Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Senjakala Kebudayaan Nusaraya

Kompas.com - 11/05/2020, 15:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


SEMULA, budaya Nusantara menuntun anak-anak kandungnya menerima agama yang datang dari Timur Tengah.

Lalu yang terjadi kemudian, mereka malah membunuh kebudayaannya sendiri secara membabi buta, dalam kurun ratusan tahun.

Sebentar... Jika kalimat ini tidak kita telaah dengan baik, niscaya yang mencuat malah perbalahan.

Padahal kami sama sekali tidak sedang menyoal doktrin-dogma yang diajarkan tiga agama samawi tersebut. Tapi, lebih menitikberatkan bahasan pada laku keberagamaan yang salah kaprah—untuk tidak menyebutnya salah arah.

Apa yang kami teriakan di atas, sejatinya juga pernah dan masih terjadi di belahan barat bumi kita.

Di Eropa dan Amerika, misalnya, agama masih sering berbenturan dengan sains. Biologi molekuluer dan astrofisika, adalah dua cabang sains yang begitu sengit menghadapi penentangan dari agama.

Sementara di negeri ini, hal itu tak terlalu kentara. Malah yang lebih menonjol adalah penolakan khazanah kebudayaan, yang telah mengakar ribuan tahun silam, bahkan sebelum Islam hadir di muka bumi. Hal ini merujuk fakta bahwa Islam merupakan agama yang tumbuh subur di Zamrud Khatulistiwa.

Menyelami dengan cermat

Risalah sederhana ini hanya ingin mengajak sedulur sedanten yang mendaku Muslim, agar menyelami lagi ajaran agamanya secara cermat.

Perhatikanlah, saudaraku, betapa adzan dan tilawatil Quran itu sebenarnya kebudayaan suara. Di dalamnya ada harmonisasi bunyi dan tangga nada. Dalam matra budaya, masuk dalam kategori seni olah vokal.

Salat merupakan kebudayaan tubuh. Haji tak ubahnya festival akbar kemanusiaan yang berlangsung tanpa panitia penyelenggara.

Puasa Ramadhan sama belaka dengan ritus bangsa Nusantara yang sudah berlangsung sejak lama.

Lebaran pun kental dipengaruhi unsur kebudayaan masyarakat Quraisy di Makkah—yang mereka warisi dari tradisi bangsa Farsi.

Sebelum lebih jauh, perlu kiranya kita mengenali apa itu tradisi dan kebudayaan.

Ilustrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi.

Tradisi, sama dengan adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat, juga penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang terbaik dan benar.

Sedang kebudayaan, hasil kegiatan dan penciptaan yang bersumber dari batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, atau keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalaman, lalu menjadi pedoman tingkah lakunya.

Jika penalaran itu bisa terpahami, maka mustahil Anda menolak tradisi sungkeman pada hari raya Idul Fitri.

Leluhur

Bila Anda lahir dari rahim kebudayaan Jawa, senyatanya laku itu adalah bagian utama dari cara kita berterimakasih dan bersyukur atas kehidupan yang diwarisi dari orangtua, yang juga mereka dapatkan dari para indung, dan teranugerahkan melalui para biyang.

Begitu seterusnya hingga kemudian kita berkenalan dengan istilah yang disebut sebagai leluhur.

Luluri, pitara (para leluhur), atau gantung siwur (nenek moyang kedelapan), berasal dari kosa kata Sansekerta.

Hal itu menunjukkan keterangan tentang; dari siapa kita berasal. Semua anak manusia pasti akan mencari akar pohon keluarganya—dengan segala cara.

Kehadiran kita di dunia ini, melewati proses kelahiran yang silih berganti. Ada sekian banyak manusia yang sudah mendahului kita, demi memunculkan seseorang paling kiwari.

Ya, dalam diri kita sekarang, tersimpan data melimpah seputar para penyusun gen, DNA, dan mitokondria yang kita bawa. Kita bukanlah pribadi tunggal tak berjejak.

Terlepas dari segala romantika yang melingkunginya, dan kerumitan penelusuran yang harus dilakukan, perlu juga disadari betapa sejatinya setiap kita sedang menyusun sebuah riwayat panjang di kemudian hari.

Ilustrasi Mitokondria.SHUTTERSTOCK Ilustrasi Mitokondria.

Suka atau tidak, kita telah mencatatkan diri dalam lembaran sejarah, sebagai biyang dari anak manusia yang akan datang—dan kelak mereka akan menyebut kita sebagai leluhurnya.

Masyarakat Sunda buhun mengenal suatu tatanan adab yang berbunyi: Indung tunggul rahayu, Bapak tangkal darajat. Ibu tempat kesejahteraan, Bapak tempat kehormatan.

Konsep indung itu pun masih terbagi tiga. Indung nu Maturan (Istri), Indung nu Ngalahirkeun (Ibu biologis), Indung nu Nangtukeun (Nenek).

Mitokondria

Mari sejenak kita menjelajahi ranah biologi molekuler sebagaimana yang digelorakan Richard Dawkins.

Etholog, biolog, dan evolusionis ini, menerangkan dengan cara mengagumkan dalam dua karyanya, The Selfish Gene (1976), dan River Out of Eden: A Darwinian View of Life (1995), terkait mitokondria yang tersimpan dalam tubuh nenek moyang kita.

Nenek yang dimaksud di sini bukan sekadar istilah, namun mengarah pada ibu sebagai sumber energi kehidupan.

Mitokondria berbentuk benang granula. Letaknya tersebar acak di sitoplasma, atau menempati lokasi tertentu di dalam sel, misalnya pada sel otot lurik. Ia mempunyai dua lapis membran: luar dan dalam.

Sekarang cobalah renungkan sejenak. Bagaimana caranya leluhur kita menggali khazanah pengetahuan sedemikian rupa, dan kemudian dibuktikan oleh Dawkins?

Fakta kehidupan dan dunia ilmiah juga telah menjabarkan, bahwa rekam jejak anak manusia telah ditentukan secara rigid oleh garis keturunan neneknya.

Mitokondria adalah hadiah ibu untuk dunia yang kita jalani sekarang.

Kebudayaan nusaraya

Mari kita kembali ke soal utama. Negeri Bahari yang menjadi tempat kita bermukim ini, telah jamak diketahui dunia sebagai lahan subur peradaban berkebudayaan tinggi. Karena dihuni desiliunan sungai mitokondria dengan ragam tradisi-budaya.

Tengoklah betapa indah nan menawan pakaian tradisional suku bangsa bahari jika disejajarkan dengan produk bangsa lain.

Belum lagi kita bincangkan susastra, khazanah metalurgi, kuliner, rumah adat, jenis tarian, teater rakyat, arsitektur, alat musik yang melahirkan keindahan bunyi tak terperi macam gamelan, warisan budaya tak benda seperti silaturahim, dan gotong-royong.

Prof. Dr. Azyumardi Azra suatu kali bercerita. Ketika di Mesir, ia shalat Maghrib di sebuah masjid dengan memakai kain sarung dan batik.

Lantas Sang Imam menegur cara berpakaiannya. Intelektual Muslim kebanggaan Indonesia itu pun menjawab enteng, “Di negara saya pakaian seperti itu hanya dipakai wanita.”

Sejumlah umat Hindu melaksanakan upacara dalam perayaan Hari Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (1/11/2017). Perayaan Galungan digelar untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan) bagi umat Hindu, sekaligus rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atas ciptaan alam semesta beserta isinya.AFP PHOTO/SONNY TUMBELAKA Sejumlah umat Hindu melaksanakan upacara dalam perayaan Hari Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (1/11/2017). Perayaan Galungan digelar untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan) bagi umat Hindu, sekaligus rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atas ciptaan alam semesta beserta isinya.

Anekdot ini menggambarkan bahwa agama bukan sebatas pakaian belaka. Padahal pakaian khas Arab yang bernama ghamis, jelas bukan pakaian agama—yang sebenarnya adalah takwa.

Menilik kondisi kebudayaan kiwari kita saat ini, sejatinya sungguh sangat memprihatinkan.

Sudahlah tak melakukan temuan baru, dan enggan melestarikan, yang terjadi malah penggerusan tak karuan. Ini jelas merupakan pengkhianatan pada leluhur kita bangsa asli kepulauan: Nusaraya.

Sejauh ini, hanya masyarakat Bali yang dengan setia merawat-meruwat tinggalan kebudayaan yang masih mereka miliki dalam segala segi kehidupan.

Pada saat yang sama, mereka tak kehabisan cara untuk menerima dunia modern yang terus menggeliat.

Akhir kalam. Sebelum negeri ini menjadi tuna budaya, mari sama kita insyafi kesalahan yang berjela-jela. Kembalilah pada pangkuan Ibu Pertiwi.

Sebagai anak turunan bangsa penjelajah samudera, sudah selayaknya kita menjadikan jaladhi (samudra) selaku wahana pengenalan diri.

Jika pikiran dan hati kita sudah seluas segara, niscaya apa pun yang tercebur di dalamnya takkan merusak jati diri kita selaku pewaris sah Negeri Bahari yang gemah ripah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com