KOMPAS.com - Para pasien penderita Covid-19 ada yang mengalami kesulitan bernapas atau sesak napas.
Ada yang pulih seiring berjalannya waktu, namun tak sedikit juga yang memerlukan bantuan ventilator untuk mempermudah bernapas.
Apa yang harus kita pahami soal sesak napas sebagai salah satu gejala terinfeksi virus corona jenis baru?
Melansir Healthline, Jumat (5/6/2020) sesak napas yang secara medis dikenal dengan istilah dispnea ini merupakan salah satu gejala khas dari Covid-19.
Berbeda dengan sesak napas yang dialami seseorang dengan kelebihan berat badan, suhu ekstrem, ketinggian, dan sebagainya, dispnea yang terjadi pada penderita Covid-19 kondisinya bisa sampai parah dan bertahan cukup lama.
Sesak napas yang dialami penderita Covid-19 biasanya terjadi pada hari ke 4 dan 10 setelah infeksi terjadi dalam tubuh, mengikuti gejala yang lebih ringan, seperti demam, rasa kelelahan, dan pegal-pegal.
Namun, ada juga penderita yang tidak menunjukkan gejala ini sama sekali.
Baca juga: Informasi Viral Jangan ke Rumah Sakit meski Alami Gejala Covid-19, Ini Imbauan Dokter
Yang membedakan apakah sesak napas ini merupakan gejala dari Covid-19 atau bukan adalah terjadinya penurunan saturasi oksigen secara tiba-tiba.
Sesak napas yang disertai dengan demam dan batuk menjadi kunci lain bahwa ini merupakan gejala dari Covid-19.
CDC melaporkan, 31-40 persen penderita Covid-19 mengalami sesak napas.
Jumlah ini sebenarnya masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan gejala lain yang lebih banyak terjadi pada penderita Covid-19.
Misalnya, demam (83-99 persen), batuk (59-82 persen), atau kelelahan (44-70 persen).
Hasil studi lain dari CDC, sesak napas pada penderita Covid-19 sebanyak 43 persen terjadi pada pasien dewasa bergejala, dan 13 persen pada pasien anak-anak bergejala.
Namun, pada mereka yang menderita Covid-19, transfer oksigen akan terganggu oleh respons imun yang muncul.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.