Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema PSK di Tengah Pandemi Corona, antara Takut Tertular dan Kehilangan Pelanggan

Kompas.com - 20/04/2020, 19:03 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Masalah serupa di Asia dan seluruh dunia

Para PSK di Asia dan belahan dunia lainnya juga bergelut dengan permasalahan yang serupa.

Beberapa minggu belakangan ini, Thailand telah menutup pintu masuk bagi turis asing, melarang aktivitas perkumpulan, membatasi jam malam dan menutup hampir semua toko.

Penutupan klab malam, panti pijat, dan wilayah red-light di seluruh negeri telah menyebabkan sekitar 300 ribu PSK kehilangan pekerjaannya.

Beberapa dari mereka memang telah kembali ke kampung halamannya masing-masing. Namun, mereka yang tidak kembali tidak punya pilihan lain selain menjajakan dirinya di jalan, dan menghadapi risiko lebih besar dari pandemi virus corona.

Baca juga: Pasien Sembuh Corona di Indonesia Terus Bertambah, Begini Kriterianya

Salah satu kelompok hak asasi manusia telah mendesak pemerintah untuk menyediakan bantuan bagi para PSK yang kehilangan pekerjaannya.

Dalam pernyataan terpisah di bulan ini, Global Network of Sex Work Projects dan Program PBB untuk HIV/AIDS telah mengemukakan diskriminasi yang dialami oleh PSK.

Mereka mendesak setiap negara untuk memberikan akses layanan kesehatan, perlindungan sosial, dan skema bantuan keuangan.

Baca juga: Buat Dosen Pembimbing, Ini Tips Bimbingan Tugas Akhir Selama Pandemi Corona

Terlilit Utang

Di India, situasi telah menjadi sangat sulit hingga banyak PSK bahkan tidak bisa memperoleh makanan.

Negara, yang berdasar statistik resmi, memiliki lebih dari 2 juta orang PSK telah menerapkan lockdown tingkat nasional selama lebih dari 3 minggu.

Lockdown telah diperpanjang hingga setidaknya tanggal 3 Mei 2020, namun pemerintah juga menyampaikan bahwa beberapa pembatasan akan dilonggarkan, terutama di daerah yang jauh dari pusat infeksi.

Baca juga: 2 Sopir Rental yang Bawa 7 Mahasiswa Positif Corona Jalani Rapid Test

Meski demikian, banyak PSK yang telanjur merasakan dampak parah dari lockdown yang sudah diberlakukan.

Terjadinya panic buying juga semakin memperburuk keadaan, karena bahan-bahan makanan telah habis diborong oleh orang-orang kaya, akibatnya harga-harga sembako meroket hebat.

Kebanyakan PSK juga tidak memiliki dokumen-dokumen resmi yang dibutuhkan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Mereka akhirnya terpaksa berutang pada rentenir untuk membeli makanan.

Baca juga: Ketua RT Dicaci Maki Warga soal Bantuan Corona, Bupati Tangerang Buka Suara

Berharap pandemi segera berakhir

Di bawah kebijakan social distancing yang diterapkan di Hong Kong, tempat-tempat hiburan seperti bar, karaoke dan panti pijat diperkirakan akan tetap ditutup hingga bulan depan.

Sementara itu, Cici tidak kuasa berbuat apa-apa ketika permintaan akan jasanya semakin menurun dan tabungannya terkuras dengan cepat karena tagihan yang menumpuk.

"Saya harus membayar sewa, air, listrik dan pengeluaran lainnya. Saya juga masih harus merawat anak-anak saya dan membelikan mereka masker serta hand sanitizer. Harga masker untuk anak lebih mahal," ungkap Cici. 

"Saya memang berpikir untuk berhenti bekerja untuk beberapa waktu jika kondisinya tidak kunjung membaik," kata Cici. Namun, untuk saat ini dia tidak punya rencana cadangan.

"Saya hanya bisa berharap bahwa pandemi ini secepatnya berakhir," kata dia.

Baca juga: Ifan Seventeen Lakukan Rapid Test Corona, Bagaimana Hasilnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kuburan 'Zombi' Berusia 4.200 Tahun Ditemukan Secara Tak Sengaja di Jerman

Kuburan "Zombi" Berusia 4.200 Tahun Ditemukan Secara Tak Sengaja di Jerman

Tren
Benarkah Penderita Diabetes Harus Minum Obat Seumur Hidup?

Benarkah Penderita Diabetes Harus Minum Obat Seumur Hidup?

Tren
Catat, Ini Rincian Tarif Listrik 1 Mei 2024

Catat, Ini Rincian Tarif Listrik 1 Mei 2024

Tren
Video Viral Detik-detik 2 Helikopter Malaysia Tabrakan, 10 Orang Tewas

Video Viral Detik-detik 2 Helikopter Malaysia Tabrakan, 10 Orang Tewas

Tren
Kapan Prabowo-Gibran Ditetapkan dan Dilantik Menjadi Presiden dan Wapres?

Kapan Prabowo-Gibran Ditetapkan dan Dilantik Menjadi Presiden dan Wapres?

Tren
7 Rekomendasi Ras Anjing Penjaga Terbaik, Cocok Dipelihara untuk Mengamankan Rumah

7 Rekomendasi Ras Anjing Penjaga Terbaik, Cocok Dipelihara untuk Mengamankan Rumah

Tren
Berakhirnya Pilpres 2024, Ucapan Selamat Anies dan Ganjar untuk Prabowo-Gibran

Berakhirnya Pilpres 2024, Ucapan Selamat Anies dan Ganjar untuk Prabowo-Gibran

Tren
Piala Asia U23 2024: 8 Tim yang Lolos dan Jadwal Pertandingan Perempat Final

Piala Asia U23 2024: 8 Tim yang Lolos dan Jadwal Pertandingan Perempat Final

Tren
Penyebab Masalah Rambut Rontok dan Cara Mengatasinya

Penyebab Masalah Rambut Rontok dan Cara Mengatasinya

Tren
Hasil Seleksi Administrasi Rekrutmen Bersama BUMN 2024 Diumumkan Hari Ini

Hasil Seleksi Administrasi Rekrutmen Bersama BUMN 2024 Diumumkan Hari Ini

Tren
Cara Mengubah Nama dan Password Hotspot pada Ponsel Android dan iPhone

Cara Mengubah Nama dan Password Hotspot pada Ponsel Android dan iPhone

Tren
Ramai soal Dana Pungutan Wisata via Tiket Pesawat, Ini Penjelasan Kemenko Marves dan Kemenparekraf

Ramai soal Dana Pungutan Wisata via Tiket Pesawat, Ini Penjelasan Kemenko Marves dan Kemenparekraf

Tren
Remaja di China Donasi Plasma 16 Kali dalam 8 Bulan demi Uang, Berakhir Meninggal Dunia

Remaja di China Donasi Plasma 16 Kali dalam 8 Bulan demi Uang, Berakhir Meninggal Dunia

Tren
Studi Ungkap Kemiskinan Bikin Otak Cepat Tua dan Tingkatkan Risiko Demensia

Studi Ungkap Kemiskinan Bikin Otak Cepat Tua dan Tingkatkan Risiko Demensia

Tren
Saat Media Asing Ramai-ramai Soroti Putusan Sengketa Hasil Pilpres 2024...

Saat Media Asing Ramai-ramai Soroti Putusan Sengketa Hasil Pilpres 2024...

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com