Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak Terkait Covid-19, Apa Itu?

Kompas.com - 18/05/2020, 15:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Orang tua, rumah sakit, dan klinik harus mewaspadai lebih banyak kondisi membingungkan yang tampaknya memengaruhi anak setelah pertarungan dengan Covid-19.

Kondisi itu disebut dengan sindrom inflamasi multisistem pada anak.

Dokter spesialis perawatan klinis di Rumah Sakit Anak Boston Dr Jeffrey Burns mengatakan, sindrom tersebut merupakan sindrom pasca-virus.

Saat ini, para dokter sedang menyelidiki kasus pada setidaknya 150 anak yang kebanyakan berasal dari New York.

"Sindrom inflamasi multisistem ini tidak secara langsung disebabkan oleh virus. Hipotesis utamanya disebabkan oleh respon imun pasien," kata Burns, dilansir dari CNN (14/5/2020).

Baca juga: Diet hingga Anti-inflamasi, Ini 5 Manfaat Teh Hijau

Gejala

Gejalanya meliputi demam secara terus-menerus dan peradangan pada organ seperti ginjal dan jantung.

Ahli penyakit menular anak di Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles Dr Moshe Arditi menyebut, anak-anak juga dapat menunjukkan gejala peradangan pembuluh darah, seperti mata merah, lidah merah cerah, dan bibir pecah-pecah.

Dokter-dokter Inggris pertama kali membunyikan peringatan tentang sindrom tersebut pada bulan lalu.

Royal College of Paediatrics mengatakan bahwa antara 75 dan 100 anak-anak di Inggris telah terpengaruh oleh sindrom itu. Dokter Italia juga telah melaporkan kasus serupa.

Sementara itu, Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat Illinois Ngozi Ezike mengatakan, sindrom tersebut merupakan gangguan yang rumit.

"Ini adalah spektrum gangguan. Dalam beberapa kasus, Anda akan mendapati orang tersebut mengalami keterlibatan arteri koroner. Terkadang tidak," kata Ezike.

Baca juga: Diet Anti-Inflamasi Diklaim Mampu Perpanjang Usia

Respon yang tertunda

Namun tidak semua anak yang mengalami sindrom ini terinfeksi virus corona, tapi laporan dari Eropa dan beberapa kota di Amerika Serikat menunjukkan adanya keterkaitan.

"Tampaknya ada tanggapan yang tertunda terhadap infeksi Covid pada anak-anak ini," kata Arditi.

Meskipun demikian, Burns percaya bahwa kasus tersebut akan muncul lebih banyak, karena Covid-19 memengaruhi lebih banyak orang.

Menurutnya, ini adalah kondisi yang langka. Tapi kondisi itu terlihat lebih sering ketika virus telah menginfeksi jutaan orang.

"Kita dapat berharap bahwa masing-masing episentrum akan melihat kelompok-kelompok ini muncul kira-kira empat hingga enam minggu kemudian," kata Burns.

"Masuk akal bahwa itu muncul di New York pertama karena New York memiliki wabah terbesar dan paling parah," sambungnya.

Burns menjelaskan, sebagian besar anak-anak tidak terkena sindrom ini. Bahkan, banyak di antaranya tidak memerlukan perawatan intensif, meski ada sedikit kasus meninggal.

Baca juga: Sekilas tentang Zakat Fitrah dan Orang yang Berhak Menerimanya

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sedang menyiapkan pemberitahuan Jejaring Kesehatan untuk dikirim ke dokter di seluruh negeri.

Organisasi Kesehatan Dunia juga bekerja untuk mendefinisikan sindrom dan memperingatkan dokter sehingga mereka akan tahu apa yang harus dicari dan bagaimana mengobatinya.

"Entitas baru ini memiliki beberapa kesamaan dengan penyakit Kawasaki. Tetapi ada banyak fitur yang konsisten dengan sindrom syok toksik, seperti keterlibatan sistem multi-organ dan keterlibatan perut yang parah dengan diare," jelas Arditi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com