, menurut dia, akan mendiskriminasi kelompok-kelompok tertentu yang tidak memiliki kemampuan dan akses pada sarana teknologi digital.

"Kalau pembelajaran jarak jauh nantinya dilakukan sebagai satu-satunya metode belajar, ini justru akan mempermiskin berbagai macam metode belajar yg selama ini sudah terbukti efektif membentuk karakter siswa," kata Doni.

Doni menyebutkan, hidup adalah tanggapan terhadap realitas. Bila semua dilakukan secara daring atau online, akan ada hal fundamental yang hilang dalam pembelajaran.

Sesuatu yang hilang itu adalah sentuhan pengalaman pada realitas melalui interaksi dalam pembelajaran.

Baca juga: Tahun Ajaran Baru Dimulai 13 Juli, Anies: Tetap Pembelajaran Jarak Jauh

Tak bisa diterapkan untuk semua jenjang

Sementara itu, pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai, pernyataan Nadiem menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh itu bisa dilakukan dengan hybrid model.

Model ini dianggapnya hanya cocok bagi sekolah kategori tertentu.

"Kalau seperti itu yang dimaksudkan dengan hybrid model, maka itu cocok untuk murid-murid SMA yang masa lalu masuk kategori favorit sehingga fasilitas sekolah cukup, fasilitas pribadi (laptop, WIFI) pun ada," kata Darmaningtyas, saat dihubungi secara terpisah, Jumat.

"Tapi kalau untuk semua jenjang pendidikan, tentu Mas Nadiem ini tidak mengerti pendidikan," lanjut dia.

Darmaningtyas mengatakan, dunia pendidikan bukan hanya transfer pengetahuan semata, tetapi juga keterampilan dan nilai atau value yang diwujudkan dalam bentuk pendidikan karakter.

Hybrid model, menurut Darmaningtyas, hanya cocok untuk transfer pengetahuan, tetapi tidak cocok untuk transfer keterampilan dan transfer nilai.

"Pendidikan karakter itu bukan hanya pengetahuan saja, tapi teladan perilaku. Gerak tubuh murid saat diterangkan oleh guru, bagaimana cara murid menyapa guru, bergaul dengan sesamanya, pilihan kata-katanya dalam pergaulan. Semua itu dapat dipakai sebagai sarana melihat murid itu memiliki karakter tidak," papar dia.

Relasi sosial ini sangat penting untuk meniti karier maupun usaha setelah tamat dari sekolah.

"Kalau anak-anak sejak kecil sudah dikungkung di rumah dan belajar mandiri, selain akan melahirkan sikap yang individualis, juga akan melahirkan keterasingan di masa mendatang karena anak-anak tidak memiliki relasi sosial yang mereka butuhkan. Inilah sebetulnya bahaya dari pembelajaran jarak jauh secara permanen," kata Darmaningtyas.

Baca juga: Dirjen Dikti: 70 Persen Mahasiswa dan Dosen Nilai Pembelajaran Daring Lebih Baik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pengumuman SNBP ITB Berubah dari Tak Lolos Menjadi Lolos, Ini Kata ITB

Pengumuman SNBP ITB Berubah dari Tak Lolos Menjadi Lolos, Ini Kata ITB

Tren
Mengenang Sopyan Dado, Aktor Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang Meninggal Hari Ini

Mengenang Sopyan Dado, Aktor Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang Meninggal Hari Ini

Tren
Es Teh Vs Teh Hangat, Mana yang Lebih Baik Diminum Saat Buka Puasa?

Es Teh Vs Teh Hangat, Mana yang Lebih Baik Diminum Saat Buka Puasa?

Tren
Berapa Lama Bumi Akan Gelap Saat Gerhana Matahari Total 8 April 2024?

Berapa Lama Bumi Akan Gelap Saat Gerhana Matahari Total 8 April 2024?

Tren
Alasan Timnas Amin Ingin Sri Mulyani dan Tri Rismaharini Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024

Alasan Timnas Amin Ingin Sri Mulyani dan Tri Rismaharini Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024

Tren
Gunung Marapi Meletus Lagi, Waspada Lontaran Batu Pijar di Radius 4,5 Kilometer

Gunung Marapi Meletus Lagi, Waspada Lontaran Batu Pijar di Radius 4,5 Kilometer

Tren
Profil Nicole Shanahan, Cawapres AS yang Digandeng Robert F. Kennedy Jr

Profil Nicole Shanahan, Cawapres AS yang Digandeng Robert F. Kennedy Jr

Tren
Cara Cek NISN Online untuk Keperluan Pendaftaran UTBK SNBT 2024

Cara Cek NISN Online untuk Keperluan Pendaftaran UTBK SNBT 2024

Tren
Fakta Kasus Korupsi PT Timah, Seret Harvey Moeis dan 'Crazy Rich' PIK Helena Lim

Fakta Kasus Korupsi PT Timah, Seret Harvey Moeis dan "Crazy Rich" PIK Helena Lim

Tren
Han Kwang-Song, Mantan Pemain Juventus asal Korea Utara yang Pernah Hilang Misterius

Han Kwang-Song, Mantan Pemain Juventus asal Korea Utara yang Pernah Hilang Misterius

Tren
Apa Itu Karbohidrat? Berikut Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya

Apa Itu Karbohidrat? Berikut Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya

Tren
Profil PT Timah, Anak Perusahaan BUMN yang Terseret Korupsi Ratusan Triliun Rupiah

Profil PT Timah, Anak Perusahaan BUMN yang Terseret Korupsi Ratusan Triliun Rupiah

Tren
Duduk Perkara Kasus Korupsi Timah Ilegal yang Menyeret Harvey Moeis

Duduk Perkara Kasus Korupsi Timah Ilegal yang Menyeret Harvey Moeis

Tren
6 Alasan Tidak Dianjurkan Minum Es Teh Manis Saat Berbuka Puasa

6 Alasan Tidak Dianjurkan Minum Es Teh Manis Saat Berbuka Puasa

Tren
Tambang Emas di Liberia Runtuh, 13 Tewas dan 25 Lainnya Masih Terjebak

Tambang Emas di Liberia Runtuh, 13 Tewas dan 25 Lainnya Masih Terjebak

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com