Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rajesh Chouhan, Pekerja Migran India Berjalan Kaki 2.000 Km demi Pulang Kampung

Kompas.com - 31/05/2020, 19:33 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Sumber CNN

Ada Brahmana dan Thakur, yang dianggap sebagai kasta atas, dan ada pula Chamar, yang termasuk di antara yang terendah. Dalam perjalanan pulang yang panjang, kasta membuat mereka saling membeda-bedakan.

Ketika sandal Chouhan rusak pada hari kedua perjalanan, kelompok itu kemudian mengumpulkan uang mereka untuk membelikannya sepatu baru.

Baca juga: Peninggalan dan Runtuhnya Peradaban India Kuno

Memanfaatkan Google Maps

Kelompok perjalanan Chouhan yang terdiri dari 11 orang memiliki sembilan smartphone di antara mereka. Mereka menggunakan Google Maps untuk menavigasi rute yang akan mereka lalui.

Untuk menghemat daya baterai, hanya satu orang yang menghidupkan telepon mereka, dan mereka bergiliran berbagi GPS.

Mereka juga beruntung karena ada beberapa tempat di sepanjang perjalanan mereka yang dapat digunakan untuk mengisi baterai smartphone mereka.

Ketika mereka melakukan perjalanan, suhu udara India mencapai 40 derajat Celcius, Chouhan berjalan sekitar 8 kilometer per jam, beristirahat sebentar setiap dua jam. Dia bertujuan untuk menyelesaikan sekitar 110 kilometer sehari.

"Ada godaan untuk beristirahat atau tidur siang, tapi kami sadar bahwa menjadi semakin sulit berjalan setiap kali kami duduk," kata dia.

Baca juga: Impor Daging Kerbau Asal India Masuk ke RI hingga Akhir Juni

Nestapa sepanjang perjalanan

Chouhan dan kelompoknya hanya membawa sedikit bekal saat memulai perjalanan.

Chouhan sendiri hanya mengemas empat kemeja, handuk, dan seprei di ranselnya, bersama dengan beberapa botol air serta uang sebanyak 170 rupee atau sekitar Rp 33.000.

Sementara itu, rekan-rekannya membawa bekal uang antara 150 rupee atau sekitar Rp 30.000 hingga 300 rupee atau sekitar Rp 60.000.

Untuk menghemat uang, mereka akan membeli 20 biskuit seharga 100 rupee atau sekitar Rp 20.000 dan menjatahnya sepanjang hari.

Selain kekurangan uang, kelompok itu juga harus menghindari pos-pos pemeriksaan polisi. Di kota Kurool, sebelum Hyderabad, polisi mendirikan pos pemeriksaan tepat di jembatan yang harus mereka lewati.

Baca juga: Sejarah Peradaban India Kuno

Tanpa ada pilihan lainnya, mereka kemudian memutuskan untuk menyeberangi sungai selebar 100 meter bersama dengan rombongan pekerja migran lainnya.

"Kami sangat takut kami akan hanyut, tapi kami terus mengatakan pada diri sendiri bahwa ini adalah satu-satunya jalan pulang. Penyeberangan ini mungkin yang paling menakutkan yang pernah kami alami dalam perjalanan ini," kata Chouhan.

Setelah berhasil melewati sungai, mereka mencoba menumpang truk yang lewat. Namun, sopir truk meminta tarif sebesar 2500 rupee atau hampir Rp 500.000 untuk satu orang.

Halaman:
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com