Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti AS dan China Teliti Kemungkinan Virus Corona Berdampak pada Organ Vital Pria

Kompas.com - 06/06/2020, 11:07 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi bersama yang dilakukan oleh para peneliti China dan Amerika Serikat mengklaim, virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 dapat menyebabkan kerusakan pada testis tanpa benar-benar menginfeksi orang tersebut.

Melansir South China Morning Post (SCMP), mereka menemukan bahwa virus tersebut dapat membesar dan menyerang sel-sel yang menghasilkan sperma.

Hal ini dimungkinkan dengan cara virus mengikat enzim pada permukaan sel.

Namun, para peneliti mengatakan, hampir tidak ada gen virus yang ditemukan dalam air mani dan jaringan sampel testis pasien, dan virus tersebut bukan karena infeksi menular seksual.

"Sumbangan sperma atau rencana impregnasi dapat dipertimbangkan selama pemulihan untuk pasien Covid-19," ujar para peneliti dalam makalah peer-review yang diterbitkan European Urology Focus pada Minggu (31/5/2020).

Sementara itu, ada perdebatan mengenai dampak potensial virus terhadap kesuburan pria sejak pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan di China pada akhir 2019.

Baca juga: Mengapa Lebih Banyak Pria yang Meninggal karena Covid-19 daripada Wanita?

Sejumlah penelitian telah mendeteksi kelainan hormon pria, tetapi dalam penelitian lain tidak ada jejak virus yang ditemukan pada sampel sperma pasien.

Menurut sebuah penelitian di China, 1 dari 5 pria melaporkan "ketidaknyamanan skrotum" setelah tertular virus corona.

Kemudian, laporan American Journal of Emergency Medicine, menyebutkan, ada kasus seorang pria berusia 42 tahun yang mencari perawatan darurat untuk rasa sakit yang terasa menusuk terus-menerus yang berasal dari pangkal pahanya.

Diketahui, pria tersebut dites dan hasilnya positif Covid-19.

Virus terlibat dalam jaringan produksi sperma

Sementara itu, dalam sebuah studi baru, sampel dari 11 pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Wuhan dianalisis oleh tim yang dipimpin oleh seorang profesor di Pusat Medis Tufts di Boston, Ming Zhou, dan peneliti dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan, Dr Nie Xiu.

Mereka menguji gen virus dalam jaringan produksi sperma dan testosteron, dan beberapa sampel juga dinilai mengalami kerusakan yang disebabkan oleh virus.

Tetapi, hanya satu sampel yang menunjukkan jejak virus corona, dari pasien dengan viral load yang tinggi.

Hal tersebut bisa jadi karena virus corona ada di dalam darah daripada di jaringan testis.

Namun, lebih dari 80 persen sampel menunjukkan kerusakan signifikan pada tubulus seminiferus, bagian testis tempat sperma diproduksi.

Baca juga: Pria Ini Dilaporkan Positif Terinfeksi Virus Corona Tiga Kali dalam 2 Bulan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com