Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Polisi dan TNI Pamer Senjata di Medsos, Ini Penjelasan Sosiolog

Kompas.com - 14/05/2020, 19:45 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video yang  menampilkan seorang anggota polisi yang tengah mengokang senjata dan berucap "pacar kamu ganteng? kaya? bisa gini enggak?" beredar di media sosial pada Selasa (12/5/2020).

Adapun video tersebut diunggah oleh pengguna Twitter bernama Karyastatis, @kapansarjana_.

Sejauh ini, video tersebut telah diretwit sebanyak 10.100 kali dan telah disukai sebanyak lebih dari 41.700 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Tak hanya itu, video dua orang anggota TNI berseragam tengah memegang senjata dengan narasi serupa pun beredar di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun Twitter kang typo, @shiroechun pada Rabu (13/5/2020).

"Pacarmu ganteng? sugeh? Tumpakane mobil? Tapi tau gowo iki ora? (Pacarmu ganteng? kaya? naiknya mobil? Tapi pernah bawa ini enggak?)," ujar salah satu anggota TNI dalam video berdurasi 20 detik ini.

Baca juga: Soal Viral Foto Kursi Bioskop Berjamur, Ini Tanggapan Cinema XXI

Terkait dua video ini, warganet pun beranggapan bahwa anggota polisi maupun TNI tersebut berlaku pamer dengan profesi atau jabatan yang dimilikinya.

Baca juga: Viral Aplikasi Raqib Atid, Ini Penjelasan Pembuatnya

Lantas, apa arti fenomena ini?

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Siti Zunariyah mengungkapkan, perilaku pamer senjata dan jabatan dapat dinilai dari berbagai perspektif.

"Hal ini tidak terlepas dari dampak dari evolusi di bidang teknologi yang memberikan ruang sebebas-bebasnya bagi semua orang untuk menunjukkan identitas dirinya," ujar Siti saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/5/2020).

Menurutnya, tindakan itu juga tidak terlepas dari cara pandang materialis yang menempatkan segala sesuatu dengan ukuran materi, dan seragam adalah representasi atau simbol dari materi yang dimiliki seseorang.

"Hal ini menjadi pertanda seseorang sedang membutuhkan pengakuan, yang bisa jadi pada masa lalu hal tersebut tidak dia peroleh, ataupun eksistensi dia pada lingkungannya tidak cukup diakui sehingga mendorong dia untuk mencari eksistensi pada tempat lainnya, misalnya media sosial," terang Siti.

Baca juga: Viral Prank Sembako Sampah, Ferdian Paleka, dan Ketiadaan Empati...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com