Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti DIY Sebut Kasus Covid-19 di Indonesia Melandai Pertengahan Ramadhan

Kompas.com - 22/04/2020, 18:15 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jumlah kasus virus corona Covid-19 di Indonesia saat ini berada di angka 7.418. Apabila melihat grafik perkembanganya, masih terjadi fluktuasi jumlah penambahan kasus baru setiap harinya. 

Sejumlah ahli baik dari Badan Intelejen Negara (BIN), ITB, maupun epidemiolog UI mengeluarkan penelitiannya untuk memprediksi puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia. 

Sejumlah prediksi

Dalam paparannya, Deputi Bidang Intelijen Teknologi BIN, Mayjen TNI Afini Boer mengatakan pihaknya memperkirakan puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia akan terjadi sekitar 60-80 hari sejak pengumuman kasus positif, 2 Maret 2020 lalu.

Hal ini berdasarkan simulasi data yang dilakukan pihaknya, dengan rumus matematika memperkirakan dengan variabel suspected, infected dan recovery, model menunjukkan akan masuk masa puncak di 60 sampai 80 hari.

Baca juga: Kepala BIN: Bulan Juli Wabah Covid-19 Masuk Fase Ringan

Sementara Peneliti dari ITB pada tanggal 19 Maret 2020 memaparkan perkiraan puncak penyebaran Covid-19 di Tanah Air dialami pada akhir Maret hingga pertengahan April 2020.

Dikutip dari Kompas.com (23/3/2020), Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan simulasi dan pemodelan sederhana mengenai prediksi penyebaran virus corona atau Covid-19 di

Hasilnya, Indonesia diprediksi akan mengalami puncak jumlah kasus harian Covid-19 pada akhir Maret 2020 hingga pertengahan April 2020. Pandemi tersebut diperkirakan berakhir pada saat kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600 pasien.

Sementara itu peneliti dari Pemerintah Provinsi DIY, Joko Hariyono menyebut, periode kritis pandemi virus corona di Indonesia akan terjadi pada pertengahan bulan puasa. 

Hal itu diungkapkan joko dalam penelitiannya yang berjudul "Prediksi Periode Penyebaran Kasus Covid-19 berbasis Konteks".

Alumnus UGM itu memprediksi wabah Covid-19 di Indonesia sudah mulai menurun ketika memasuki pertengahan Ramadhan atau sekitar 10 Mei 2020.

Baca juga: Peneliti ITB Prediksi Puncak Penyebaran Covid-19 Berakhir April 2020

"Berdasarkan grafik hasil penelitian yang diperoleh, bahwa periode kritis (lereng kurva) sudah akan terlewati pada 15 hari pertama Bulan Ramadhan," kata Joko dalam keterangan resminya.

Metodologi penelitian

Joko menjadikan data harian kasus Covid-19 dari Pemerintah mulai tanggal 2 Maret hingga 21 Maret 2020 sebagai acuan penelitiannya.

Dia menggunakan metode studi kasus dengan memasukkan 2 referensi pola kasus secara global dan lokal.

Untuk referensi global, Joko mengambil contoh negara yang telah berhasil melalui titik kulminasi seperti China dan Korea Selatan.

Kemudian masing-masing data referensi tersebut diolah menggunakan analisis fitting.

Periodisasi wabah berdasar penelitian

Dalam riset yang secara resmi dirilis pada 24 Maret 2020 itu, Joko menggambarkan periode kritis Covid-19 di Indonesia terjadi pada hari ke 40-70 sejak awal diumumkan atau pada 10 April-10 Mei 2020.

Hal itu menurut Joko sejalan dengan data yang disampaikan Pemerintah, pada 7 April lalu temuan kasus baru mengalami peningkatan yang signifikan, yakni di angka 200-an. Padahal sebelumnya masih ada di kisaran 100-an.

Periode selanjutnya adalah periode puncak yang akan terjadi di hari ke 70-100 atau 10 Mei-10 Juni 2020. Dalam fase ini. penambahan kasus sudah mulai melandai.

Selanjutnya, terakhir adalah periode pemulihan (recovery) yang akan terjadi di hari ke 120-150 atau 2 Juli-1 Agustus 2020.

Baca juga: [POPULER TREN] Prediksi Gelombang Kedua Virus Corona | Pengujian Vaksin Covid-19 pada Manusia

Dalam fase terakhir ini kasus baru masih ditemukan, hanya saja jumlahnya relatif rendah seperti masa-masa awal penyebaran.

Lewat penelitiannya, Joko memprediksi pada 2 April 2020 atau di hari ke-30, jumlah kasus terkonfirmasi di Indonesia sebanyak 1.700-an.

Prediksi tersebut ternyata mendekati data yang diumumkan Pemerintah, yakni 1.790 kasus di hari yang sama.

Lalu, pada 20 April 2020 atau hari ke-48 penelitian Joko juga memprediksi jumlah kasus ada di kisaran 6.700. Sementara data yang diumumkan Pemerintah di hari itu terdapat total 6.760 kasus.

Sebelumnya, Joko telah mengklaim prediksinya ini memiliki tingkat akurasi sebesar 95 persen.

Belum gunakan data lain

Dikarenakan hingga saat ini hasil prediksi yang dibuat masih relevan dengan data kasus di lapangan dari Pemerintah, maka Joko belum berniat untuk menggunakan data tambahan dalam penelitiannya.

Dia masih akan tetap mengacu pada hasil perhitungan yang menggunakan data per 2-21 Maret 2020.

"Kami tidak melakukan revisi karena hasilnya masih relevan," kata Joko.

Ia pun tidak akan langsung menggunakan data tambahan atau melakukan analisis ulang apabila prediksi sebelumnya tidak lagi relevan dengan data di lapangan.

"Kami akan coba analisis terlebih dahulu terkait penyimpangan/deviasi tersebut. Nanti akan kami tuliskan hasil analisis kami dengan beberapa evidence kenapa terjadi penyimpangan, atau sanggahan hasil," jelasnya.

Baca juga: Pakar Epidemiologi Prediksi Penularan Covid-19 di Indonesia Terjadi sejak Januari

Jika akurasi prediksi hasil penelitian ini berlanjut, maka wabah Covid-19 di Indonesia
pada 1 Mei 2020 mencapai angka 8.500 kasus.

Sementara 10 Mei sudah ada di periode puncak dengan total kasus sebanyak 9.500. Dan wabah ini akan berakhir di 1 Agustus 2020 dengan total kasus secara nasional menyentuh angka 11.100.

Faktor pendukung

Menurut Joko, terdapat 3 hal yang melatarbelakangi faktor penurunan kasus baru virus corona bisa terjadi.

1. Kasus sudah ada di posisi stabil

Pada masa-masa pertengahan Ramadhan atau 10 Mei tersebut, kasus sudah ada di posisi yang stabil. Dia menyebut hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah sudah terimplementasi dengan baik.

"Mayoritas masyarakat juga sudah menerapkan imbauan pemerintah," ujar Joko saat dihubungi Rabu (22/4/2020) sore.

Dia menyebut, pada masa-masa ini penambahan kasus masih terjadi namun hanya sedikit dan tidak sebanyak di fase sebelumnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Masih Terus Meningkat, Pemprov DKI Akan Perpanjang PSBB

2. Gotong-royong masyarakat

Joko menjelaskan peran masyarakat dalam upaya pencegahan virus sudah semakin signifikan. Dia menyebut, warga mulai menaati apa yang diimbau oleh pemerintah, terlebih masyarakat yang ada di pedesaan.

Mereka memiliki semangat yang tinggi, melindungi satu sama lain. Apalagi kondisi Indonesia yang mayoritas terdiri dari pedesaan dinilai Joko menjadi sangat menguntungkan.

"Semangat kebersamaan dan gotong-royong, saling menjaga jarak agar tidak merugikan orang lain, saling mengingatkan, dan lain-lain," sebut Joko.

"Sehingga pada masa kritis kita tidak seperti di AS, Italia maupun negara -negara maju lainnya yang masyarakatnya lebih bersikap egosentris," lanjut dia.

3. Pemerintah tanggap

Joko menyebut Pemerintah dalam menangani pandemi ini sudah cukup tanggap di tengah pro-kontra tiap kebijakan yang dikeluarkannya.

"Namun kami melihat yang dilakukan pemerintah itu mendukung tujuan utama, yaitu untuk mengurangi dampak kerusakan yang lebih besar, serta menyiapkan strategi pasca recovery nanti," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Aktivitas Kegempaan di Gunung Gamalama Meningkat, Warga Diimbau Waspada

Aktivitas Kegempaan di Gunung Gamalama Meningkat, Warga Diimbau Waspada

Tren
10 Rudal Balistik dengan Jangkauan Terjauh di Dunia Beserta Negara Pemiliknya

10 Rudal Balistik dengan Jangkauan Terjauh di Dunia Beserta Negara Pemiliknya

Tren
WNI Ceritakan Cara UEA Menangani Banjir: Ada Peringatan Dini, Mobil Pompa, dan Denda

WNI Ceritakan Cara UEA Menangani Banjir: Ada Peringatan Dini, Mobil Pompa, dan Denda

Tren
Ada 18.557 Formasi CASN Bawaslu 2024, Ini 5 Posisi dengan Daya Tampung Terbanyak

Ada 18.557 Formasi CASN Bawaslu 2024, Ini 5 Posisi dengan Daya Tampung Terbanyak

Tren
Israel Lancarkan Serangan Balasan ke Iran, Wilayah Ini Jadi Sasaran

Israel Lancarkan Serangan Balasan ke Iran, Wilayah Ini Jadi Sasaran

Tren
Media Asing Soroti Kemenangan Indonesia atas Australia di Piala Asia U23

Media Asing Soroti Kemenangan Indonesia atas Australia di Piala Asia U23

Tren
Cara Bikin Stiker Langsung dari Aplikasi WhatsApp, Cepat dan Mudah

Cara Bikin Stiker Langsung dari Aplikasi WhatsApp, Cepat dan Mudah

Tren
Ramai soal Penumpang Mudik Motis Buka Pintu Kereta Saat Perjalanan, KAI Ingatkan Bahaya dan Sanksinya

Ramai soal Penumpang Mudik Motis Buka Pintu Kereta Saat Perjalanan, KAI Ingatkan Bahaya dan Sanksinya

Tren
Israel Membalas Serangan, Sistem Pertahanan Udara Iran Telah Diaktifkan

Israel Membalas Serangan, Sistem Pertahanan Udara Iran Telah Diaktifkan

Tren
Rp 255 Triliun Berbanding Rp 1,6 Triliun, Mengapa Apple Lebih Tertarik Berinvestasi di Vietnam?

Rp 255 Triliun Berbanding Rp 1,6 Triliun, Mengapa Apple Lebih Tertarik Berinvestasi di Vietnam?

Tren
Israel Balas Serangan, Luncurkan Rudal ke Wilayah Iran

Israel Balas Serangan, Luncurkan Rudal ke Wilayah Iran

Tren
Mengenal Rest Area Tipe A, B, dan C di Jalan Tol, Apa Bedanya?

Mengenal Rest Area Tipe A, B, dan C di Jalan Tol, Apa Bedanya?

Tren
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Tren
Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Tren
Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com