Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/05/2020, 20:15 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama lebih dari sebulan terakhir, siswa-siswi sekolah mulai dari TK hingga SMA sederajat menjalani proses belajar dari rumah akibat adanya pandemi Covid-19.

Kebijakan belajar dari rumah ini diberlakukan sebagai upaya untuk memutus penyebaran virus corona agar tidak meluas. 

Rutinitas bangun pagi dan berangkat ke sekolah, belajar di kelas dengan pembagian waktu yang rigid dan kegiatan luar rumah lainnya otomatis berkurang. 

Baca juga: Guru Asal Indonesia di Australia Khawatir soal Pembukaan Sekolah Kembali

Apakah setelah nantinya kebijakan memulai kembali jadwal sekolah membuat para siswa perlu kembali melakukan adaptasi?

Menjawab hal tersebut, Psikolog Pendidikan Bondhan Kresna mengatakan, hal itu tidak akan menjadi masalah besar.

"Kalau kita asumsikan dua bulan lagi anak sudah masuk sekolah. Saya kira tidak perlu ada hal khusus yang dipersiapkan. Di negara subtropis anak liburan musim panas juga bisa hitungan bulan," ujar Bondhan kepada Kompas.com, Selasa (5/5/2020).

Interaksi fisik

Satu hal yang menurutnya penting untuk dijaga adalah interaksi fisik anak-anak ini ketika berada di rumah.

Mengapa, karena selama belajar di sekolah, anak-anak ini sangat erat hubungannya dengan interaksi fisik yang mereka jalin dengan teman-teman dan para guru.

Baca juga: Warga Korea Selatan Mulai Beraktivitas Normal Setelah Kasus Covid-19 Menurun

Jangan sampai proses belajar di rumah menjadi alasan mereka lebih sering bermain dengan gawainya atau melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak bermanfaat.

"Orangtua (harus) aktif mendampingi anak belajar di rumah. Satu-satunya kelemahan situasi sekarang adalah anak jadi tidak berinteraksi fisik dengan teman-temannya," ujar

Apa yang disampaikan Bondhan juga dibenarkan oleh psikolog anak Seto Mulyadi.

Tokoh pemerhati anak ini menyebut bahwa anak-anak tidak akan mendapati permasalahan yang berarti ketika mereka harus kembali ke sekolah, di saat pandemi ini berakhir atau setidaknya tertangani

"Yang perlu diingat, atau yang sering dilupakan, anak itu memiiliki daya lenting, daya adaptasi yang bagus. Saya buktikan waktu bencana di Palu, bencana dahsyat, anak-anak justru yang paling cepat menyesuaikan diri, yang adaptasinya cepat," ujar Seto yang dihubungi terpisah, Selasa (5/5/2020).

Yang terpenting, menurut mantan Ketua Komnas Perlindungan Anak ini adalah interaksi fisik yang tetap dimiliki anak selama berada di rumah.

Baca juga: Mengapa Kasus Covid-19 di Eropa Timur Lebih Rendah Dibandingkan Bagian Barat?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Jadwal dan Tema Debat Capres-Cawapres 2024

Jadwal dan Tema Debat Capres-Cawapres 2024

Tren
20 Universitas Negeri dan Swasta Terbaik Indonesia Versi AppliedHE Ranking 2024, IPB dan Binus Nomor 1

20 Universitas Negeri dan Swasta Terbaik Indonesia Versi AppliedHE Ranking 2024, IPB dan Binus Nomor 1

Tren
Tentara Israel Keracunan Makanan, Alami Diare Parah dan Demam Tinggi

Tentara Israel Keracunan Makanan, Alami Diare Parah dan Demam Tinggi

Tren
Ini Alasan KAI Akan Ubah KA Feeder Kereta Cepat Whoosh Jadi KRL

Ini Alasan KAI Akan Ubah KA Feeder Kereta Cepat Whoosh Jadi KRL

Tren
Taylor Swift Jadi Person of The Year 2023, Ungguli Xi Jinping, Putin, dan Raja Charles III

Taylor Swift Jadi Person of The Year 2023, Ungguli Xi Jinping, Putin, dan Raja Charles III

Tren
Sosok Ayah yang Diduga Jadi Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Sosok Ayah yang Diduga Jadi Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Tren
Penjelasan PVMBG soal Cahaya Oranye yang Terlihat di Gunung Marapi pada Rabu Malam

Penjelasan PVMBG soal Cahaya Oranye yang Terlihat di Gunung Marapi pada Rabu Malam

Tren
Daftar Lengkap 23 Nama Korban Tewas Letusan Gunung Marapi, Salah Satunya Anggota Polisi

Daftar Lengkap 23 Nama Korban Tewas Letusan Gunung Marapi, Salah Satunya Anggota Polisi

Tren
Budaya Sehat Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO 2023

Budaya Sehat Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO 2023

Tren
Ketahui, Ini Kriteria Rumah Rawan Tersambar Petir Menurut Pakar ITB

Ketahui, Ini Kriteria Rumah Rawan Tersambar Petir Menurut Pakar ITB

Tren
5 Fakta Kasus Penemuan 4 Anak Tewas di Jagakarsa, Berawal dari Warga Cium Bau Busuk

5 Fakta Kasus Penemuan 4 Anak Tewas di Jagakarsa, Berawal dari Warga Cium Bau Busuk

Tren
Update Kasus 'Mycoplasma Pneumoniae' di Indonesia, Penyebaran, dan Keparahannya

Update Kasus "Mycoplasma Pneumoniae" di Indonesia, Penyebaran, dan Keparahannya

Tren
Profil Ignasius Jonan, Sosok yang Disebut Anies Akan Dilibatkan Lagi dalam Pembangunan Transportasi Kereta Api

Profil Ignasius Jonan, Sosok yang Disebut Anies Akan Dilibatkan Lagi dalam Pembangunan Transportasi Kereta Api

Tren
Apa Perbedaan Antibodi dan Antigen? Berikut Penjelasannya

Apa Perbedaan Antibodi dan Antigen? Berikut Penjelasannya

Tren
Efek Minum Susu, Mengobati atau Justru Memperparah Asam Lambung?

Efek Minum Susu, Mengobati atau Justru Memperparah Asam Lambung?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com