Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/05/2020, 19:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain mudik dan silaturahim, hari raya Idul Fitri di Indonesia juga biasa dirayakan dengan saling berbagi bingkisan.

Bingkisan yang lazim disebut parsel ini biasanya diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya, sesama rekan usaha, atau juga antar saudara.

Selain istilah parsel, saat ini juga ramai diperbincangkan tentang beda parsel dengan hamper. Secara isi, hamper dan parsel lebaran tidak terlalu jauh berbeda.

Keduanya masih berisikan barang-barang yang sama, seperti kue-kue khas lebaran, aneka jajanan, dan juga kartu ucapan.

Baca juga: 5 Alternatif Parsel Lebaran, Selain Kue dan Makanan Ringan

Sejarah hamper

Menurut sejarahnya, hamper pertama kali dikenalkan ke Inggris oleh William the Conqueror, yang memerintah pada abad ke-11 tepat setelah Pertempuran Hastings. Hamper berasal dari bahasa Perancis 'hanapier', yang secara harfiah berarti 'keranjang untuk piala'.

Keranjang anyaman pertama kali digunakan untuk mengangkut makanan dan anggur dalam perjalanan panjang melintasi daratan dan laut di era ini sekitar 1000 tahun yang lalu.

Anyaman adalah bahan utama yang digunakan untuk membuat wadah makanan pada periode ini, karena jauh lebih ringan dari kayu konvensional tetapi sama tahan lama.

Namun, baru pada revolusi industri tahun 1800-an tradisi hamper mulai dikaitkan dengan periode Natal dan pemberian hadiah. Berawal dari keluarga Victoria kelas menengah dan atas dari abad ke-19 yang mengubah hamper menjadi barang mewah yang diberikan sebagai hadiah.

Lalu, mengapa hamper terlihat lebih diminati, terutama oleh kalangan muda, meski harganya lebih mahal?

Baca juga: Ide Parsel Lebaran Pengganti Silaturahim, Apa Saja?

Meningkatkan status sosial

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si, memaparkan bahwa seseorang membeli barang lebih mahal bukan karena nilai gunanya atau fungsinya, tapi nilai simboliknya.

Nilai simbolik berarti barang-barang itu bisa memberikan simbol atau kesan kepada pembelinya.

"Penataan hamper lebih ekslusif dan terkesan klasik dan unik, membuat pembelinya kalau mengirimkan barang itu kepada orang lain akan mendapatkan penilaian sebagai orang berselera tinggi, elit, dan eksklusif," jelas Drajat saat dihubungi Kompas.com (22/5/2020).

Menurut dia, kemasan bisa meningkatkan nilai simbolik pada suatu barang. Sehingga tidak mengherankan bila kemudian banyak orang berani membeli barang berkualitas standart lebih rendah dengan harga tinggi agar mendapatkan kesan, atau penilaian sebagai simbol kelas elit atau kelas atas.

Drajat juga menyebut bahwa pola konsumsi konsumen usia muda tidak lagi hanya berfokus pada fungsi barang, melainkan juga untuk meningkatkan status sosial.

Hal ini terjadi biasanya karena adanya kesenjangan sosial yang tinggi, sehingga barang-barang bermerek dan mahal tidak bisa dijangkau kelas menengah ke bawah.

"Maka agar dapat memperoleh reputasi atau status sosial yang sama dengan kelas atas, maka yang dikejar atau dibeli adalah simbolnya atau bungkusnya, bukan isinya," kata Drajat. 

Baca juga: Kiat Cantik Kreasi Parsel Lebaran

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal dan Tema Debat Capres-Cawapres 2024

Jadwal dan Tema Debat Capres-Cawapres 2024

Tren
20 Universitas Negeri dan Swasta Terbaik Indonesia Versi AppliedHE Ranking 2024, IPB dan Binus Nomor 1

20 Universitas Negeri dan Swasta Terbaik Indonesia Versi AppliedHE Ranking 2024, IPB dan Binus Nomor 1

Tren
Tentara Israel Keracunan Makanan, Alami Diare Parah dan Demam Tinggi

Tentara Israel Keracunan Makanan, Alami Diare Parah dan Demam Tinggi

Tren
Ini Alasan KAI Akan Ubah KA Feeder Kereta Cepat Whoosh Jadi KRL

Ini Alasan KAI Akan Ubah KA Feeder Kereta Cepat Whoosh Jadi KRL

Tren
Taylor Swift Jadi Person of The Year 2023, Ungguli Xi Jinping, Putin, dan Raja Charles III

Taylor Swift Jadi Person of The Year 2023, Ungguli Xi Jinping, Putin, dan Raja Charles III

Tren
Sosok Ayah yang Diduga Jadi Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Sosok Ayah yang Diduga Jadi Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Tren
Penjelasan PVMBG soal Cahaya Oranye yang Terlihat di Gunung Marapi pada Rabu Malam

Penjelasan PVMBG soal Cahaya Oranye yang Terlihat di Gunung Marapi pada Rabu Malam

Tren
Daftar Lengkap 23 Nama Korban Tewas Letusan Gunung Marapi, Salah Satunya Anggota Polisi

Daftar Lengkap 23 Nama Korban Tewas Letusan Gunung Marapi, Salah Satunya Anggota Polisi

Tren
Budaya Sehat Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO 2023

Budaya Sehat Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO 2023

Tren
Ketahui, Ini Kriteria Rumah Rawan Tersambar Petir Menurut Pakar ITB

Ketahui, Ini Kriteria Rumah Rawan Tersambar Petir Menurut Pakar ITB

Tren
5 Fakta Kasus Penemuan 4 Anak Tewas di Jagakarsa, Berawal dari Warga Cium Bau Busuk

5 Fakta Kasus Penemuan 4 Anak Tewas di Jagakarsa, Berawal dari Warga Cium Bau Busuk

Tren
Update Kasus 'Mycoplasma Pneumoniae' di Indonesia, Penyebaran, dan Keparahannya

Update Kasus "Mycoplasma Pneumoniae" di Indonesia, Penyebaran, dan Keparahannya

Tren
Profil Ignasius Jonan, Sosok yang Disebut Anies Akan Dilibatkan Lagi dalam Pembangunan Transportasi Kereta Api

Profil Ignasius Jonan, Sosok yang Disebut Anies Akan Dilibatkan Lagi dalam Pembangunan Transportasi Kereta Api

Tren
Apa Perbedaan Antibodi dan Antigen? Berikut Penjelasannya

Apa Perbedaan Antibodi dan Antigen? Berikut Penjelasannya

Tren
Efek Minum Susu, Mengobati atau Justru Memperparah Asam Lambung?

Efek Minum Susu, Mengobati atau Justru Memperparah Asam Lambung?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com