KOMPAS.com – Telur infertil. Perbincangan soal telur infertil kembali menjadi bahasan publik setelah Satgas Pangan di Kota Tasikmalaya menemukan penjualan telur ini.
Pada Selasa (9/6/2020), Tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan Tasikmalaya, Jawa Barat menemukan adanya penjualan telur ayam infertil di wilayah Komplek Pasar Induk Cikurubuk, Tasikmalaya.
Kecurigaan berawal dari murahnya harga penjualan telur itu, di kisaran Rp 15.000 per kilogram.
Kepala Subdit Pengawasan Keamanan Produk Hewan Kementerian Pertanian, Drh. Imron Suandy, MVPH, menjelaskan, dalam industri perunggasan dikenal dua jenis telur.
Dua jenis telur itu adalah telur tertunas dan telur konsumsi.
“Telur tertunas adalah telur yang dibuahi oleh pejantan. Telur ini diproses untuk menjadi day old chick (DOC) atau yang disebut sebagai bibit,” ujar Imron saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/6/2020).
Baca juga: Fakta Terbongkarnya Penjualan Telur Infertil, Dijual Setengah Harga hingga Bahaya Mengonsumsinya
Dalam industri unggas, untuk mendapatkan DOC memerlukan pemilihan ayam sebagai bibit secara khusus yang kemudian dikawinkan secara khusus pula.
Dalam proses menjadi DOC, telur tertunas perlu dieramkan di dalam mesin yang bisa digunakan untuk mengerami telur hingga ribuan butir.
Proses pengeraman telur itu memerlukan waktu sekitar 18-21 hari. Meski demikian, tidak semua telur ini berhasil menjadi ayam.
Nah, telur yang tidak berhasil menjadi ayam ini disebut telur infertil.
“Yang tidak jadi ayam, itu yang kita sebut sebagai telur infertil,” kata Imron.
Adapun telur konsumsi, telur yang biasa diperjualbelikan dan diperuntukkan untuk konsumsi.
Telur konsumsi merupakan telur yang tidak dibuahi oleh pejantan. Jika ditetaskan bertahun-tahun pun, telur konsumsi tidak akan menetas.