Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Garda Nasional AS Positif Corona Setelah Kawal Unjuk Rasa Kematian George Floyd

Kompas.com - 10/06/2020, 13:37 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah anggota pasukan Garda Nasional Washington D.C dilaporkan positif terinfeksi virus corona. 

Mereka terinfeksi setelah dikerahkan untuk mengawal demonstrasi atas kasus George Floyd baru-baru ini.

Mengutip Reuters, 10 Juni 2020, sekitar 1.300 pasukan Garda Nasional D.C dikirim ke ibu kota untuk melakukan penjagaan selama demontrasi berlangsung. 

Garda Nasional sendiri menyebut dalam pernyataannya bahwa pihaknya tidak akan mengungkapkan jumlah personil yang telah terkonfirmasi positif Covid-19 dengan alasan "keamanan operasional".

Pihak Garda Nasional mengatakan bahwa pasukan telah di-screening terlebih dahulu sebelum dikerahkan dan kembali diperiksa sebelum meninggalkan pos mereka.

"Paling tidak, screening ini terdiri atas penilaian riwayat paparan, pemeriksaan suhu, pemeriksaan tanda dan gejala Covid-19, dan peninjauan atas pemeriksaan Covid-19 sebelumnya" tambah Garda Nasional dalam pernyataannya.

Baca juga: Pemerintah AS Bakal Gelontorkan Rp 340 Triliun untuk Beberapa Rumah Sakit

Kekhawatiran akan lonjakan kasus

Sebelumnya, telah muncul kekhawatiran dari berbagai pihak atas protes besar ini, baik di Amerika Serikat maupun secara global, yaitu terkait potensi atau kemungkinan peningkatan penyebaran virus corona.

"Berdasarkan cara penyakit ini menyebar, ada alasan untuk memperkirakan bahwa kita akan melihat klaster baru dan wabah baru yang potensial untuk terjadi," kata Jenderal Bedah Dr Jerome Adams sebagaimana dikutip CNN, Jumat (5/6/2020).

Sementara itu, menurut Dr Sanjay Gupta, dampak dari protes yang terjadi pada tingkat infeksi dan rumah sakit akan muncul dalam waktu tiga hingga empat minggu ke depan.

Meski demikian, ia menyebut bahwa protes yang dilakukan di luar ruangan bisa jadi membuat risiko transmisi virus lebih rendah.

Baca juga: Dinyatakan Positif Covid-19, Petinju Amerika Ini Terpaksa Batal Bertarung

"Udara luar ruangan melarutkan virus dan mengurangi paparan infeksi yang mungkin terjadi di sana. Jika angin bertiup, itu akan semakin melemahkan virus di udara," kata Ahli Penyakit Menular di Vanderbilt University Dr William Schaffnerr seperti dikutip New York Times, Kamis (4/6/2020).

Selain itu, menurut dia, kerumunan didominasi oleh orang-orang berusia muda yang diketahui cenderung mengalami gejala ringan jika sakit.

Akan tetapi, mereka juga memiliki risiko untuk menularkan virus ke keluarga atau orang lain yang lebih tua dan rentan.

Sejumlah ahli pun khawatir dengan risiko setelah aksi protes ini.

Dr Howard Markel, yang merupakan sejarawan kedokteran, mengingatkan kembali bahwa kerumunan massa aksi yang terjadi di kota-kota di Amerika seperti Philadelphia dan Detroit di tengah pandemi influenza tahun 1918 diikuti oleh lonjakan kasus.

"Iya, protes memang dilakukan di luar ruangan, tetapi mereka saling berdekatan satu sama lain. Dalam kasus tersebut, berada di luar tidak banyak melindungi Anda" kata Markel.

 Baca juga: Tanggapi Demo Black Lives Matters, Amerika Bersatu Serukan Persatuan Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Muncul Kilatan Petir di Puncak Gunung Ruang Saat Meletus, Ini Kata PVMBG

Muncul Kilatan Petir di Puncak Gunung Ruang Saat Meletus, Ini Kata PVMBG

Tren
Daftar 10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Mana Saja?

Daftar 10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Mana Saja?

Tren
Potensi Khasiat Buah Delima untuk Kesehatan Kulit, Salah Satunya Mengatasi Jerawat

Potensi Khasiat Buah Delima untuk Kesehatan Kulit, Salah Satunya Mengatasi Jerawat

Tren
Erupsi Gunung Ruang Berpotensi Ganggu Penerbangan di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara

Erupsi Gunung Ruang Berpotensi Ganggu Penerbangan di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara

Tren
Ratusan Kerbau di OKI Mati Terkena Penyakit Ngorok, Apa Itu?

Ratusan Kerbau di OKI Mati Terkena Penyakit Ngorok, Apa Itu?

Tren
Kronologi Dua Pengunjung Ragunan Tertimpa Dahan Pohon, Korban Dilarikan ke Rumah Sakit

Kronologi Dua Pengunjung Ragunan Tertimpa Dahan Pohon, Korban Dilarikan ke Rumah Sakit

Tren
5 Fakta Pengemudi Fortuner Arogan Ditangkap, Ternyata Adik Pensiunan TNI

5 Fakta Pengemudi Fortuner Arogan Ditangkap, Ternyata Adik Pensiunan TNI

Tren
Dubai Banjir, KJRI Berikan Bantuan ke WNI yang Terjebak di Bandara

Dubai Banjir, KJRI Berikan Bantuan ke WNI yang Terjebak di Bandara

Tren
Rincian Harga Paket Layanan eSIM XL, Paling Murah Rp 40.000

Rincian Harga Paket Layanan eSIM XL, Paling Murah Rp 40.000

Tren
Warganet Soroti Persyaratan Rekrutmen PT KAI, Disebut Pakai Standar Tinggi

Warganet Soroti Persyaratan Rekrutmen PT KAI, Disebut Pakai Standar Tinggi

Tren
OJK Terbitkan Daftar 537 Pinjol Ilegal per 31 Maret 2024, Berikut Rinciannya

OJK Terbitkan Daftar 537 Pinjol Ilegal per 31 Maret 2024, Berikut Rinciannya

Tren
Perempuan Brasil Bawa Mayat dengan Kursi Roda ke Bank untuk Buat Pinjaman

Perempuan Brasil Bawa Mayat dengan Kursi Roda ke Bank untuk Buat Pinjaman

Tren
KAI Buka Rekrutmen Program Management Trainee 2024, Ini Syarat, Kriteria Pelamar, dan Tahapannya

KAI Buka Rekrutmen Program Management Trainee 2024, Ini Syarat, Kriteria Pelamar, dan Tahapannya

Tren
Kata Media Asing soal Gunung Ruang Meletus, Soroti Potensi Tsunami

Kata Media Asing soal Gunung Ruang Meletus, Soroti Potensi Tsunami

Tren
Dekan FEB Unas Diduga Catut Nama Dosen Malaysia di Jurnal Ilmiah, Kampus Buka Suara

Dekan FEB Unas Diduga Catut Nama Dosen Malaysia di Jurnal Ilmiah, Kampus Buka Suara

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com