KOMPAS.com - Penyanyi campursari legendaris Didi Kempot tutup usia di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, Selasa (5/5/2020).
Media sosial pun ramai dibanjiri komentar warganet yang merasa kehilangan atas kepergiannya.
Baca juga: Sebelum Meninggal, Didi Kempot Minta Erix Soekamti Garap Musiknya dengan Djaduk Ferianto
Ucapan duka muncul dari para publik figur hingga para penggemarnya yang dinamakan "Sobat Ambyar".
Tagar #SobatAmbyarBerduka pun sempat menjadi trending topic di Twitter.
Baca juga: Didi Kempot dalam Kenangan...
Karier penyanyi berjuluk "Godfather of Broken Heart" memang tengah melambung.
Kepiawaian Didi Kempot dalam membuat lirik sederhana namun mengena tak diragukan lagi. Meskipun tersaji dalam bahasa Jawa, musiknya dinikmati segala kalangan.
Karya musisi campursari ini banyak yang menjadi hits, bahkan hingga hari ini di kalangan anak muda.
Baca juga: Kreativitas Didi Kempot dan Pelajaran Filsafat Eksistensi
Sebut saja Pamer Bojo, Tanjung Mas Ninggal Janji, Sewu Kuto, Cidro, Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, dan sebagainya.
Karya-karya itu yang membuatnya mendapat julukan The Godfather of Broken Heart atau Bapak Patah Hati Nasional dari para penggemarnya yang menamai diri sebagai Sobat Ambyar.
Sad Boy untuk penggemar laki-laki, dan Sad Girl untuk mereka yang perempuan.
Baca juga: Didi Kempot Meninggal, Adik: Punya Riwayat Asma, Saat Manggung Bawa Inhaler
Penonton yang menghadiri konsernya pun akan bernyanyi bersama mengekspresikan keambyaran karena lirik lagunya yang begitu mengena.
Perjalanan Didi Kempot di dunia musik pun terbilang tak sebentar. Ia malang melintang menggeluti musik puluhan tahun.
Baca juga: 3 Hari Lalu, Emil Dardak dan Didik Kempot Bahas Konser Online Ojo Mudik
Didi Kempot memulai kariernya sebagai musisi jalanan di Surakarta sejak 1984 hingga 1986.
Pada 1987 sampai 1989, ia mengadu nasib ke Jakarta.
Nama panggungnya merupakan singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar, grup musik asal Surakarta yang membawa ia hijrah ke Jakarta.