Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Catatan tentang Didi Kempot dari Orang yang Tak Mengenalnya

Kompas.com - 06/05/2020, 19:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


SUDAH cukup banyak tulisan bagus mengenang Didi Kempot yang beredar dari orang-orang terkenal dan para penulis beken. Akan tetapi, tetap saja saya tidak dapat membendung hasrat untuk juga ikut menulis tentang Didi Kempot.

Terus terang saya tidak begitu mengikuti perjalanan sukses karier Didi Kempot sebagai maestro penyanyi khas berbahasa Jawa.

Selintas saya mengenal dan mendengar sayup-sayup nama Didi Kempot sebatas nama beken yang menjadi bagian penerus dari “sisa-sisa” ketenaran pagelaran Srimulat yang kesohor.

Pagi hari itu, mendengar kabar meninggalnya Didi Kempot, saya langsung meneruskannya ke istri saya.

"Wah, dia penyanyi sedang top-top nya belakangan ini dan penggemarnya kelompok milenial kampus," begitu respons istri saya.

Penasaran, saya segera membuka banyak tulisan dan video tentang Didi Kempot. Berjam-jam hingga buka puasa diselingi mengikuti berita duka dan siaran mengenang almarhum, saya akhirnya memperoleh kesan yang sangat khusus dari keberadaan Didi Kempot sebagai penyanyi kondang kesayangan publik.

Setidaknya Didi Kempot pernah tampil dihadapan dua orang Presiden, yaitu Presiden Suriname dan Presiden Republik Indonesia.

Keistimewaanya sebagai pelantun lagu sudah banyak ditulis orang. Dalam tulisan ini saya hanya ingin menggoreskan sedikit kesan saja yang langsung terekam dalam hati seusai menjelajah beberapa tulisan, berita, dan video mengenai Didi Kempot.

Bahasa Jawa

Yang sangat mengesankan sekali adalah bahasa yang digunakannya dalam bernyanyi, yaitu bahasa Jawa yang biasa digunakan di jalanan.

Saya bukan orang Jawa, tetapi saya lahir di Yogyakarta dan melewati rentang waktu yang terputus-putus menetap di kota itu dengan jumlah total lebih kurang 10 tahun.

Saya pun tidak mahir berbahasa Jawa. Namun, ada banyak kata-kata dalam bahasa Jawa yang menancap dalam hati saya karena begitu tepat mewakili rasa dan sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.

Kita mulai saja dengan kata ambyar. Itu kata-kata yang mewakili makna bubar total, tidak keruan, amburadul, hancur lebur, dan pasti tidak bisa diperbaiki lagi.

Ambyar mewakili itu semua.

Guru saya pernah bercerita didepan kelas tentang bingungnya seorang dokter bila menerima pasien orang jawa.

Sobat ambyar berjoget saat penyanyi Didi Kempot tampil di hari pertama Synchronize Festival 2019 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat (4/10/2019).KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Sobat ambyar berjoget saat penyanyi Didi Kempot tampil di hari pertama Synchronize Festival 2019 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat (4/10/2019).

Sang Pasien mengatakan, “Dok, saya geringgingen”.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rekrutmen Bersama BUMN 2024, Peserta Hanya Bisa Unduh Safe Exam Browser via Laptop

Rekrutmen Bersama BUMN 2024, Peserta Hanya Bisa Unduh Safe Exam Browser via Laptop

Tren
Jejak Prabowo di Pilpres, Akhirnya Jadi Presiden Usai 3 Kali Kalah

Jejak Prabowo di Pilpres, Akhirnya Jadi Presiden Usai 3 Kali Kalah

Tren
Wacana Iuran Pariwisata Melalui Tiket Penerbangan, Akankah Tarif Pesawat Akan Naik?

Wacana Iuran Pariwisata Melalui Tiket Penerbangan, Akankah Tarif Pesawat Akan Naik?

Tren
Prabowo-Gibran Resmi Ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih

Prabowo-Gibran Resmi Ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih

Tren
Sejarah Olimpiade yang Saat Ini Jadi Kompetisi Olahraga Terbesar di Dunia

Sejarah Olimpiade yang Saat Ini Jadi Kompetisi Olahraga Terbesar di Dunia

Tren
Viral, Video Perempuan Paksa Minta Uang ke Warga, Ini Kata Sosiolog

Viral, Video Perempuan Paksa Minta Uang ke Warga, Ini Kata Sosiolog

Tren
Profil Chandrika Chika, Selebgram yang Terjerat Kasus Narkoba

Profil Chandrika Chika, Selebgram yang Terjerat Kasus Narkoba

Tren
Siomai dan Pempek Jadi Jajanan Kaki Lima Terbaik Dunia 2024

Siomai dan Pempek Jadi Jajanan Kaki Lima Terbaik Dunia 2024

Tren
Mengenal Apa Itu Lemak, Berikut Manfaat dan Pengaruh Negatifnya

Mengenal Apa Itu Lemak, Berikut Manfaat dan Pengaruh Negatifnya

Tren
Memahami Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN, Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024?

Memahami Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN, Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Sebagian Kota Besar di China Terancam Tenggelam pada 2120

Penelitian Ungkap Sebagian Kota Besar di China Terancam Tenggelam pada 2120

Tren
LINK Live Streaming Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Mulai Pukul 10.00 WIB

LINK Live Streaming Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Mulai Pukul 10.00 WIB

Tren
Ramai soal Lowker untuk Lansia, Praktisi Apresiasi sebagai Pemberdayaan Strategis dan Inklusif

Ramai soal Lowker untuk Lansia, Praktisi Apresiasi sebagai Pemberdayaan Strategis dan Inklusif

Tren
Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal di Usia 96 Tahun

Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal di Usia 96 Tahun

Tren
Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com