KOMPAS.com - Hai, apa kabarmu sepekan lalu? Semoga sehat dan dicukupkan kebutuhan untuk selalu bahagia.
Banyak tanggal merah atau libur nasional sepekan lalu. Dua Senin berturut-turut kita dapati merah di kalender. Senin pertama karena Lebaran kedua. Senin kedua karena Hari Lahir Pancasila.
Benar, sih. Situasi yang tidak pasti karena pandemi Covid-19 membuat kita tidak lagi bisa jelas membedakan tanggal merah atau tidak. Kata libur atau kerja sepertinya juga sudah mulai samar-samar tidak terbedakan.
Sejak anjuran untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah 15 Maret 2020 lalu, batas antara kerja, libur, hari kerja, hari libur, weekday, weekend menjadi kabur.
Buat profesi tertentu seperti wartawan, dokter, tenaga kesehatan dan para pelayan publik lainnya, batas-batas yang kabur itu sudah lumrah sebenarnya. Tetapi tetap saja, kaburnya batas-batas itu makin menjadi dan seperti melebur.
Beberapa teman saya menceritakan, kerja dari rumah terasa lebih lelah. Salah satu penyebabnya karena batas-batas yang kabur itu.
Kamu mengalami tidak? Kalau mengalami, saran saya tetaplah tahu batas dan kemudian membuat batas.
Meskipun bekerja dari rumah, atur waktu kerja dan waktu untuk aktivitas lainnya seperti istirahat dan rekreasi secara seimbang.
Dalam sebuah studi, siklus harian kita terbagi dalam tiga kegiatan utama agar sehat jiwa raga dengan porsi waktu sama delapan jam yaitu bekerja, aktivitas ringan, dan istirahat.
Tiga bulan mencoba beradaptasi dengan situasi yang barubah, pasti banyak hal baru yang kamu coba dan kini sudah menjadi hal yang lumrah. Orang-orang menyebutnya normal baru atau kenormalan baru atau tatanan baru.
Apa pun namanya, kita tengah mempraktikkan hal-hal baik untuk merespons situasi yang terus juga berubah karena ketidakpastian yang tinggi. Hal-hal baik itu salah satunya adalah meeting secara digital lewat bermacam aplikasi dan layanan.
Banyak keperluan untuk digelarnya meeting itu. Tiga anak saya rutin melakukan untuk keperluan belajar dari rumah.
Selain untuk pekerjaan dan mengajar, ibadah juga dijalankan dengan aplikasi dan layanan meeting digital itu. Doa bersama warga sekitar dilakukan di depan layar dari rumah masing-masing.
Mungkin kamu bertanya, sampai kapan situasi seperti ini akan berlangsung?