Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Denmark Longgarkan Lockdown, Para Orangtua Menolak Kembali Sekolahkan Anak-anaknya

Kompas.com - 16/04/2020, 18:11 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Denmark mulai melonggarkan penguncian (lockdown) yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus corona pada Rabu (15/4/2020).

Salah satu yang dilakukan adalah membuka kembali sekolah dan pusat penitipan anak.

Namun, kekhawatiran akan adanya potensi gelombang kedua kasus virus corona di negara itu membuat para orangtua memilih untuk menjaga anak-anaknya di rumah.

"Saya tidak akan mengirim anak-anak saya pergi (ke sekolah), apa pun yang terjadi," kata Sandra Anderson, penggagas grup Facebook 'My Kid is Not Going to be Guinea Pig' yang memiliki 40.000 pengikut, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (16/4/2020).

"Saya kira banyak orangtua berpikir, 'Mengapa anak saya harus pergi (ke sekolah)'" kata dia.

Denmark telah menerapkan penguncian selama satu bulan penuh dengan menutup toko, bar, restoran, bioskop, dan pusat kebugaran.

Baca juga: Kisah Cinta Pasangan Lansia di Perbatasan Denmark-Jerman Saat Virus Corona...

Pada Rabu (15/4/2020), Perdana Menteri Merre Frederiksen mengatakan, kebijakan tersebut dilakukan atas rekomendasi otoritas kesehatan.

Dengan kembali beraktivitasnya anak-anak di sekolah, Frederiksen menganggap hal itu akan memungkinkan para orangtua untuk kembali bekerja dan membuat roda ekonomi negara kembali berputar.

"Mungkin akan sedikit seperti berjalan di tali. Jika kita berdiri diam di sepanjang jalan, kita bisa jatuh dan jika kita pergi terlalu cepat, bisa salah. Karena itu, kita harus mengambil satu langkah hati-hati pada satu waktu," kata Frederiksen.

Seorang ilmuwan di departemen penyakit menular di Universitas Aarhus Christian Wejse mengatakan, ia memahami perdebatan di masyarakat karena mereka telah menghabiskan satu bulan untuk berusaha menghindari kontak dan menjaga jarak.

Namun, menurut dia, infeksi baru tak akan terjadi bagi kelompok umur tertentu.

Suasana Kota Kopenhagen, Denmark, saat masa penguncian karena wabah virus corona, Maret 2020.Shutterstock/Anna Svetlova Suasana Kota Kopenhagen, Denmark, saat masa penguncian karena wabah virus corona, Maret 2020.

Berkaca dari Swedia, negara tetangga Denmark itu tak mengalami penngkatan kasus secara drastis setelah kembali mengaktifkan aktivitas persekolahan.

Anak-anak di Swedia juga dianggap tidak menjadi sumber utama penularan virus.

Meski telah membuka kembali sekolah, Pemerintah Denmark memastikan staf pengajar berada di bawah instruksi untuk menjaga jarak sosial di antara para siswanya dengan bangunan sekolah tetap tertutup.

"Kurasa tak pantas bagi anak-anak untuk tidak memeluk teman-teman mereka," kata Nonne Behrsin Hansen, seorang ibu dari dua anak.

"Kami menjaga anak-anak agar tetap di rumah karena situasi pada hari itu sangat memprihatinkan. Tapi kondisi yang mereka bangun sekarang bahkan lebih buruk," lanjut dia.

Untuk saat ini, setidaknya sebagian besar anggota Momster, jaringan online ribuan ibu-ibu di Denmark tak percaya bahwa pihak berwenang memiliki sejumlah langkah untuk mengantisipasi jika terjadi sesuatu.

"Tiba-tiba, ibu-ibu ini merasa seperti mereka hanya perlu membuang anak-anak mereka ke garis depan dan saya pikir reaksi mereka adalah: 'Jangan main-main dengan anak-anak kita'" kata Esme Emma Sutcu, pendiri dan CEO Momster.

Hingga hari ini, Denmark telah melaporkan 6.876 kasus infeksi virus corona dengan 309 orang meninggal dunia.

Baca juga: Suami Terkena Lockdown, Ayu Azhari Cerita Ketatnya Aturan di Denmark

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rp 255 Triliun Berbanding Rp 1,6 Triliun, Mengapa Apple Lebih Tertarik Berinvestasi di Vietnam?

Rp 255 Triliun Berbanding Rp 1,6 Triliun, Mengapa Apple Lebih Tertarik Berinvestasi di Vietnam?

Tren
Israel Balas Serangan, Luncurkan Rudal ke Wilayah Iran

Israel Balas Serangan, Luncurkan Rudal ke Wilayah Iran

Tren
Mengenal Rest Area Tipe A, B, dan C di Jalan Tol, Apa Bedanya?

Mengenal Rest Area Tipe A, B, dan C di Jalan Tol, Apa Bedanya?

Tren
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Sarjana, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!

Tren
Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Tren
Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Tren
Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Tren
10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh Akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh Akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menyelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menyelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com