KOMPAS.com - Saya menulis surat ini di dalam ruangan yang sebulan terakhir berubah fungsi menjadi ruang kerja. Sebelumnya, ruangan ini adalah ruang kriya, tempat saya mengerjakan hal-hal di luar pekerjaan di akhir pekan seperti merancang, memotong, dan menjahit.
Selama lebih dari sebulan bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah, saya yakin, banyak juga perubahan telah kamu lakukan.
Berubah adalah cara alamiah setiap makhuk beradaptasi untuk bertahan hidup.
Ketika keinginan keluar tidak dimungkinkan karena upaya baik memutus rantai penyebaran Covid-19, maka melihat ke dalam menjadi relevan. Dalam ruang-ruang sempit yang membatasi, keluasan jelajah ke dalam masih sangat dimungkinkan.
Sebulan terakhir, pengenalan kita pada hal-hal yang dekat yang selama ini kita abaikan justru makin baik.
Kita makin mengenal lingkungan sekitar, makin mengenal sudut-sudut tempat tinggal, makin mengenal anggota keluarga, makin mengenal anak-anak atau pasangan, dan makin mengenal diri kita sendiri.
Mendapati semua ini, saya jadi teringat "kemewahan" yang dirancang mereka yang sehari-hari sibuk untuk retret atau menarik diri dari keramaian beberapa hari untuk lebih mengenali diri sendiri.
Aktivitas yang belakangan terkenal dengan mindfulness juga berpotensi menaikkan imunitas tubuh. Karena situasi pandemi yang memaksa, sebagian dari kita mendapatkan "kemewahan" mindfulness ini secara massal.
Bersiasat dengan kebosanan
Jangka waktu yang panjang dan nyaris tanpa kepastian terkait pandemi ini menjadi tantangan yang tidak mudah. Bagaimana bersiasat dengan bosan?
Dalam situasi apa pun, bahkan dalam situasi ideal sekali pun, kita akan menghadapi rasa bosan. Kemampaun mengelola kebosanan yang dilatihkan oleh pengalaman hidup akan menjadi kecakapan hidup yang bermanfaat.
Kecakapan atau kemampuan mengelola kebosanan yang kerap disertai kekecewaan adalah awal dari tumbuhnya benih-benih kesetiaan. Sebuah nilai yang sangat dibutuhkan dalam hidup, meskipun kerap jadi bahan tertawaan.
Apa jadinya kalau kita cepat bosan dan tidak memiliki kecakapan merawat kesetiaan? Terhadap janji-janji, terhadap ritual keagamaan, terhadap pekerjaan, terhadap persahabatan, atau bahkan terhadap pasangan.
Di ruang-ruang sempit, di dalam diri kita, selama lebih dari sebulan ini, kecakapan ini tengah dilatihkan oleh semesta.