Selain itu, Siti menambahkan, jika masyarakat memaknai dengan memakai baju baru adalah simbol status mereka, ketika berkumpul atau bertemu dengan teman atau saudara. Maka, hal tersebut semakin mendorong masyarakat untuk pergi berbelanja.
Sebab, tuntutan sosial kultural tidak bisa dilepaskan dari masyarakat dengan kultur komunal seperti ini.
Kemudian, Siti menambahkan, situasi tersebut ditangkap sebagai peluang oleh sejumlah produsen ataupun mal-mal untuk memberikan diskon dan iming-iming.
Sehingga para pusat perbelanjaan menggunakan aji mumpung diskon ini yang selanjutnya ditangkap juga sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk berbelanja murah.
Hal inilah yang justru membuat masyarakat menjadi tertarik untuk berbelanja dan berebut memasuki mall.
"Logika hemat, diskon, murah terus didengungkan melalui sejumlah iklan dan promosi melalui berbagai media, tanpa disertai unsur kepekaan terhadap situasi yang seharusnya orang lebih mementingkan keselamatan dibanding belanja," katanya lagi.
Baca juga: Pembukaan PSBB, Ancaman Klaster Baru Covid-19 hingga Perlunya Pelacakan Kontak