Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

New Normal, Kapan Boleh Berbaur Lagi dan Menggunakan Transportasi?

Kompas.com - 28/05/2020, 08:55 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa negara telah melonggarkan kuncian atau pembatasan terkait pencegahan virus corona dan menuju masa new normal.

Satu sisi, penguncian atau pembatasan wilayah dapat meminimalisasi terjadinya penularan wabah, tetapi di sisi lain juga berdampak luas pada sejumlah sektor, terutama ekonomi.

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana masyarakat tahu kapan mereka bisa saling berbaur lagi?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah memperbarui panduannya.

Baca juga: Para Ahli Teliti Gejala-gejala Langka Virus Corona, Apa Saja?

Demam tiga hari

Dilansir CNN, Rabu (27/5/2020), menurut panduan CDC, orang yang positif Covid-19 harus menjauh dari orang lain sampai mereka tidak demam setidaknya tiga hari.

Selain itu, gejalanya juga harus membaik dan sudah berlangsung 10 hari sejak mereka pertama kali melihat gejala.

Dalam pembaruan pedoman, CDC juga dijelaskan mengenai kapan waktu yang aman meninggalkan karantina, panduan ramah konsumen soal penggunaan angkutan umum, dan lain-lain.

CDC menyarankan, orang yang telah terinfeksi perlu memastikan bahwa mereka tidak akan menyebarkan virus, bahkan jika mereka merasa lebih baik.

Baca juga: Gejala Baru Virus Corona, Muncul Ruam pada Kaki Pasien Positif Covid-19

Orang akan dites Covid-19 tergantung pada ada atau tidaknya fasilitas pengujian.

"Jika Anda akan dites, Anda bisa berada di sekitar orang lain ketika Anda tidak demam, gejalanya membaik, dan Anda menerima dua hasil tes negatif berturut-turut, setidaknya 24 jam terpisah," tulis CDC.

Orang yang dites positif tetapi tidak memiliki gejala masih dapat menginfeksi orang lain. CDC mengatakan, orang harus menunggu 10 hari setelah tes positif sebelum bisa bergaul dengan orang lain lagi.

Orang-orang yang terpapar pasien Covid-19 perlu tinggal di rumah selama setidaknya 14 hari.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Penggunaan transportasi

Dalam menggunakan transportasi umum, CDC masih konsisten menyarankan untuk menjaga kebersihan seperti cuci tangan dan berhati-hati saat menyentuh benda-benda.

Ada permukaan-permukaan yang sering disentuh, seperti:

  • layar sentuh
  • pemindai sidik jari
  • mesin tiket
  • pintu yang berputar
  • pegangan tangan
  • permukaan toilet
  • tombol lift
  • bangku

Jika menyentuh permukaan yang sering disentuh, sesegera mungkin cuci tangan Anda selama 20 detik dengan sabun air.

Bisa juga dengan hand sanitizer yang mengandung 60 persen alkohol.

Selain itu CDC juga menyarankan untuk membuka jendela, seperti jendela mobil, untuk meningkatkan sirkulasi udara. Lalu matikan AC atau pendingin.

Jarak sosial juga penting untuk mobil dan angkutan umum.

CDC mengingatkan untuk mempertimbangkan bepergian selama jam-jam tidak sibuk, yaitu saat tidak banyak orang di jalanan.

Ikuti panduan jarak sosial saat di jalan. Jaga jarak setidaknya 6 kaki (2 meter) dari orang-orang yang tidak serumah dengan Anda.

Baca juga: WHO Tegaskan Vaksin Covid-19 Tak Akan Tersedia Sebelum Akhir 2021

Hindari kerumunan

Penumpang dengan berjaga jarak duduk di kereta MRT tujuan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Rabu (27/5/2020). Presiden Joko Widodo menginstruksikan Panglima TNI untuk mengerahkan personelnya dalam menertibkan masyarakat selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB) untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Penumpang dengan berjaga jarak duduk di kereta MRT tujuan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Rabu (27/5/2020). Presiden Joko Widodo menginstruksikan Panglima TNI untuk mengerahkan personelnya dalam menertibkan masyarakat selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB) untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.

Juga hindari berkumpul dalam berkelompok dan jauhi ruang ramai jika memungkinkan, terutama di stasiun transit dan pemberhentian.

Pertimbangkan untuk mengosongkan kursi yang sederet dengan Anda.

Saat masuk dan keluar bus lewat pintu belakang jika memungkinkan.

Carilah instruksi jarak sosial atau panduan fisik yang ditawarkan oleh otoritas transit setempat. Misalnya rambu-rambu yang menunjukkan di mana harus berdiri atau duduk agar berjarak dengan orang lain setidaknya 2 meter.

Saat naik taksi atau kendaraan semacamnya, CDC juga menyarankan untuk tak menyentuh banyak tempat, sering membersihkan tangan, dan menghindari mengambil botol atau barang lain yang ditawarkan.

Hindari duduk terlalu dekat dengan sopir. Mengenai pembayaran, sebaiknya gunakan pembayaran tanpa sentuhan.

Saat mengambil uang atau menggunakan kartu untuk membayar, letakkan di baki atau benda perantara lain. Jangan memberikan langsung dengan tangan sehingga bersentuhan tangan.

 Baca juga: Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Syarat Pengurusan SIKM Wilayah DKI Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Tren
Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Tren
Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com