Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data Worldometers: China Tak Lagi Masuk 10 Negara dengan Kasus Terbanyak Covid-19

Kompas.com - 01/05/2020, 09:16 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Data Worldometers hingga Jumat (1/5/2020) pagi, menunjukkan, China tak lagi masuk dalam daftar 10 negara dengan kasus terbanyak Covid-19.

Saat bulan-bulan awal dilaporkannya infeksi virus corona jenis baru, akhir 2019 hingga Maret 2020, China mencatatkan angka kasus dan kematian yang cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Merujuk data Worldometers yang dikutip pada Jumat pagi, berikut 10 negara dengan angka kasus tertinggi:

  1. Amerika Serikat: 1.094.277 kasus, 63.815 orang meninggal dunia, dan 151.784 orang sembuh
  2. Spanyol: 239.639 kasus, 24.543 orang meninggal dunia, dan 137.984 orang sembuh
  3. Italia: 205.463 kasus, 27.967 orang meninggal dunia, dan 75.945 orang sembuh
  4. Inggris: 171.253 kasus, 26.771 orang meninggal dunia
  5. Perancis: 167.178 kasus, 24.376 orang meninggal dunia, dan 49.476 orang sembuh
  6. Jerman: 163.009 kasus, 6.623 orang meninggal dunia, dan 123.500 orang sembuh.
  7. Turki: 120.204 kasus, 3.174 orang meninggal dunia, dan 48.886 orang sembuh
  8. Rusia: 106.498 kasus, 1.073 orang meninggal dunia, dan 11.619 orang sembuh
  9. Iran: 94.640 kasus, 6.028 orang meninggal dunia, dan 75.103 orang sembuh
  10. Brazil: 85.380 kasus, 5.901 orang meninggal dunia, dan 35.935 orang sembuh.

Sementara, hingga Jumat pagi, menurut data Worldometers, ada 82.862 kasus Covid-19 di China, dengan 4.633 orang meninggal dunia, dan 77.642 orang sembuh.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 1 Mei: 3,3 Juta Orang Terinfeksi, 1 Juta Orang Sembuh

Perjalanan kasus Covid-19 di China

Orang-orang tetap melanjutkan aktivitas di Beijing, China, pada Kamis (5/3/2020), di tengah wabah virus corona yang melanda negara tersebut.Koki Kataoka/The Yomiuri Shimb Orang-orang tetap melanjutkan aktivitas di Beijing, China, pada Kamis (5/3/2020), di tengah wabah virus corona yang melanda negara tersebut.
China pertama kali melaporkan temuan kasus penyakit pneumonia yang tak biasa di Wuhan, Provinsi Hubei, pada 31 Desember 2019.

Pada 7 Januari 2020, China kemudian melaporkan bahwa pneumonia tersebut disebabkan oleh virus corona jenis baru yang saat itu awalnya disebut WHO dengan 2019-nCoV.

Jumlah kasus di China  terus memperlihatkan peningkatan. Untuk menghindari penyebaran meluas, negara ini menerapkan lockdown di Wuhan selama 10 minggu, terhitung sejak 23 Januari 2020.

Pada Selasa (7/4/2020), untuk pertama kalinya sejak virus corona mewabah, China melaporkan tidak adanya kasus kematian baru.

Lockdown pun dibuka pada Rabu (8/4/2020).

Meski demikian, melansir BBC, Jumat (17/4/2020), China sempat kembali melaporkan kematian dengan jumlah yang  signifikan yakni 1.290 kematian akibat Covid-19 di Wuhan.

Baca juga: Kabar Baik, Vaksin Covid-19 di China Diperkirakan Siap pada September

Para pejabat menjelaskan bahwa angka itu muncul dari data baru yang diterima dari berbagai sumber karena sebelumnya belum sempat tercatat akibat kurangnya pengujian saat awal infeksi menyebar.

Kini, sejumlah ilmuwan China turut terlibat dalam upaya menemukan vaksin virus corona jenis baru.

China disebut bergerak cepat dan memimpin dalam kompetisi global untuk mendapatkan vaksin virus corona.

Melansir pemberitaan Kompas.com, 19 April 2020, yang mengutip Fortune, otoritas kesehatan China menyetujui kandidat vaksin yang dikembangkan oleh dua perusahaan China untuk pengujian fase pertama pada manusia.

Dua perusahaan itu adalah Lembaga Produk Biologi Wuhan milik pemerintah dan perusahaan bioteknologi Sinovac yang berbasis di Beijing.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com